Arsip untuk Agustus, 2011

Yockie,Sang Arsitek Musik

Posted: Agustus 29, 2011 in Sosok

Yockie,Fariz RM dan Chrisye di Palembang 1979

Secara musikal sosok Yockie Surjoprajogo menyelusup ke berbagai ranah musik di negeri ini. Tak hanya konotatif dengan musik rock yang gegap gempita, tapi sosok Yockie pun berbaur di balik musik pop, etnik-folk, dangdut, hingga pertunjukan ber-setting opera .”Saya memang selalu dalam kegelisahan. Tetap mencari sesuatu dalam musik. Berbaur dengan banyak orang mulai dari insan musik, film, hingga theater,” ungkap Yockie yang baru-baru ini menggelar konsernya di Hard Rock Cafe, Jakarta.11 September 2006.

Tulisan ini dimuat di Harian Republika 2006

Latihan bersama Idris Sardi dan Badai Band di tahun 1979

Lelaki kelahiran 14 September 1954 ini tercatat pernah tergabung dalam berbagai grup rock seperti Bigman Robinson, Double O,Giant Step, Contrapunk, dan Jaguar, meski pada akhirnya Jockie memang lebih dikenal khalayak ketika ikut bergabung dalam kelompok musik rock tertua negeri ini God Bless.

Corak permainan keyboardnya dianggap memberika kontribusi dalam karakter musik God Bless.
Dengan menyisipkan aksentuasi berbau klasik, terutama membaurkan bunyi-bunyian piano dan Hammond B-3, orang sudah bisa menebak karakter God Bless, walaupun pada saat itu seperti lazimnya semua grup rock yang berkecambah di Indonesia lebih banyak memainkan repertoar grup-grup mancanegara seperti Deep Purple, Yes, Edgar Winter, Spooky Tooth, Kansas dan banyak lagi.
Tatkala God Bless merilis album perdana bertajuk God Bless (Pramaqua,1976) , gaya permainan keyboard Jon Lord (Deep Purple), Rick Wakeman (Yes), maupun Tony Banks (Genesis) menyelinap dalam pola permaian Yockie Soerjoprajogo.

Album God Bless ini patut dicatat sebagai album rock Indonesia yang tampil utuh. Karena sebelumnya, tercatat banyak grup rock Indonesia yang telah masuk dunia rekaman, tapi harus kompromi dengan selera pasar dengan memainkan musik pop, misalnya Freedom of Rhapsodia, The Rollies, Aka, Rasela, dan masih banyak lagi.
Tetapi yang agak disayangkan album God Bless ini banyak menampilkan karya-karya tambal sulam. Dalam melodi lagu maupun aransemennya terdengar banyak kemiripan dengan lagu-lagu milik Genesis, Jethro Tull, Kin Ping Meh, Gentle Giant, Doobie Brothers, atau King Crimsons. Kemungkinan ini terjadi karena selama malang melintang di panggung pertunjukan God Bless lebih banyak memainkan repertoar rock mancanegara.
Sisi positifnya, Yockie meraup pengaruh musik rock mancanegara menjadi jatidiri permainan musiknya. Penggalan penggalan pengaruh itu lalu berbaur menjadi warna khas karakter permainan musik Yockie. ”Karena memainkan rock, sudah pasti kita akan terpengaruh dengan pemusik rock luar. Itu pasti, tak mungkin kita hindari,” tutur Yockie Soerjoprajogo.

Di tahun 1977, sosok Jockie Soerjoprajogo berada di jalur musik pop. Saat itu Yockie Suryoprayogo menjadi arranger album Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan Radio Prambors Rasisonia. Gebrakan Yockie yang menata aransemen lagu seperti Lilin Lilin Kecil (James F Sundah) dianggap sebagai suntikan darah baru dalam industri musik pop yang saat tengah dilanda booming lagu-lagu pop dengan akord sederhana dan tema lirik yang cenderung cengeng dan mendayu-dayu. Di tahun yang sama Eros Djarot menggamit Yockie untuk menggarap album soundtrack film Badai Pasti Berlalu bersama dengan sederet nama lainnya seperti Chrisye, Berlian Hutauruk, Debby Nasution, Keenan Nasution, dan Fariz RM.

Album ini pun menjadi fenomenal terutama dari sisi tata musik yang menyajikan akor yang lebih luas serta penulisan lirik yang lebih puitis. Menariknya lagi di album ini fungsi instrumen keyboard menjadi dominan. Bunyi-bunyian keyboard ini memang terasa orkestral dan simfonik, sesuatu yang sering kita dengarkan pada repertoar grup seperti Genesis dan Yes. Gaya aransemen musik seperti ini lalu berlanjut ketika Yockie Soerjoprajogo menggarap album-album solo Chrisye seperti Sabda Alam, Percik Pesona, Puspa Indah Taman Hati, Pantulan Cita, Resesi, Metropolitan, dan Nona yang sering disebut orang sebagai pop kreatif. Terminologi ini jelas keliru, tapi bisa dianggap sebagai pembeda dengan jenis musik pop yang dihasilkan Rinto Harahap, Pance Pondaag, atau yang sejenis.

Tahun 1984 merupakan saat terakhir kolaborasi Yockie dan Chrisye. Tetapi Jockie yang juga cukup produktif merilis sederet album solo, masih tetap bermain di wilayah pop dengan menggarap album-album dari berbagai penyanyi, mulai dari Dian Pramana Poetra, Keenan Nasution, Vonny Sumlang, Titi DJ, Andi Meriam Mattalatta, dan masih banyak lainnya.

Tiga tahun kemudian, Jockie bergabung lagi dengan God Bless. Muncullah album Semut Hitam (Logiss Record,1987) dengan konsep musik rock yang lebih segar. Di era ini juga memperlihatkan ketertarikan Jockie kembali menjamah musik rock. Ia mulai ikut menggarap berbagai album rock sebagai komposer, player, dan music director pada album album milik Mel Shandy, Ita Purnamasari, Ikang Fawzy, hingga Nicky Astria.

Tampaknya Jockie cukup betah bergabung bersama God Bless antara lain ikut mendukung album raksasa, Story of God Bless dan Apa Kabar ?. Di saat bersamaan, Jockie membagi dirinya dalam proyek Kantata Takwa yang digagas maesenas, Setiawan Djody. Di komunitas Kantata Takwa ini, Yockie bertemu dengan dimensi musik yang berbeda. Di sini dia berbaur dengan sosok-sosok seniman mulai dari WS Rendra hingga Sawung Jabo. Ada dialektika baru dalam karya-karya Yockie seperti terlihat pada lagu Orang Orang Kalah, Kantata Takwa, Kesaksian, Paman Doblang, Air Mata, Rajawali, Nocturno, dan Balada Pengangguran.

”Lagu-lagu itu merupakan hasil kolaborasi dengan Setiawan Djody, Iwan Fals, dan Sawung Djabo, serta syair-syair yang ditulis WS Rendra,” ungkap Jockie lagi.
Bersentuhan dengan Setiawan Djody, Iwan Fals, dan WS Rendra menghasilkan pengendapan- pengendapan baru dalam intuisi bermusik Yockie.

Di luar Kantata Yockie pun ikut mendukung kelompok Swami bahkan membentuk kelompok Suket di tahun 1992 bersama sederet pemusik asal Surabaya Didit Saksana, Rere, dan Naniel. Suket memang memiliki persamaan dengan Kantata Takwa maupun Swawi terutama ketika mengangkat tema-tema yang bersinggungan dengan problematika sosial. Bahkan di tahun 2003 Jockie bereksperimen menggabungkan musik dan teater dalam format rock opera yang didukung Iwan Fals, Renny Jayusman hingga Teater Koma.
Bagaikan seorang arsitek Yockie banyak membangun konstruksi-konstruk si musik dari berbagai ragam musik. ”Saya terus mencari dan mencari,” tegas Y

Musik Saya Adalah Saya di Balai Sidang 1979

ockie Soerjoprajogo yang berada di balik sederet fenomena musik di negeri ini.

Tentang Penulisan Lirik Lagu

Posted: Agustus 8, 2011 in Wawasan

Seperti halnya pola penulisan syair atau puisi, pola penulisan lirik lagu juga dikenal sebagai rhyme atau rima.

Apakah rima itu? Rima adalah pengulangan bunyi kata yang ujungnya sama. Misalnya kata “tuntut” dan “runtut” atau “lama” dan “gema”. Menurut catatan sejarah, penggunaan rima ini sudah berlangsung sejak abad ke 10 sebelum Masehi di China dengan nama Si Jhing yang berarti Buku Nyanyian.

Sedangkan dalam peradaban Yunani kuno, rima dikenal sebagai The Wasp yang disusun oleh Aristiphanes. Rima juga dikenal dalam semua jenis bahasa yang ada di jagad ini. Bahkan, kitab Injil dan Al Qur’an pun menggunakan pola rima.

Lalu seberapa pentingkah elemen rima dalam pola penulisan lirik dalam lagu-lagu yang bersentuhan dengan industri musik? Mengingat, tidak sedikit yang melecehkan eksistensi pola rima, akhirnya banyak yang beranggapan bahwa pola rima itu adalah bagian kesekian dalam proses penulisan lirik lagu.  Dibandingkan keparipurnaan sebuah pola rima, tematik atau pesan justru yang dianggap paling penting.

Tapi tunggu dulu, dalam industri musik yang maju pesat seperti Amerika Serikat, pola rima dalam lirik lagu tetap merupakan sesuatu yang vital dalam proses penulisan tema lirik lagu. Setidaknya, itulah yang diungkapkan oleh berbagai ahli bahasa di Amerika yang banyak menerbitkan buku-buku khusus perihal penulisan pola rima yang baik dan terarah. Salah satunya adalah buku karya Pat Pattison bertajuk “Songwriting, The Essential Guide To Rhyming A Step By Step to Better Rhyming and Lyrics” yang diterbitkan Berklee Press Boston pada tahun 1991.

Pat Pattison dibukunya menulis, lagu diciptakan bukan untuk dilhat tapi didengarkan. Karena orang pada galibnya

Buku tentang menulis lagu karya Pat Patison

mendengarkan alunan lagu, maka seyogyangnya dipelajari penulisan lirik untuk telinga yang melihat. Menurutnya persoalan pokok dalam penulisan rima adalah begitu banyaknya kendala untuk menghasilkan sebuah lirik yang rima secara natural dan konstektual, bukan yang mengada-ada. Pattinson, memberi contoh bahwa banyak penulis lagu yang agak frustrasi menghadapi problematika penulisan lirik yang rima sehingga kemudian memilih untuk tidak menghiraukan pentingnya pola rima tersebut. Pattinson dengan lugas mengatakan bahwa rima itu adalah keterkaitan anatara bunyi silabels, bukan kata kata: ”Rhyme is  connection between the sounds of syllables, not words”.

Di bagian utama bukunya itu, Pat Pattison menyebut ada beberapa rima.  Mulai dari Perfect Rhyme, Mosaic Rhyme, Masculine Rhyme dan Feminine Rhyme.

Contoh dari Masculine Rhyme adalah

Command

Land

Understand

Expand

Lalu Feminine Rhyme contohnya adalah

Commanding

Landing

Understanding

Expanding

Mari kita lihat contoh sebuah lagu pop yang rima seperti lagu “Lady Madonna” The Beatles yang ditulis oleh John Lennon dan Paul McCartney :

Lady Madonna , children at your feet
Wonder how you manage to make ends meet
Who finds the money when you pay the rent?
Did you think that money was heaven sent?

Tapi beberapa band sekarang seperti Radiohead malah tidak ambil perduli mengenai masalah rima dalam pola penulisan liriknya.

Simak petikan lagu Lotus Flower berikut ini :

 

I will sneak myself into your pocket
Invisible, do what you want, do what you want
I will sink and I will disappear
I will slip into the groove and cut me up and cut me up

Akhirnya memang menjadi pilihan, apakah seorang penulis lirik tetap takzim untuk menggunakan rhyming atau tidak ?

Tapi yang jelas di mancanegara buku kamus rima atau Rhyme Dictioanry banyak ditulis dan sebagian penulis lirik masih menganggapnya sebagai guidance yang tepat.

Lalu bagaimanakah kondisi penulis lirik di Indonesia  sendiri ?

Para personil Karimata saat itu tak berlebihan jika disebut sebagai dream team. Karena didalamnya berkumpul Candra Darusman leader dari kelompok vokal jazzy Chaseiro, Aminoto Kosin pemusik yang baru saja menyelesaikan studi di Berklee Music Of College Boston, Denny TR yang pernah memperkuat band Hydro serta dua pemusik yang pernah mendukung grup jazz fusion Transs yaitu Erwin Gutawa (bass) dan Uce Haryono (drums).

Dari kiri Aminoto Kosin,almarhum Uce Haryono,Candra Darusman,Erwin Gutawa dan Denny TR

Musik yang dipilih Karimata saat terbentuk pada tahun 1985 adalah jazz fusion. Genre musik yang tengah berkibar riuh pada paruh era 80-an.

Kemampuan individu yang diatas rata-rata menjadikan kelompok Karimata ini  dengan sangat cepat meraih simpati publik penggemar musik jazz. Candra Darusman, Erwin Gutawa dan Aminoto Kosin yang terlihat banyak menuliskan komposisi di album perdana Karimata ini.

Untuk mampu menerobos ke pasar yang lebih luas,di album ini terlihat ada semacam pembahagian antara lagu instrumental dan lagu yang berlirik.

Karimata bahkan meminta dukungan dari sederet penyanyi penyanyi sohor saat itu seperti Harvey Malaiholo yang menyanyikan lagu “Kisah Kehidupan” dengan disusupi sinkopasi yang menggairahkan.

Ada juga duet Ricky Basuki dan January Christy yang terasa kontras pada lagu “Yang Terjadi”. Duet ini memang terasa unik. January Christy terdengar berkarakter vokal lebih berat, sedangkan Ricky Basuki banyak menggunakan teknik falsetto (suara palsu).

Juga ada vokal grup La Storia yang mengingatkan kita pada gaya vokal Brazillian Sergio Mendes lewat lagu “By Your Side”.Salah satu personil La Storia ini adalah ibu kandung penyanyi Vidi Aldiano sekarang.Namanya Besbarini.

Lydia Noorsaid dari The Big Kids pun menampilkan melisma vokal yang menawan pada lagu “Hari Ini Milik Kita”.

Karimata memang memberi keleluasaan dalam sajian musiknya. Mulai dari yang bercorak funk, rhythm n’blues hingga Latin jazz yang eksotis.

Lagu instrumental yang membuka isi album ini meruapakan karya Erwin Gutawa bertajuk “Dahaga” yang sebelumnya pernah dinyanyikan Atiek CB dalam salah satu album solonya.

Sebuah ballad yang membuai bisa kita simak pada komposisi instrumental karya Aminoto Kosin ” Rindu (Rainy Days And You” dengan memberikan ruang yang penuh bagi almarhum Embong Rahardjo lewat penampilan solo saxophonenya.

Tiupan saxophone Embong pun masih bisa kita simak dalam sebuah instrumental fusion bertajuk “Take Off” karya Aminoto Kosin. Notasi solo yang diajukan Embong terasa kaya dan seduktif. Sebuah karya instrumental yang hidup dan memiliki atmosfer yang riang.

Sebagai debut album,”Pasti” menjanjikan banyak hal terutama eksistensi Karimata seterusnya. Hingga kini masih banyak penggemar Karimata yang menantikan reuni band ini.Dan album “Pasti” ini pun telah dibuat dalam bentuk cakram padat pula.

Album ini menduduki peringkat 79 dalam 150 Album Indonesia Terbaik versi Majalah Rolling Stone edisi November 2007 silam.

Tracklist
1. DAHAGA (Erwin Gutawa)
2. KISAH KEHIDUPAN (Erwin Gutawa & Harry Kiss) feat. Harvey Malaihollo
3. RINDU (RAINY DAYS AND YOU) (Aminoto Kosin) feat. Embong Rahardjo (sax)
4. YANG TERJADI (Candra Darusman & Dedi Nyantunk) feat. January Christy & Ricky Basuki.
5. TAKE OFF (Aminoto Kosin) feat. Embong Rahardjo (saxophone)
6. BY YOUR SIDE (Candra Darusman) feat. La Storia
7. LET ME (Candra Darusman)
8. HARI INI MILIK KITA (Erwin Gutawa & Dedi Nyantunk) feat. Lydia Nursaid
9. PASTI (Aminoto Kosin & Erwin Gutawa)

Denny Sakrie

Sembilan band Indonesia legendaris era 70an akan tampil dalam acara ulang tahun Zona Memori Metro TV yang akan digelar 16 Oktober 2011 di Tennis Indoor Senayan Jakarta.

Inilah kesembilan kemompok musik legenda tersebut :

KOES PLUS.

Koes Plus 1972

Dibentuk tahun 1969 dengan formasi awal Tonny Koeswoyo (gitar,keyboard,vokal),Yon Koeswoyo (vocal,gitar),Murry (drum) dan Totok AR (bass).Saat merilis album kedua Yok Koeswoyo baru ikut bergabung.Menjadi band pop Indonesia terdepan hingga paruh era 70-an.Koes Plus mendominasi industri musik pop era 70-an lewat album yang dirilis pada label Dimita/Mesra dan Remaco.Masa puncak Koes Plus berlangsung pada tahun 1974,dimana di tahun itu Koes Plus merilis sekitar 24 album.Sebuah prestasi yang fantastic.Sejak saat itu Koes Plus mulai jarang manggung,mereka disibukkan dengan jadwal rekaman yang teramat padat.Kreativitas mereka seolah terkuras.Di tahun 1977 secara perlahan popularitas Koes Plus menurun namun mereka tetap eksis.Di tahun 1987 tokoh utama Koes Plus Tonny Koeswoyo meninggal dunia,Sejak itu Koes Plus berusaha bertahan hingga sekarang dalam beberapa formasi .Koes Plus tetap melegenda hingga kini.Lagu lagu Koes Plus menjadi pustaka yang tetap dinyanyikan khalayak sampai detik ini.

BIMBO.

Bimbo 1977

Berawal dalam bentuk trio gitar dan vokal bernuansa latin ala trio Los Panchos dengan nama Trio Bimbo dan terbentuk tahun 1967 oleh 3 bersaudara Hardjakusuma yaitu Samsuddin,Darmawan “Acil” dan Djaka Purnama.Debut album dirilis di Singapore dengan label Fontana pada tahun 1971 melejitkan hits “Melati dari Jayagiri” karya Iwan Abdurachman yang kelak bergabung dengan Bimbo pada tahun 1972.Trio ini lalu berubah nama menjadi Bimbo setelah masuknya beberapa personil lain seperti Iwan Abdurachman (bass),Indra Rivai (keyboard),Rudy Suparma (drums) dan Iin Parlina,adik kandung Bimbo yang sebelumnya bergabung dengan Yanti Sisters.

Di tahun 1973 Bimbo memulai kolaborasi dengan beberapa penyair dengan memusikalisasikan puisi karya mereka seperti Wing Kardjo hingga Taufiq Ismail.Bahkan disepanjang karir music Bimbo Taufik Ismail banyak menyodorkan lirik-liriknya terutama untuk lagu-lagu bernuansa Islami.

Di tahun 1974 Bimbo mulai menekuni pembuatan lagu lagu Islami hingga sekarang ini.Walhasil Bimbo lebih dikenal sebagai kelompok music bernafaskan Islam,padahal mereka toh masih tetap menulis dan menyanyikan lagu-lagu pop mulai dari yang beratmosfer romansa hingga kritik sosial.

PANBERS.

Panbers 1974

Kehadiran 4 bersaudara Panjaitan ini memang terinspirasi dengan munculnya Koes Bersaudara.Mereka terbentuk pada tahun 1969 dan kemudian menyebut jatidiri sebagai Panbers yang merupakan akronim dari Panjaitan Bersaudara yang terdiri atas Hans Panjaitan (gitar),Benny Panjaitan (vokal,gitar,keyboard),Doan Panjaitan (bass,vokal) dan Asido Panjaitan (drums). Perjalanan karier Panbers diawali dengan kemunculan pertamanya lewat panggung Istora Senayan pada acara Jambore Bands 1970  bersama Koes Plus yang membawa nama Panbers lebih mengkhalayak. Terlebih setelah kesempatan muncul di televisi terbuka sudah buat mereka.Di tahun 1972 Panbers merilis debut album “Kami Tjinta Perdamaian” yang menghasilkan hits “Akhir Cinta”.

Panbers telah menciptakan lebih dari 700 lagu dalam ratusan album, baik yang beraliran pop, rock, rohani, keroncong bahkan melayu. Hingga kini kelompok Panbers masih eksis meramaikan dunia musik Indonesia, tidak hanya aktif show-show ke daerah-daerah namun mereka juga masih meliris album.Kini formasi asli Panbers tinggal dua berasaudara Benny dan Asido,setelah berpulangnya Hans Panjaitan dan Doan Panjaitan.Tapi dengan didukung pemusik Hans Noya,Max Pandelaki dan Hendry Lamiri Panbers masih tetap bertahan hingga kini.

THE ROLLIES.

The Rollies 1971

The Rollies adalah grup rock  Bandung yang bersinergi dengan soul dan funk.Cir utamanya adalah penggunaan instrument tiups seperti Chicago atau Blood Sweat & Tears,dua band yang menjadi inspirasi band ini.Cikal bakal The Rollies muncul pada tahun 1965,saat bassist Deddy Stanzah membentuk kuartet rock bernama The Rollies dengan anggota yang bergonta ganti ,mulai dari formasi Deddy,Sonson,Sukri dan Emil yang kemudian berubah dengan masuknya Iwan Krisnawan (drum),Tengku Zulfian Iskandar (gitar)  dan Delly Djoko Alipin (vokal,gitar,keyboard).Di tahun 1967 The Rollies mulai masuk dunia rekaman di Singapore dengan menjadi band pengiring Alina Rahman pada label Parlophone/EMI Singapore.Di tahun 1968 formasi The Rollies kian bertambah dengan masuknya instrument tiup.Mereka mengajak Benny Likumahuwa (saxophone,trombone,flute) bergabung dengan The Rollies termasuk Bangun Sugito yang selain menyanyi juga meniup trumpet dan menggesek biola.Di tahun 1969 Rollies merilsi album debut di Phillips Singapore.Di tahun 1970 Bonnie Nurdaya (gitar) dan Didit Maruto (trumpet) bergabung.Di tahun 1974 Deddy Stanzah mundur dari The Rollies digantikan Oetje F Tekol,di tahun 1975 ketika drummer Iwan Krisnawan berpulang masuklah Jimmie Manopo. Deddy Stanzah meninggal dunia pada tanggal 22 Januari 2001.

Setahun kemudian,Delly Djoko Alipin pun menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 30 Oktober 2002.Dan setahun berselang,Bonnie Nurdaya juga menghembuskan nafas terakhir pada
tanggal 13 Juli 2003.Gito Rollies berpulang pada 28 Februari 2008.Namun The Rollies masih tetap bertahan hingga sekarang ini.

D’Lloyd 1975

D’LLOYD

Awalnya band ini adalah band instansi yang dibentuk secara internal dalam perusahaan perkapalan Djakarta Lloyd.Band instansi ini kemudian menamakan diri sebagai D’Lloyd pada akhir tahun 60-an dengan formasi Bartje van Houten (gitar),Andre Gultom (saxophone,flute,vokal),Syamsuar Hasyim (vokal utama),Chairoel Daud (drums),Budiman Pulungan (keyboards),Sangkan “Papang” Panggabean (bass).

Di tahun 1972 D’Lloyd merilis album perdananya pada label Remaco dan mulai dikenal dengan hits Titik Noda yang kemudian berlanjut dengan berbagai hits seperti “Mengapa Harus Jumpa”,”Apa Salah Dan Dosaku” hingga “Hidup Dalam Bui” yang sempat dicekal pemerintah pada paruh era 70-an.

Tiga personil D’Lloyd telah berpulang yaitu Papang,Andre Gultom dan Budiman Pulungan.Namun Bartje Van Houten yang menjadi isnpirator D’Lloyd masih terus melanjutlan kiprah musik D’lloyd hingga detik ini.

FAVORITE’s GROUP .

Favorite’s Group

A.Riyanto (keyboard) adalah penggagas terbentuknya Favorite’s Group diawal tahun 70an.Dengan mengajak sebagian personil Band Empat Nada seperti Nana Sumarna (bass),Eddy Syam (gitar) dan M.Sani (drum) dan mantan gitaris Ariesta Birawa Mus Mulyadi,A.Riyanto di tahun 1972.Debut album Favorite’s Group yang dirilis Indra Record ternyata berhasil melejitkan hits “Mawar Berduri”.Formasi Favorite’s kemudian berganti dengan masuknya Harry Toos (gitar),Is Haryanto (drums),Tommy WS (bass).Masuknya Is Haryanto dan Harry Toos semakin memperkaya konsep kreatif Favorite’s Group,mengingat keduanya juga berperan sebagai komposer mendampingi A.Riyanto .Tahun 1975 Mus Mulyadi mundur dari Favorite’s Group karena masih terikat kontrak sebagai penyanyi solo di Indra Record.A.Riyanto dan Is Haryanto tampil sebagai vokalis.Lalu di tahun 1977 Favorite’s Group memproklamirkan New Favorite’s Group dengan masuknya vokalis baru Mamiek Slamet.Di tahun 1982 Mus Mulyadi kembali bergabung hingga sekarang.Walaupun A.Riyanto telah berpulang pada 17 Juni 1995 dan Is Haryanto berpulang 27 Mei 2009,namun Favorite’s Group masih tetap berupaya eksis di industri musik Indonesia.

 

 

USMAN BERSAUDARA.

Kelompok bersaudara ini berasal dari Surabaya.Di akhir tahun 60-an gitaris Usman bersama kedua adiknya Sofyan (drum,vokal) dan Said (bass) hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib sebagai pemusik.Mereka awalnya adalah pengamen yang hilir mudik ke berbagai kawasan di Jakarta.Di tahun 1973 Usman membentuk band bernama Man’s Group yang diangkat dari penggalan namanya sendiri bersama Iwon Soetomo dan Anto.Man’s Group lalu diajak masuk ke studio rekaman oleh Dick Tamimi pemilik Dimita/Mesra Record.Album perdana Man’s Group menjadi bagian side B album Panber’s saat itu.Di tahun 1974 Nomo Koeswoyo tertarik dengan bakat Usman dkk,lalu mengajak Usman,Sofyan dan Said bergabung dalam kelompok No Koes yang menjadi competitor terdekat Koes Plus.Di tahun 1976 Usman bersama kedua adiknya mundur dari No Koes dan membentuk Usman Bersaudara dengan mengajak Mamo saudaranya yang saat itu tergabung dalam band Pandawa Lima.Melalui label Irama Tara,Usman Bersaudara merilis album perdana “Omong Kosong”.

GOD BLESS.

God Bless 1975

Band rock ini terbentuk tahun 1973 oleh Achmad Albar yang pulang ke tanah air setelah bermukim sejak tahun 1965 di Belanda.Bersama Ludwig Loetje LeMans,gitaris grup Belanda Clover Leaf,dimana Albar tergabung sebagai vokalis,ikut dalam formasi God Bless yang terdiri atas Achmad Albar (vokal ),Ludwig LeMans (gitar),Donny Fattah (bass),Fuad Hasan (drums) dan Yockie Suryo Prayogo (keyboards).Pergantian pemain memang sangat mencolok pada God Bless.Mereka telah beberapa kali bongkar pasang pemain dari tahun 1973 hingga sekarang.God Bless merilis 6 album yaitu “God Bless” (1976),”Cermin” (1980),”Semut Hitam” (1988),”Raksasa” (1989),”Apa Kabar” (1997) dan “36” (2008).

PSP .

OM PSP 1979

Kelompok bernama Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks ini lahir dari kampus Universitas Indonesia.Saat itu di tahun 1978 diberlakukan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) yang melarang mahasiswa melakukan kegiatan politik praktis.Mengisi kekosongan yang biasanya terisi dengan kegiatan kegiatan bernuansa politis,sederet mahasiswa Ekonomi dan Sosial Politik lalu iseng membentuk kelompok dangdut yang mencoba menampilkan satir dan parodi.Mereka memilih dangdut karena music ini dianggap sangat merakyat.

Di tahun 1978 OM PSP mulai dikenal luas saat tampil di acara ulang tahun TVRI ke 16 bersama kelompok lawak mahasiswa Warung Kopi Prambors.Sejak itu OM PSP mulai diperbincangkan.Di tahun 1979 OM PSP merilis album perdana dengan hits “Ogah Ah”,”Gaya Mahasiswa” dan “Fatimah”.PSP yang terdiri atas Monos,Omen,Andra,Dindin,Aditya,James,Rizali dan Ade ini juga tampil dilayar lebar membintangi “Koboi Sutera Ungu”,”Manis Manis Sombong”.OM PSP merilis 4 album yaitu “OM PSP” (1979),”OM PSP dan Warung Kopi” (1979) ”Trio Kodok” (1980) dan “Balada John Lennon” (1981)