Arsip untuk Februari, 2012

Sesuatu dari George Harrison

Posted: Februari 27, 2012 in Uncategorized

25 Februari 1969 George Harrison merayakan hari ulang tahunnya yang ke 26.Saat itu George tengah berada di studio rekaman Abbey Road Inggeris merekam lagu “Something” karyanya untuk sesi rekaman album “Abbey Road”.  Lagu “Something” yang menjadi masterpiece George Harrison saat bersama the Beatles ternyata menghabiskan sekitar 52 take yang terbagi dalam dua sesi rekaman.Pertama tanggal 26 Februari 1969,lalu sesi kedua pada 2 mei 1969.Finishing lagu “Something” berlangsung pada 15 Agustus 1969.Lagu yang diugosipkan dibuat untuk isterinya Pattie Boyd,ternyata meraih sukses luar biasa di seantero jagad.Belakangan, di tahun 1995 George Harrison membantah bahwa lagu “Something” merupakan persembahan khusus untuk Pattie Boyd.”Saya menulis lagu Something sebetulnya untuk menghormati Ray Charles” ungkap George Harrison.

Lagu “Something” adalah hit pertama The Beatles yang menyeruak dari dominasi pencipta utama lagu-lagu The Beatles Lennon McCartney.Banyak yang tak menduga bahwa penulis sekaligus penyanyi lagu tersebut adalah George Harrison.Dalam penampilannya di Las Vegas, Frank Sinatra yang menyanyikan lagu “Something”,memuji muji lagu romansa ini.”Inilah lagu asmara terbaik karya Lennon McCartney” ucapnya lugas.Frank tak mengetahui bahwa lagu Something sebetulnya adalah karya monumental George Harrison. Saking mencuatnya popularitas dwitunggal John Lennon dan Paul McCartney,pada akhirnya membuat banyak orang lupa bahwa dalam The Beatles masih ada dua contributor musik yang tak pantas dipandang sebelah mata yaitu George Harrison dan Ringo Starr. Karya karya George Harrison dalam the Beatles termasuk sangat diperhitungkan seperti “Here Comes The Sun”,”While My Guitar Gently Weeps”,”Piggies,”I ,Me,Mine”,”Don’t Bother Me”,”Taxman”,”Love You To”,”I Want To Tell You”,”Within You  Without You”,”Blue Jay Way”,”Long Long”,”Savoy Truffle”,”Only A Northern Song”,”It’s All Too Much”,”For You Blue”,”Old Brown Shoe” dan “The Inner Lght”.

Dalam catatan saya,George Harrison juga termasuk peletak dasar atau cetak biru jati diri musik the Beatles mulai dari era 1963 hingga 1969.Dalam karya karya awal The Beatles,George Harrison banyak menyelusupkan teknik permainan gitar ala Chet Atkins atau Carl Perkins yang bernaunsa country.Ini jugalah sebetulnya salah satu esensi bagaimana The Beatles mampu menundukkan skena musik di Amerika Serikat yang kerap disebut barometer musik dunia.

George Harrison banyak melakukan eksplorasi sekaligus eksperimentasi musik terutama dari departemen gitar dalam jenjang karya The Beatles.Mulai dari pemaksimlan gitar 12 dawai,sitar dan slide guitar.Saat melakukan petualangan musik dan spritualisme ke India pada paruh dasawarsa 60an,George mulai menggembangkan instrument India yang bernuansa trippy dan imajinatif.

Pada album “Rubber Soul” (The Beatles,1965) George Harrison mulai memetik sitar pada lagu “Norwegian Wood”.Termasuk menisik petikan sitar pada lagu “Love  You  To”

“Dalam album Revolver (The Beatles 1966) , George Harrison yang banyak menyerap musik India melalui pemusik India Ravi Shankar setelah diperkenalkan oleh David Crosby dari The Byrds , mulai menyelinapkan aroma musik India lewat penggunaan tabla hingga sitar.Puncaknya adalah ketika George Harrison menulis lagu “Within You Without You” pada album “Sgt.Pepper’s Lonely Heart’s Club Band” (1967).Album ini merupakan pencapaian puncak estetika bermusik dari The Beatles yang tak terbantahkan.Revolusi musik rock memang bermuasal dari album ini.Saat itu skena music global tengah berlumur psychedelick rock yang kental.Banyak band yang mulai menyanding instrument sitar dalam karya-karya psychedlick mereka.

Pengembangan sound gitar George Harrison pun mulai mencuat saat dia menggabungkan karakter melodi India yang diadaptasi dari sitar kemudian dimainkan pada dawai gitar elektrik dengan teknik slide. Sound gitar inilah yang kemudian menjadi signatural George Harrison dalam bermusik pasca The Beatles,yang dimulai dengan solo karir hingga membentuk The Travelling Wilburys pada akhir era 1980an bersama Bob Dylan,Roy Orbison,Tom Petty dan Jeff Lynne.

Karya pertama George Harrison yang diterbitkan The Beatles adalah “Don’t Bother Me” di tahun 1963 pada album “With The Beatles” serta “Meet The Beatles”.Karya karya George sebetulnya banyak,tapi Lennon McCartney tak menggubrisnya.

Di tahun 1969 disaat The Beatles tengah diambang perpecahan,Paul McCartney pernah berucap ke almarhum John Lennon :”Hingga tahun ini lagu-lagu kita masih lebih bagus dan unggul dibanding lagu-lagu George.Tapi kini lagu-lagu George agak lumayanlah.Setidaknya mulai mendekati lagu-lagu kita”.

Kebanyakan lagu lagu George dinyanyikan sendiri olehnya.Tapi toh ada juga George menyanyikan lagu The Beatles yang bukan karyanya semisal “Do You Want To Know A Secret”,”Chains”,  “Roll Over Beethoven”,”Devil In Her Heart”,”I’m Happu Just To Dance With You”,hingga ”Everybody’s Trying To Be My Baby”.

Sebelum The Beatles membubarkan diri pada tahun 1970,George sebetulnya telah merintis membuat dua album solo yaitu “Wonderwall Music” dan “Electronic Sound”.Keduanya merupakan karya musik yang tekstural.”Wonderwall Music” merupakan music score untuk film “Wonnderwall”.

Tepat The Beatles bubar,George Harrison merilis album debutnya “All Things Must Pass” yang berbentuk album triple.Tampaknya Harrison seperti orang yang tak terbendung lagi hasratnya untuk memuntahkan karya-karyanya yang selalu terganjal saat masih mendukung the Beatles.Sosok musikal George Harrison memang baru terlihat jelas disaat album yang didukung banyak pemusik seperti Eric Clapton,Billy Preston,Ringo Starr,Dave Mason,Gary Wright   ini dirilis .

Setahun berselang,George Harrison menggagas konser amal bertajuk “Concert For Bangladesh” (1971) dengan menggandeng mentor musiknya Ravi Shankar serta sederet kerabatnya seperti Ringo Starr,Bob Dylan,Leon Russel,Klaus Voorman dan banyak lagi.Konser yang berlangsung 1 Agustus 1971  di Madison Square Garden New York ini dihadiri sekitar 40 ribu penonton.Konser ini berhasil mengumpulkan pemasukan sekitar $ 243,418,50.

Dari tahun 1968 hingga tahun 2002 George Harrison telah merilis sekitar 15 album solo.   Di tahun 2001 George Harrison mengumumkan bahwa tubuhnya telah digerogoti kanker ganas.Pada tanggal 22 Juli 2001,kondisi George semakin memprihatinkan.Pada November 2001,diberitakan bahwa kesempatan hidup George Harrison tinggal sebulan.Tanggal 29 November 2001 George Harrison menghembuskan nafas terakhir di Hollywood Hills Los Angeles.Jenazahnya diperabukan di Hollywood Forever Cemetery,dan abunya disebarkan di Sungai Gangga dalam ritual agama Hindu.Seandainya George Harrison saat sekarang ini masih hidup, maka dia genap berusia 69 tahun.

Happy birthday, George !

George Harrison

Bubi Adalah Jazz

Posted: Februari 16, 2012 in Uncategorized

Jazz adalah dunia Bubi Chen.rasanya Bubi terlahir untuk musik jazz.Dan mendekati 5 dasawarsa darah dan karsa Bubi tetap jazz.Sebuah kegigihan dan konsistensi yang mengagumkan. Dan tak bisa ditawar lagi, Bubi adalah jazz.Dimata saya Bubi Chen selaik Midas, Raja Phrygia dalam mitologi Yunani yang sentuhan ujung jarinya mengubah segalanya jadi emas. Musik apapun yang disentuh Bubi berubah jadi jazz.

Saat bersimbiose dengan pemusik tradisional Jawa Barat,Bubi opun mencitarasakan jazz.Bahkan ketika Doel Sumbang hingga band Padi menggamitnya berkolaborasi dalam rekaman,jari jemari Bubi yang menari di tuts piano tetap menebar rasa jazz. Tak banyak pemusik yang berani memastikan jazz sebagai pilihan hidup. Di negeri ini banyak kita jumpai pemusik jazz yang nyambi memainkan jenis musik lain untuk survive. Namun, Bubi Chen, yang belajar jazz secara autodidaktik, tidak pernah berhenti memainkan jazz. Jari-jemarinya tetap bergulir di atas tuts piano. Hanya jazz dan jazz. Simaklah bagaimana Bubi Chen menafsirkan berbagai ragam anasir musik entah itu klasik, pop, maupun etnik ke dalam kamar jazz yang dibangunnya. Ketika berusia 12 tahun ia sudah mengobrak-abrik repertoar klasik, dari Wolfgang Amadeus Mozart hingga Ludwig von Beethoven, menjadi jazz.

Bebas lepas dari tradisi musik klasik yang taat pada pakem. Dalam 40 tahun lebih kariernya di dunia rekaman, Bubi mengaransemen begitu banyak lagu pop menjadi repertoar jazz yang improvisatif. Mulai dari album Bila Ku Ingat Bubi Chen with Strings (produksi Irama, 1969), bersama Mus Mualim sebagai music director dan diiringi Orkes Simphoni Radio Jakarta, hingga sederet albumnya di akhir era 1990-an seperti Virtuoso (Legend Record,1995) atau What A Wonderful World (Sangaji Music, 1999) maupun album terakhirnya di tahun 2010 “The Many Colours Of Bubi Chen” yang menafsirkan pustaka musik rock dalam cermin jazz.

Lalu tengpkah sampul belakang album Bila Ku Ingat, almarhum Mus Mualim menuliskan komentar tentang musikalitas Bubi Chen: ” Seorang pianis yang sempurna, baik dalam kecepatan dan keampuhan jari-jarinya maupun dalam susunan improvisasi yang progresif dan modern. Dia adalah seorang pemain piano yang rapi dan teliti.” Tak heran apabila di era 60-an banyak yang membanding-bandingkan permainan Bubi Chen dengan Art Tatum, pianis jazz Amerika yang memainkan Swing, Stride, dan Boogie Woogie dengan kompleksitas dan kecepatan jari-jemari yang luar biasa.

Apa pun, yang jelas Bubi Chen lebih tepat disebut sebagai seorang penafsir jazz. Setiap lagu yang diinterpretasikannya senantiasa disusupi roh jazz yang berkesan baru dan fresh. Setiap lagu yang diaransemennya ibarat seseorang yang mengenakan baju baru. Bubi pun piawai mengaduk-aduk sanubari mulai dari ambience beratmosfer lembut dan secara tiada terduga menyeberang ke perangai yang lebih agresif. Tak berlebihan jika menyebut permainan jazz Bubi adalah laksana miniatur yang meniru riak kehidupan manusia sehari-hari, mulai dari yang adem-ayem hingga yang penuh gelegak. kehidupan anak manusia. Untunglah Bubi memilih jazz. Sebab, dengan improvisasi, jazz bisa menerobos dan menyusup ke zona estetik musik lain. Yang pantas dicatat adalah ketika Tony Scott, peniup klarinet Amerika yang mengajak grup jazz Indonesian All Stars, yang terdiri atas Bubi Chen (piano, kecapi), Maryono (vokal, flute, saksofon tenor), Benny Mustafa (drum), Jopie Chen (bas), dan Jack Lesmana (gitar), merekam album Djanger Bali (produksi Saba/MPS,1967) di Jerman. Meskipun membawakan beberapa repertoar negeri kita seperti Burung Kakatua, Djanger Bali, Ilir-ilir, maupun Gambang Suling-nya Ki Nartosabdo, album yang mendapat tanggapan baik dari dunia jazz internasional ini sama sekali tidak memasukkan instrumen gamelan. Padahal ambience Bali dan Jawa menyusup dalam permainan mereka. Jack Lesmana, misalnya, cukup memanipulasi karakter gamelan melalui sentuhan permainan gitarnya. Begitu juga Bubi, yang melakukan hal serupa pada permainan pianonya. Terkecuali lagu Gambang Suling, yang mengetengahkan permainan kecapi Bubi. Uniknya, lagu karya George Gershwin, Summertime, dimainkan dengan treatment karawitan Sunda. Kolaborasi lain yang pernah dilakukan Bubi adalah merekam album Bubi di Amerika (Hidayat Audio, 1984) bersama Albert “Tootie” Heath, pemain drum jazz yang pernah mendukung Herbie Hancock, Dexter Gordon, dan Yusef Lateef, serta pemain bas John Heard yang pernah mendukung The Count Basie Orchestra, Louie Bellson dan Oscar Peterson. Rekaman yang berlangsung di Pasadena, California, ini memainkan genre Be Bop dan Hard Bop karya Miles Davis hingga Sonny Rollins. Ini bukan hanya babak yang tak pernah terlupakan bagi perjalanan musikal Bubi Chen, tapi juga merupakan entry tersendiri dalam sejarah musik jazz di Indonesia.

Bubi Chen 1967

Kolaborasi lintas bangsa itu masih terus dilakukannya, misalnya ketika merilis album Virtuoso, yang didukung pemusik jazz dari Australia, Singapura, dan Filipina. Dari catatan-catatan di atas, tersirat bahwa Bubi Chen adalah seorang pemusik yang gemar berdialog. Berdialog dengan pemusik jazz antarbangsa, berdialog dengan pemusik beda generasi, hingga berdialog dengan jenis musik lain di luar jazz. Dan sang Midas pun kembali menjentikkan jari-jemarinya di bilah-bilah tuts piano. Jadilah jazz, jazz, dan jazz. Perjalanan musik Bubi Chen ini,untungnya,direkam dengan seksama dalam buku ini.Sebuah dokumentasi yang kelak akan diketahui pula oleh generasi setelahnya.Sejarah musik Indonesia pun mencatat bahwa Bubi adalah jazz itu sendiri. Denny Sakrie,pengamat musik