Seorang lelaki muda,berkacamata minus mirip Harry Potter dengan rasa percaya diri yang tinggi menjentikkan jari jemarinya yang mungil diatas tuts grand piano dalam acara gala dinner yang digagas trumpetis jazz peraih 9 Grammy Award, Wynton Marsalis di Jazz At Lincoln Center 1 Mei 2014.Joey Alexander,demikian nama pianis jazz Indonesia yang sebulan lagi genap berusia 11 tahun.Joey memainkan Round Midnight, sebuah mahakarya jazz yang ditulis pemusik jazz legendaris Thelonius Monk sekitar tahun 1944 dan menjadi komposisi jazz yang paling banyak dimainkan orang dalam berbagai versi.Dan Joey pun menginterpretasikan karya Monk itu dengan dialektika yang berbeda.Karena melihat permainan Joey Alexander membawakan Round Midnight di kanal youtube membuat Wynton Marsalis berkeiunginan mengundang Joey untuk bermain di acara bertajuk “Love,Loss and Laughter: The Story of Jazz”.
Acara yang mengapresiasikan sejarah music jazz ini digelar di Frederick P Rose Hall “The House Of Swing” yang berlokasi di Broadway 60 th Street,New York .Acara ini merupakan event tahunan dari Jazz At Lincoln Center yang digagas oleh Wynton Marsalis.Acara ini berbentuk musical revue yang menampilkan highlight karya-karya musik jazz dalam sejarah musik jazz yang berkembang dari New Orleans dan menjalar ke New York hingga pada akhirnya menyeruak dalam budaya global ke seantero jagad. Acara yang dipandu oleh aktor Billy Crystal ini menampilkan banyak tokoh-mulai dari tokoh jazz,blues hingga actor seperti Jon Faddis,Bill Cosby,Jonathan Batiste,Marcus Roberts,Dianne Reeves,Mark O’Connor,Taj Mahal,Dominick Farinacci,Pedrito Martinez,Brian Stokes Mitchel,Cecile McLorin Salvant serta Fairview Baptist Church Brass Band.Dan tentunya Wynton Marsalis with Jazz At Lincoln Center Orchestra.
Joey Alexandera sendiri adalah satu-satunya pemusik yang datang dari luar Amerika Serikat.Direncanakan Joey akan memainkan dua komposisi jazz ,sebuah solo piano serta sebuah penampilan yang membanggakan karena Joey bermain piano diiringi Jazz At Lincoln Orchestra yang dipimpin Wynton Marsalis.
Musik jazz padsa akhirnya menjadi music global bukan lagi musik ras seperti yang sering menjadi nukilan sejarah.Joey Alexander dari Indonesia,negara yang tidak memiliki keterkaitan budaya dalam pengembangan musik jazz, justru memainkan musik jazz di kampong halaman musik jazz, dihadapan para pemusik jazz dan penggemar musik jazz.
Wall Street Journal pun menulis tentang performa Joey Alexander yang memikat sebagian besar hadirin di Jazz At Lincoln Center : “Despite the appearance of many jazz and comedy legends, most people at dinner—served family style at tables—couldn’t stop talking about a piano version of Thelonious Monk’s “‘Round Midnight” as performed by Joey Alexander a 10-year-old prodigy from Jakarta, Indonesia.
Billy Crystal,komedian dan aktor yang didapuk menjadi pemandu acara yang dihadiri pemusik jazz serta aktor layar lebar itu tercengang menyaksikan permainan piano Joey Alexander mulai dari gladi resik hingga ke malam gala dinner.” “I’m thinking steroids. We should test him. Should we test him?” ujar Billy Crystal yang disambut applause meriah dari para hadirin.
Dalam ulasan majalah Downbeat secara online juga memuji penampilan extravaganza Joey Alexander : “Ultimately, however, the show was stolen by a 10-year-old pianist named Joey Alexander, all the way from Bali, Indonesia. If the word “genius” still means anything, it applies to this prodigy. He played his own solo variations on “’Round Midnight” with a breathtaking precocity and mastery of several decades of piano style, eliciting a standing ovation not only from the audience but, more significantly, from the entire JLCO.”.
Sosok Joey Alexander juga terlihat berkelebat dalam pemberitaan CBS News. Sudah barang tentu kebanggaan tersebut tidak lagi milik Joey Alexander saja, tapi milik bangsa Indonesia.Menurut saya,ini adalah momen tepat untuk memperkenalkan Indonesia di mata dunia dalam sudut seni terutama musik.Indonesia yang selama ini hanya diberitakan dalam bingkai berita-berita mengenai gonjang ganjing politik yang tak tentu arah, akhirnya memperoleh sebuah berita yang menangkal carut marut iklim politik di negeri ini yang kerap diwartakan media-media internasional.