Archive for the ‘Koleksi’ Category

Trio Bersaudara Berdasarkan Zodiak

Posted: Desember 2, 2014 in Kisah, Koleksi

Trio Visca adalah kelompok vokal bersaudara yang terdiri atas Winny Prasetyo ,Widyawati Sophiaan  dan Ria Likumahuwa .Nama Visca diambil dari akronim zodiak ketiga bersaudara ini yaitu VIrgo,Scorpio dan CAncer.

Winny yang berbintang Virgo adalah yang paling sulung ,diilahirkan 28 Agustus 1947.Ria berbintang Scorpio dilahirkan pada tanggal 7 November 1948 dan yang bungsu Widyawati berbintang Cancer dilahirekan pada 12 Juli 1950.Trio ini terbentuk pada tahun 1965 dan mengikuti pola trio Motown ala The Supremes yang saat itu memang jadi perbincangan dunia.Trio Visca banyak menyerap pengaruh dan inspirasi dari The Supremes.

Album debutnya Black Is Black yang diambil dari lagu karya Michelle Grainger, Tony Hayes, Steve Wadey yang dipopulerkan Los Bravos tahun 1966.Trio Visca meremakenya di tahun 1968 lewat label Elshinta Record milik Soejoso Karsono a.k.a Mas Jos.Trio Visca diiringi oleh Orkes Gaja Remadja pimpinan Ireng Maulana..Ireng Maulana memberikan sentuhan pop dengan sedikit mengarah ke arah Pop R&B. serta beberapa malah diarahkan ke Latin Pop dan Bossanova  termasuk bernuansa blues ringan lewat lagu Boom Boom yang pernah menjadi hits di sekitar tahun 1962. 

Ada 12 track lagu di album ini,masing2 6 track di sisi A dan 6 track disisi B.Selain meremake atau menyanyikan ulang beberapa karya-karya mancanegara seperti Black Is Black,Boom Boom, Morgen Ben Ik De Bruid,Blame It On The Bossa Nova,Pretty Flamingo,Quizas Quizas Quizas, juga ada beberapa lagu karya W.Monrady seperti Tjinta Kasihku, Lambretta dan  Senjum Dikala Duka.Kemudian komposer Bambang D.E.S menyumbangkan lagu-lagu seperti  Mari Bergembira dan Putus Diudjung Tahun.  Juga ada Tjempaka karya Hamid.

Trio ini memiliki karakter kuat dalam harmoni vokal yang khas.Sayangnya Trio Visca hanya sempat merilis beberapa single 45 RPM dan sebuah album tunggal, setelah itu masing-masing personilnya mulai melakukan kegiatan yang berbeda.Widyawati memulai debut akting di layar lebar lewat film Pengantin Remadja di tahun 1971.Winny aktif berkegiatan di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta yang kini dikenal sebagai Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Ria yang kemudian sempat hengkang ke Bali.

Trio Visca terdiri atas Widyawati,Winny dan Ria

Trio Visca terdiri atas Widyawati,Winny dan Ria

Ini urutan tracklist album Trio Visca.
A1

Black Is Black

Songwriter – Michelle Grainger, Tony Hayes, Steve Wadey

2:37

A2

Morgen Ben Ik De Bruid

Songwriter – Adriaan van de Gein, Ger Rensen, Joop Luiten

3:15

A3

Blame It On The Bossa Nova

Songwriter – Cynthia Weil, Barry Mann

2:01

A4

Boom Boom

Songwriter – John Lee Hooker

2:25

A5

Pretty Flamingo

Songwriter – Mark Barkan

1:58

A6

Quizas Quizas Quizas

Songwriter – Osvaldo Farrés

2:04

B1

Mari Bergembira

Songwriter – Bambang D. E. S.

1:55

B2

Tjempaka

Songwriter – Hamid

2:49

B3

Tjinta Kasihku

Songwriter – W. Monrady*

2:18

B4

Senjum Dikala Duka

Songwriter – W. Monrady*

2:25

B5

Lambretta

Songwriter – W. Monrady*

2:02

B6

Putus Diudjung Tahun

Songwriter – Bambang D. E. S.

Saya dan piringan hitam Black Is Balck dari Trio Visca (Foto Agus WM).

Saya dan piringan hitam Black Is Balck dari Trio Visca (Foto Agus WM).

Mulai dari paruh era 60an ,lalu masuk  dasawarsa 70an hingga 80an  beberapa penyanyi Indonesia tercatat merekam album di Jerman Barat.Mulai dari kelompok jazz The Indonesian All Stars,Mogi Darusman,Vina Panduwinta serta kuartet Vanua Levu yang antara lain didukung dua penyanyi tenar Indonesia Duddy Iskandar dan January Christy.

Single Vanua Levu Shulu,Shululu

Single Vanua Levu Shulu,Shululu

Di tahun 1981 ada sebuah rilisan rekaman yang beredar secara internasional di Jerman Barat bertajukIsland Of Fantasy, sebuah album dengan materi musik crossover antara musik populer Hawaii dengan dikemas beat ala disko.Album ini berisikan sekitar 18 lagu .

vanua_levu-islands_of_fantasy

Ini ke 18 track album Vanua Levu :

Tracklist:

A1 Shulu, Shululu
Written-By – John Battes , Michael Zai
A2 Aloha Ohe
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , K. Semreh* , N. Martinique*
A3 Blue Moon
Written-By – R. Rodgers / Hart*
A4 Bali-Hai
Written-By – R. Rodgers / O. Hammerstein*
A5 Honolulu Love Song
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , N. Martinique*
A6 Suma Hama
Written-By – M. Love*
A7 Bananaboat Song
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , K. Semreh* , N. Martinique*
A8 Suki Yaki
Written-By – Ei Rokusuke , Nakamura Hachidai*
A9 Sleepy Lagoon
Written-By – E. Coates* , J. Lawrence*
B1 Jamaika Farewell
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , K. Semreh* , N. Martinique*
B2 Islands Of Fantasy
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , N. Martinique*
B3 Hawaiian Rose (Danny Boy)
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , K. Semreh* , N. Martinique*
B4 Only A Fool
Written-By – G. Kennedy*
B5 Island Of Dreams (There’s No More Corn On The Brassos)
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , K. Semreh* , N. Martinique*
B6 Moonlight In Hawaii
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade*
B7 The Moon Of Manakoora
Written-By – A. Newman* , F. Loesser*
B8 Yellow Bird
Written-By – G. Pocorni* , H.-R. Schade* , K. Semreh* , N. Martinique*
B9 Vanua Levu

Vanua Levu juga merilisnya dalam beberapa format vinyl single.

VVVVV

Dua Penyiar Memuji Deddy Damhudi

Posted: September 23, 2014 in Koleksi, Opini

Ada yang menarik ketika membaca guratan tulisan liner note yang termaktub di cover belakang album debut penyanyi Deddy Damhudi bertajuk Kasih Bersemi yang dirilis perusahaan rekaman Remaco tahun 1968 dengan kode produksi RL-046.Karena liner note nya ditulis oleh dua penyiar radio terdepan saat itu.Mereka adalah Jul Chaidir penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) dan Rusman Pandjaitan a.k.a JT Rusman penyiar radio ABC Australia seksi Indonesia di Melbourne. Kedua penyiar ini juga dianggap penikmat musik yang telaten dalam menyimak karya-karya musik.

LN

Nah mari kita simak isi liner note album Deddy Damhudi,salah satu penyanyi bersuara emas terbaik Indonesia :

Tidak selamanja djalan menudju ketenaran itu merupakan djalan jang lurus lempang,lebar dan rata.Tidak semua penjaji dapat mengalami atau melalui proses jang sama untuk naik ditangga ketenarannja. Djika dibanding kepada Tetty Kadi maka jang dialami Deddy Damhudi pastilah djauh berlainan. Namun djika kita melirik sebentar ke Ernie Djohan djelaslah persamaan djalan jang ditempuh Deddy Damhudi. Sebab baru bertahun-tahun setelah ia muntjul dan membawakan bermacam-macam lagu dan styl,namanya mendjulang tinggi dengan pesatnja. Begitulah kita dapat mempersamakan biduan djangkung dari Bandung ini apabila ingin melihat kemasa depannja. Suaranja jang tinggi liris dan memiliki vibra jang chas itu betul-betul mempesonakan dengan pembawaan jang memang datang dari seorang biduan jang telah masak.

Pengalamannja dibidang pemilihan Bintang Radio Daerah ataupun seluruh Indonesia memang tjukup hebat, karena beberapa kali ia memenangkan kedjuaraan.Uuntuk Daerah ia menangkan kedjuaraan pertama baik dibidang seriosa ataupun hiburan.

Sedangkan dalam kedjuaraan Indonesia,ia pernah mendapat Djuara ke  III .Berdasdarkan bakat,pengalaman ,teknik dan ketekunan jang ia miliki ,kita jakin bahwa kedudukan Deddy Damhudi pada masa depan ,tanpa mendahului ,pastilah masa depan jang baik

Jul Chaidir – JT Rusman

Cover depan album debut Deddy Damhudi (Foto Denny Sakrie)

Cover depan album debut Deddy Damhudi (Foto Denny Sakrie)

Saat  menemani God Bless latihan pada hari selasa 26 Agustus 2014 lalu, saya membawa kepingan single 45 RPM Clover Leaf. Achmad Albar yang akrab dengan panggilan Iyek menyungging senyum saaat saya memperlihatkan  rekaman lawas tersebut.

Di single bertajuk Tell The World,gitaris Ludwig LeMans bergabung dengan Clover Leaf untuk pertamakali (Foto Denny Sakrie)

Di single bertajuk Tell The World,gitaris Ludwig LeMans bergabung dengan Clover Leaf untuk pertamakali (Foto Denny Sakrie)

Sambil memegang single 45 RPM Clover Leaf “Tell The World yang dirilis Imperial Record ,Achmad Albar yang pernah menjadi vokalis band yang terbentuk di Belanda itu lalu bertutur tentang ikhwal Clover Leaf. “Clover Leaf itu sebetulnya memainkan musik pop bukan rock” urainya.Saat itu Clover Leaf hanya membuat vinyl single,imbuh Achmad Albar lagi.Lalu kemanakah personil Clover Leaf ?.”Waktu saya ke Belanda tahun 2011 saya masih bertemu mereka,tapi bassist Jacques Verburgt telah meninggal dunia.Dua tahun lalu Ludwig LeMans malah pernah ke Yogya dan Bali bersama keluarganya” cerita Achmad Albar yang membentuk band Clover Leaf di tahun 1968.Para personil Clover Leaf yaitu Achmad Albar (vokal utama),Ludwig Loetje LeMans (gitar),Roy Stubb (drummer),Eugène den Hoed ( gitaris),Jacques Verburgt(bassist),Marcel Lahaye (keyboard) dan Adrrie Voorheijen-( drummer).

Bersama vokalis Clover Leaf (1968-1972) Achmad Albar (Foto Denny Sakrie)

Bersama vokalis Clover Leaf (1968-1972) Achmad Albar (Foto Denny Sakrie)

Sembari memperhatikan cover Tell The World/Come Home, Achmad lalu mengimbuh cerita :”Di rekaman ini adalah untuk pertamakali muncul gitaris baru Clover Leaf Ludwig LeMans yang masuk menggantikan Eugene De Hoed.Ludwig ini lebih terampil main gitarnya.Dan dia punya touch rock yang kuat.Saat itu saya sudah melihat kemampuan bermain gitar Ludwig saat masih tergabung dalam kelompok  musik 19th Dimensions” urai Achmad Albar.

Disepanjang karirnya, Clover Leaf hanya merilis rekaman dalam bentuk single 45 RPM yang dirilis oleh label Polydor Belanda,Decca Record  dan Imperial Record .antara lain Time Will Show/Girl Where Are You Going To  (1969),Grey Cloud/ Love Really Changed Me  (1969),Don’t Spoil My Day/Sweeter Better  (1970),What Kind Of Man/Time Of Troubles  (1970),Tell The World/Come Home  (1971), Oh What A Day/Such A Good Place (1971) serta Makin’ Believe/Mister Lonesome (1972) dan single terakhir Clover Leaf adalah Woman/If You Meet Her (1973)

Don’t Spoil My Day yang kemudian bisa dianggap yang menjadi parameter kesuksesan Clover Leaf,karena lagu ini menjad hits yang dikenal hampir setiap orang saat itu.

Lagu lagu Clover Leaf sempat masuk chart di negara-negara Eropah.Bahkan Clover Leaf pun telah melakukan tur konser di Belgia,Jerman,Austria  dan beberapa negara Eropa lainnya.”Seingat saya banyak yang memuji Clover Leaf saat tampil diatas panggung” kenang Albar lagi.

Band ini ,kata Achmad Albar lalu vakuum dan  membubarkan diri tahun 1972.Tahun 1973 Achmad Albar dan sang gitaris Ludwig LeMans berlibur ke Jakarta.”Saat berlibur lalu saya tertarik untuk bikin band rock di Jakarta.Dengan menggunakan visa turis Ludwig LeMans jadi gitaris pertama God Bless.Setelah memperpanjang izin visa dua kali,akhirnya Ludwig saat itu balik ke Belanda dan tercatat hanya 6 bulan jadi anggota God Bless” ucap Achmad Albar siang kemarin di DSS Studio.

Koes Plus adalah band pop termasyhur dan paling banyak digemari khalayak disepanjang era 70an.Popularitas band yang dimotori keluarga Koeswoyo ini seolah tak terbendung lagi semenjak mereka berempat melebur diri menjadi Koes Plus dari Koes Bersaudara pada tahun 1969 dengan masuknya drummer Kasmuri atau Murry yang menggantikan Nomo Koeswoyo pada posisi drummer.Tak heran,jika Koes Plus jadi pusat sorotan siapa saja.Koes Plus ada dimana-mana.

Koes Plus memulai gerakan merchandising pada era 70an dengan meluncurkan buku-buku tulis bergambar Koes Plus (Foto Denny Sakrie)

Koes Plus memulai gerakan merchandising pada era 70an dengan meluncurkan buku-buku tulis bergambar Koes Plus (Foto Denny Sakrie)

Berkumandang di radio,muncul di TVRI yang satu-satunya itu,juga tampil dalam berbagai iklan termasuk menjadi cameo disejumlah film layar lebar seperti “Bing Slamet Setan Djalanan” (1971) maupun “A.M.B.I.S.I” (1973).Koes Plus yang jadi ikon musik pop itu juga terlihat dalam postcard maupun kartu mainan anak-anak serta menjadi sampul buku tulis anak sekolah.Jaman dulu memang belum dikenal istilah merchandise, tapi agaknya dengan ketenaran Koes Plus yang merajalela ini, benda-benda bernuansa Koes Plus tersebut rasanya tak salah jika dileretkan sebagai merchandise. Rasanya tak salah jika saya menyebut bahwa band pop dalam budaya pop di Indonesia yang pertamakali menghadirkan format merchandise adalah Koes Plus dengan segala pernak-perniknya itu.Mungkin item yang belum missal saat itu adalah kaos T seperti yang lazim ditawarkan oleh artis atau band-band sekarang.

Inilah buku buku tulis bersampul foto-foto Koes Plus yang muncul di sekitar tahun 1974 (Foto Denny Sakrie)

Inilah buku buku tulis bersampul foto-foto Koes Plus yang muncul di sekitar tahun 1974 (Foto Denny Sakrie)

Seingat saya buku-buku tulis bergambar Koes Plus yang dilengkapi dengan lirik-lirik lagu Koes Plus pada sampul bagian dalam mulai merebak pada sekitar tahun 1973-1974.Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 4 atau 5 SD.Patut diakui,sebagai anak kecil,saya tengah menggandrungi Koes Plus yang konsernya saya tonton langsung saat Koes Plus bermuhibah manggung ke Ujung Pandang pada sekitar tahun 1972 di Gedung Olahraga Mattoanging Ujung Pandang.Saya betul-betul terkesima menyaksikan penampilan Koes Plus yang terdiri atas Tonny Koeswoyo (gitar,organ,vokal),Yon Koeswoyo (vokal utama,gitar),Yok Koeswoyo (bass,vokal) dan Murry (drummer).Mereka berempat betul-betul dinamis dan atraktif dengan setumpuk lagu yang mudah dan gampang diikuti.Saya yang sebelumnya menggemari lagu-lagu Heintje,akhirnya mulai meninggalkannya dan beralih ke kuartet pop yang berasa; dari Tuban,Jawa Timur itu.
Nah,ketika akhirnya muncul buku-buku tulis bergambar pose-pose Koes Plus yang diimbuh tandatangan (printing tentunya) serta lirik-lirik lagunya, tak ayal lagi saya pun segera meminta uang pada orang tua saya untuk membeli buku-buku Koes Plus yang dipampangkan di etalase toka alat tulis menulis.
Rasa gembira dan puas menyatu saat buku-buku bergambar Koes Plus tersebut telah berada dalam genggaman. Buku-buku itu dicetak oleh Tiara Sakti.Seitidaknya ada sekitar lebih dari 10 ragam buku bergambar Koes Plus yang dijual sekitar Rp 10 atau Rp 15 perbuku. Uniknya,buku buku Koes Plus tersebut tak pernah saya pakai untuk menulis pelajaran di sekolah.jadi buku buku itu saya perlakukan hanya sebagai merchandise belaka.
Saking lakunya buku-buku bergambar Koes Plus saat itu,hingga akhirnya muncul buku-buku Koes Plus yang dibajak atau dipalsukan.Kontan percetakan Tiara Sakti yang memproduksi buku-buku Koes Plus itu lalu mulai mencantumkna semacam maklumat dalam salah satu sampul buku Koes Plus tersebut.

Buku tulis Koes Plus dengan sebuah maklumat untuk menangkal pembajakan (Foto Denny Sakrie)

Buku tulis Koes Plus dengan sebuah maklumat untuk menangkal pembajakan (Foto Denny Sakrie)

Bunyi tulisannya seperti ini :
Kepada semua penggemar band Koes Plus dimana saja berada ,kami,Tonny Koeswoyo,Jok Koeswoyo,John Koeswoyo dan Murry mengajak para penggemarnya untuk menikmati hasil persetujuan kami dengan menyerahkan kepercayaan kepada percetakan TIARA SAKTI di Jakarta berupa hasil opname foto dengan gaya (pose) serba baru berbentuk buku –buku tulis,postcard dan gambar-gambar poster. Bantuan percetakan Tiara Sakti dalam terselenggaranya maksud tersebut telah memberikan jaminan buku-buku tulis,postcard dan gambar-gambar poster yang serba indah untuk selalu dikenang oleh setiap penggemar band Koes Plus.Terimakasih .
Jakarta 29 Maret 1974

Group Band Koes Plus :

Tonny Koeswoyo                                    Jok Koeswoyo

John Koeswoyo                                      Murry

Dan buku-buku tulis bergambar Koes Plus ini lalu diikuti dengan munculnya buku-buku tulis bergambar band atau artis lainnya mulai dari Panbers,Ernie Djohan hingga pasangan Benyamin Sueb dan Ida Royani.
Inilah era awal merchandise dalam industri musik popular di Indonesia.Semuanya berawal dari band Koes Plus yang fenomenal.
Buku-buku Koes Plus ini Alhamdulillah masih saya simpan rapi hingga saat ini.

 

 

Di tahun 1972 perusahaan rekaman raksasa Remaco merilis album debut dari band dengan nama Fantasi.Band ini didukung oleh Jasir Sjam yang juga bertindak sebagai pimpinan band ,serta Minggoes Tahitoe,Robert De Fretes dan Jujun.Dua diantara pendukung Fantasi Band justru dikenal sebagai seoarng komposer atau penulis lagu-lagu pop. Keempat personil Fantasi Band juga tampil sebagai penyanyi.

fantasi1

Sayangnya album ini memang menjadi underrated.Bahkan album ini malah menjadi penghuni side B dari album Koes Plus.

Semua lagu yang termaktub di album ini merupakan karya dari Jasir Sjam

Ini tracklist album Fantasi Band :

Muka 1

1.Dengarkanlah

2.Gembira

3.Kembalilah Kasih

4.Datanglah

5.Apa Salahku

Muka 2

1.Tamasya

2.Berilah Harapan

3.Kukenang

4.Pelepas Rindu

5.Di Pantai

fan

Mungkin banyak yang tidak mengetahui keberadaan album ini.Mungkin ini adalah album solo dari bassist sekaligus vokalis Koes Bersaudara atau Koes Plus Yok Koeswoyo yang berbeda dengan konsep musik Koes Plus.Tajuk album ini yaitu “Nyanyian Hitam” agaknya telah menyiratkan isi lagu-lagu dalam album ini yang merupakan kolaborasi antara Yok Koeswoyo dan novelis Teguh Esha.Sosok Teguh Esha mulai diperbincangkan anak muda pada paruh era 70an saat meluncurkan novel Ali Topan Anak Jalanan yang kemudian dilayarlebarkan pada tahun 1977.

Album solo Yok Koeswoyo di tahun 1982 "Nyanyian Hitam" berkolaborasi dengan novelis Teguh Esha dan musik oleh Maroesja Naninggolan (Foto Denny Sakrie)

Album solo Yok Koeswoyo di tahun 1982 “Nyanyian Hitam” berkolaborasi dengan novelis Teguh Esha dan musik oleh Maroesja Naninggolan (Foto Denny Sakrie)

Teguh Esha juga dikenal sebagai penyebar istilah bahasa Prokem di kalangan anak muda terutama lewat narasi novel Ali Topan Anak Jalanan.
Syair-syair lagu yang ditulis Teguh Esha memang berkesan lugas dan terkadang gelap.Tersimak elemen protes maupun kritik sosial dalam karya-karya Teguh Esha, ambil contoh misalnya saat Teguh Esha berkolaborasi dengan penyanyi Mogi Darusman di tahun 1978 lewat album Aje Gile yang kemudian dibreidel pihak berwajib karena lirik-lirik lagunya yang mengkritik Pemerintah tanpa tedeng aling aling semisal pada lagu Rayap-Rayap yang liriknya mengkritik para koruptor di negeri ini.
Nah, nuansa seperti itulah yang tertuang dalam 9lagu yang ditulis Yok Koeswoyo bersama Teguh Esha pada album yang dirilis Purnama Record.
Lagu lagu itu adalah ,Lagu Anak Gedongan,Nyanyian Hitam,Balada Pondok Indah,Optimisme,Selamat Pagi Bunga Muda,Teratai Ditengah Luka,Buanglah Dukamu,Buku Biru dan Percintaan Selesai
Dari departemen musik sendiri album ini juga mengedepankan warna musik yang tak lazim dimainkan Yok Koeswoyo saat bersama Koes Bersaudara maupun Koes Plus.Di album ini,aransemen music digarap oleh pianis dan komposer klasik/kontemporer Maroesja Nainggolan dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Maruiesja yang khatam bermain piano klasik itu mengajak rekan-rekannya sealmamater dari IKJ ikut mendandani album Nyanyian Hitam Yok Koeswoyo ini.Mereka adalah Harry Sabar Tobing yang bermain drum dan perkusi,Robin Simangunsong juga bermain drum dan perkusi serta Jose memetik gitar dan menggesek cello.Baik Robin dan Jose adalah mahasiswa jurusan ilmu seni musik di IKJ dan juga anggota dari band progresif yang dibentuk Iwan Madjid yaitu Abbhama. Maroesja sendiri selain menjadi music director,menulis arransemen juga memainkan berbagai perangkat keyboard mulai dari piano hingga synthesizers.

Sayangnya album solo yang memikat ini ironisnya nyaris tak dikenal orang.Popularitas lagu-lagu Koes Plus yang massive agaknya menutup permukaan album Nyanyian Hitam ini.

1.Warung Kopi Prambors (Cangkir Kopi)                                Pramaqua,1979

Kaset Warkop Prambors pertama di tahun 1979 (Foto Denny Sakrie)

Kaset Warkop Prambors pertama di tahun 1979 (Foto Denny Sakrie)

   Ini album pertama Warung Kopi Prambors dengan kover secangkir kopi yang dirilis Pramaqua pada tahun 1979.Terdiri atas Nanu,Kasino,Dono dan Indro.Diangkat dari pertunjukan Warkop di Palembang pada tahun 1979 serta di studio Gelora Seni dengan peñata suara Alex Kumara  dan Dannes Item .Joke reading mendominasi isi kaset ini.Mereka terampil melempar folklorik bernuansa  etnik.Pihak Pramaqua memberi  flatpay  sebesar Rp 10 juta untuk Warkop.Jumlah yang besar jika dibandingkan saat Pramaqua membayar album  perdana  God Bless (1976) sebesar Rp 5 juta.Kaset ini laku sebanyak 260 ribu keping melampaui penjualan LCLR Prambors 1977 dan Badai pasti Berlalu. Disini tampil pula musik dangdut lewat pemunculan Orkes Melayu Rindu Order yang dipimpin Pak Djumadi .Kenapa bernama Rindu Order ? .”Abis tiap hari pak Djumadi selalu nelpon ke kita ada job lagi gak buat kite-kite.Langsung kite namain aja OM Rindu Order” jelas Indro yang terampil meniup suling bambu itu.

Covernya yang dirancang oleh Lesin  pun terlihat  artistik.Menampilkan sebuah cangkir dengan kopi yang mengepul.

 

 

2.Warung Kopi Prambors (Warung Tenda)      Pramaqua,1979

Kaset Warkop Prambors Warung Tenda (Foto Denny Sakrie)

Kaset Warkop Prambors Warung Tenda (Foto Denny Sakrie)

Dengan illustrasi  sebuah WarungTenda yang kembali ditoreh  perancang grafis Lesin , album kedua Warkop Prambors kian memantapkan diri sebagai  kelompok lawak dengan ketrampilan melahirkan sindiran dalam bentuk jokes.

Baron Ahmadi menuliskan beberapa kisah humor.Warkop pun mulai melakukan parodi lagu diantranya memplesetkan lagu “Kidung” karya Chris Manusama..”Karena di lagu Kidung kami memplesetkan kata kelabu menjadi Callebout,maka kami pun meminta izin terlebih dahulu pada mbak Doris Calebout.Musik digarap Abadi Soesman dan Ian Antono  dari God Bless serta Orkes Keroncong Irama Jemblem.Warkop bereksperimen memadukan musik  rock dan keroncong.Introduksi menampilkan solo gitar rock yang meraung raung dari jari jemari Ian Antono lalu bersambung dengan gaya keroncong yang khas dari Orkes Keroncong Irama Jemblem mengiringi Kasino yang mendendangkan “Jenang Gulo” dengan syahdu. Di album ini Pramaqua menaikkan harga Warkop menjadi Rp 25 juta per album.Sebuah pembayaran yang cukup fantastik.Di tahun yang sama Achmad Albar merilis album dangdut bertajuk “Zakia” yang kabarnya juga dibayar sekitar Rp.25 juta.Kaset kedua Warkop ini digawangi oleh 4 penata suara handal Jakarta saat itu yaitu Alex Kumara,In Chung,Stanley dan Dannes Item.

Rekaman di muka A adalah saat Warkop tampil secara live di Jakarta dan Bandung.Lalu di muka B menampilkan rekaman live Warkop di kota Pontianak dan sisanya di Studio Irama Mas yang terletak di kawasan Pluit  Jakarta.Kasino menyanyikan lagu “John Tra La La” karya Chris Manusama yang diiringi Abadi Soesman Band.Intronya mengingatkan kita pada komposisi karya Billy Preston “Nothing From Nothing” (1972)

 

 

3.Warung Kopi & OM PSP                                                 DD Record 1979

 

 

Diangkat dari acara memperingati Hari Ulang Tahun ke 16  TVRI pada tahun 1978 yang mempertemukan Warkop Prambors dan Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks.Kolaborasi ini seperti reuni almamater Universitas Indonesia.Kasino dan Dono berduet lewat lagu “Saudara” yang pernah dipopulerkan  penyanyi dangdut Ellya Khadam serta lagu “Siksa Kubur” yang dipopulerkan Ida Laila.Nanu malah menyanyikan lagu dangdut milik Koes Plus yang dipopulerkan Elvy Sukaesih “Cubit Cubitan” dengan aksen Tapanuli yang khas dan sudah pasti bikin gerrr.OM PSP sendiri menyanyikan lagu lagu seperti “Seiya Sekata”,”Milikmu” dan “Karena Lirikan”.

Mungkin karena sama sama satu almamater,kolaborasi humor antara Warkop Prambors dan OM PSP terdengar lebih menyatu dan tek-tok.Kerap menyentil peristiwa aktual saat itu .Sebuah formula lawak dan musik yang bersenyawa dengan bagus.

 

 4.Mana Tahan                                                       Purnama Record , 1980

Walaupun muka Nanu terlihat pada sampul kaset yangdiambil dari poster film perdana Warkop Prambors “Mana Tahaaan” ,namun ini merupakan kali pertama Warkop Prambors tampil bertiga setelah Nanu Mulyono  bersolo karir dengan membintangi film “Rojali dan Juleha”.”Sebetulnya saat itu Nanu absen bersama kita karena harus menyelesaikan mata kuliahnya yang banyak terbengkalai di kampus” ungkap Indro.Kaset ini pun tetap menampilkan puspa ragam lelucon yang dipadu lagu-lagu yang diangkat dari soundtrack film “Mana Tahan” dengan musik yang digarap Yockie Suryoprayogo dan Abadi Soesman.Penulis humor Arwah Setiawan bersama Yusuf Lubis,Tejo dan Kasino didapuk sebagai tim penulis naskah humornya

Yockie  Suryoprayogo yang saat itu tengah melejit sebagai pasangan Yockie Chrisye dalam menghasilkan album “Sabda Alam” dan “Percik Pesona” menampilkan sebuah warna musik dangdut kontemporer di kaset “Mana Tahan” ini.Simak permainan Solina String Yockie pada introduksi dan interlude lagu “Andeca Andeci” karya Oslan Husein  lewat duet Kasino dan ratu dangdut Elvy Sukaesih yang bernuansa progresif rock.Teknik glissando Yockie  Suryoprayogo terasa banyak dipengaruhi gaya jawara keyboard asal Switzerland Patrick Moraz yang pernah mendukung Yes dan The Moody Blues

Abadi Soesman malah menulis lagu dangdut “Mana Tahaaan” yang dinyanyikan secara keroyokan oleh Dono,Kasino dan Indro.Ternyata diam diam dua pemain keyboards yang pernah tergabung dalam band rock God Bless ini piawai  pula berlenggok dangdut.Mana Tahaaan !

Dokter Masuk Desa (Foto Denny Sakrie)

Dokter Masuk Desa (Foto Denny Sakrie)

 

5.Dokter Masuk Desa                                           Purnama, 1981

Dikaset ini untuk pertama kali Warkop Prambors hadir dengan naskah humor yang tematik.Mereka tidak lagi mengandalkan joke reading.Dengan tajuk “Dokter Masuk Desa”,Warkop menggali kisah lucu diseputar dokter yang melayani masyarakat desa.Warkop meniru gaya Sambrah yang melibatkan spontanitas penonton sebagai bagian dari cerita.Perubahan gaya lawak Warkop Prambors ini memang telah termaktub pada liner notes yang terpancang di bagian dalam sampul kasetnya :” Begitu suara ini sampai di gendang telinga anda,anda akan menemukan warna Warung Kopi yang lain.Kami tak lagi menghadirkan penggalan-penggalan jokes seperti sebelumnya.Alasannya ? Kami mencoba berimprovisasi dengan meninggalkan patokan-patokan naskah atau perencanaan yang selalu kami tulis sebelum muncul.Spontanitas ! Itu yang ingin kami sampaikan seperti model “sambrah” yang melibatkan juga penonton secara verbal waktu kaset ini dibuat.Keterlibatan verbal itulah yang kami harapkan bisa dinikmati sebagai sebuah kaset.

Musik disuguhkan oleh band bocah Irama Teler “Pengantar Minum Racun” yang kelak akan dikenal sebagai Orkes Moral Pengantar Minum Racun dengan frontman-nya Johnny Iskandar.Mereka mengiringi Kasino menyanyikan lagu “Just The Way You Are” nya Billy Joel dalam irama dangdut dan liriknya pun diubah menjadi “Modal Asing”.Kelompok “Pengantar Minum Racun” ini pun menyodorkan dua lagu ciptaannya yaitu “Gengsi Anak Muda” dan “Pelajaran Bahasa Inggeris Jilid Dua” yang dinyanyikan oleh siapa lagi kalau bukan Kasino.

Gerhana Asmara Gepeng Srimulat  dan Warung Kopi (Foto Denny Sakrie)

Gerhana Asmara Gepeng Srimulat dan Warung Kopi (Foto Denny Sakrie)

 

 

6.Gerhana Asmara (Warkop dan Sri Mulat)    JAL Record 1982

Warkop berkolaborasi dengan  kelompok lawak tradisional Sri Mulat yang menurunkan pemain seperti Gepeng,Tarsan,Asmuni,Basuki dan Jujuk.Cerita yang mengambil kisah romansa ini memperlihatkan ketrampilan dua kelompok lawak ini dalam pola interaksi yang responsive,walau keduanya memiliki latar belakang gaya humor yang berbeda

Rekamanlawak  ini berlangsung didua kota yaitu Jakarta dan Solo.Di Solo berlangsung di Sahid Jaya Hotel Solo yang didukung Gepeng,Indro dan Kasino.Saat itu Gepeng “dipinjam” dari Lembaga Pemasyarakatan Solo karena memiliki senjata api .Rekaman lainnya berlangsung di Jakarta yang melibatkan Dono dan Tarsan.Kolaborasi ini ternyata memang gerrrr……

Pengen Melek Hukum (Foto Denny Sakrie)

Pengen Melek Hukum (Foto Denny Sakrie)

 

7.Pengen Melek Hukum                                       Insan Record,1983

 

Indro berperan sebagai mahasiswa Fakultas Hukum yang aktif memberikan penyuluhan hukum pada masyarakat.Sindiran terhadap dunia hukum serta masalah korupsi menjadi materi humor yang memenuhi lakon cerita.Penulis humor Tri Sakeh dan kartunis Johnny Hidayat menuliskan naskah ceritanya.Salah satu lakon lawak terbaik Warkop.

Musik digarap oleh Gatot Sudarto yang kerap membuat illustrasi musik untuk film-film layar lebar.Gatot menulis dua lagu di kaset ini yaitu “Obrolan Warung Kopi” yang liriknya ditulis oleh Gatot Sudarto,Tris Sakeh dan Yudhie NH.Lagu ini dibawakan dengan gaya folk yang segar.Bahkan harmonisasi suara Kasino dan Indro sepintas seolah meniru gaya The Everly Brothers.Lagu lainnya adalah “Jakarta Jakarta” yang liriknya pun ditulis trio Gatot Sudarto,Tris Sakeh dan Yudhie  NH.Namun yang menarik adalah saat Gatot dengan jahil memedleykan lagu “Jula Juli” dengan lagu “Maybe” nya Thom Pace yang menjadi tema lagu serial televise sohor saat itu Grizzly Adams.

Gatot Sudarto memang tak ingin setengah setengah dalam menata arransemen music untuk Warkop Prambors ini antara lain dengan menyusupkan elemen instrument musik tiup dan gesek.

 

Kaset Semua Bisa Diatur (Foto Denny Sakrie)

Kaset Semua Bisa Diatur (Foto Denny Sakrie)

 

8.Semuanya Bisa Diatur                                       JAL Record , 1984

Dengan mengambil jargon yang saat itu kerap diucapkan Wakil Presiden Adam Malik “Semua Bisa Diatur”,Warkop kali ini bertutur tentang seorang Lurah yang baru diangkat sebagi Lurah Desa.Indro berperan sebagai Lurah.Kasino dan Dono memerankan orang desa yang lugu tapi jahil.Humor bernuansa kritik sosial  bertebaran disana-sini. Karena saat itu tengah demam Michael Jackson,Kasino pun memplesetkan lagu “Beat It” menjadi “Cepirit”.Di saat bersamaan lagu Michael Jackson itu pun diplesetkan oleh penyanyi Weird Al Yankovic menjadi “Eat It”.Al Yankovic tercatat sebagai penyanyi parody,pelawak dan satirist .Kemungkinan besar Kasino terpengaruh dengan musik  parodi yang diusung oleh Weird Al Yankovic dari Amerika Serikat itu.

Kaset Pokoknya Betul (Foto Denny Sakrie)

Kaset Pokoknya Betul (Foto Denny Sakrie)

 

 

 

9.Pokoknya Betul                                                  JAL Record , 1984

Indro dan Dono berlibur ke Bali dan bersua dengan Kasino yang berperan sebagai orang Bali.Kasino berhasil memerankan orang Bali dengan bagus terutama meniru kegagalan sebagian besar orang Bali saat melafalkan kata yang dimulai dengan  huruf T secara sempurna.Untuk kedua kalinya  muncul OM Pengantar Minum Racun sebagai pengiring Warkop memparodikan lagu “Flashdance What A Feeling” yang dipolulerkan Irena Cara  dan “I Don’t Want To Talk About It” nya rocker berambut jabrik Rod Stewart.

 

10.Sama Juga Bohong                                           Sokha 1986

Album ini berisikan soundtrack yang terdapat pada film “Sama Juga Bohong” yang musiknya digarap Franki Raden.Selain Warkop,sederet penyanyi sohor saat itu ikut tampil disini seperti Gito Rollies,Farid Hardja dan Nuri Amalia.Franki Raden bahkan menulis lagu khusus untuk Warkop bertajuk “Robot Robot”.

Di kaset Warkop ini banyak bertebaran pemusik berbakat seperti Dodo Zakaria yang sebetulnya juga berperan sebagai pemain keyboardspada  band yang mengiringi  Warkop tampil di pentas pertunjukan.Ada juga drummer Symphony Ekki Soekarno  Bahkan pemusik jazz seperti Gilang Ramadhan (drums)  dan Mates (bass) serta Yoyok (saxophone) ikut mendukung musiknya.

Kaset Makin Tipis Makin Asyik (Foto Denny Sakrie)

Kaset Makin Tipis Makin Asyik (Foto Denny Sakrie)

 

11.Makin Lama Makin Tipis                                Union Artis  1987

Untuk pertamakali Warkop melepas nama Prambors dan menggantinya dengan Warkop DKI,sesuai dengan inisial ketiga anggotanya Dono Kasino dan Indro.Warkop bercerita tentang seorang guru yang mengajar dihadapan murid-muridnya yang usil dan jahil.Kali ini musik Warkop DKI  dipercayakan pada Rezky Ichwan pemusik jebolan Berklee Music of College Boston Amerika Serikat.Pilihan musiknya mengarah ke gaya jazz fusion yang saat itu ngetren. Banyak mengambil music programming yang telah deprogram terlebih dahulu tata musiknya.

Ada 2 lagu yang bisa disimak di kaset yang judulnya mengisyaratkan pada alat kontrasepsi kondom yaitu “Nggak Janji Deh Ya” (ciptaan Rezky Ichwan dan Adjie Soetama)  dan “Makin Tipis Makin Asyik” (ciptaan Rezky Ichwan dan Budi Adrian Singawinata). 

Kaset Kunyanyikan Judulku (Foto Denny Sakrie)

Kaset Kunyanyikan Judulku (Foto Denny Sakrie)

 

12.Kunyanyikan Judulku                                      Harpa 1987

Di album ini Warkop DKI lebih banyak tampil sebagai penyanyi dengan sedikit selingan lawak.Yang menarik mereka membawakan gaya blues pada lagu “Blues Derita” yang ditulis Sonny Soemarsono dan Warkop sebagai penulis lirik.Lagu Oddie Agam diplesetkan menjadi “Antara Anyer dan Panarukan”.Setelah merilis album ini,Warkop  DKI justeru tak pernah menghasilkan sebuah kaset lawak lagi.Entah kenapa.

Yang menarik juga  adalah lirik lagu “Kunyanyikan Judulku” yang diambil dari sederet judul judul film layar lebar yang pernah dibintangi Warkop :

Gantian dong,tau diri dong

  Masa situ melulu

  Pokoknya beres pokoknya beres

  Semua bias diatur

  Eh Mister Chips

  Itu Bis Tingkat

  Atas Boleh Bawah Boleh

  Mana tahan mana tahan

  Dongkrak lu antik

  Maju kena mundur kena”

 

Musiknya digarap oleh Sonny Soemarsono yang di tahun 70-an pernah tergabung dalam band Scorchless dan Sri Mulat .

Bermula dari browsing di internet, suatu hari saya menemukan foto yang unik dan kreatif.Foto itu memperlihatkan seseorang tengah berpose dengan menutup wajahnya dengan cover album David Bowie bertajuk Aladdin Sane yang memperlihatkan wajah dari David Bowie.

Sleeveface cover album Heroes David Bowie

Sleeveface cover album Heroes David Bowie

Hingga akhirnya saya menemukan sebuah situs khusus yang menampilkan kegilaan para penggemar vinyl menutup wajahnya dengan cover album format vinyl.

George Benson (Foto Denny Sakrie)

George Benson (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface album Gino Vanneli Crazy Life (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface album Gino Vanneli Crazy Life (Foto Denny Sakrie)

Sejak itu saya menemukan istilah yaitu sleeveface.Bahkan situs yang memuat foto-foto kreatif itu pun dinamakan http://www.sleeveface.com .

Ini eksperimen sleeveface pertama yang saya lakukan dengan cover piringan hitam Frank Zappa Sheik Yerboutti (Foto Denny Sakrie)

Ini eksperimen sleeveface pertama yang saya lakukan dengan cover piringan hitam Frank Zappa Sheik Yerboutti (Foto Denny Sakrie)

Ternyata penggemar sleeveface ini cukup banyak.Saya tak menduga sama sekali.Bahkan akhirnya saya juga menemukan buku Sleeveface : Be The Vinyl ! di toko buku Kinokuniya di Plasa Senayan pada tumpukan buku-buku yang di sale.Buku Sleeveface itu didiskon sebesar 20 persen dari harga bandrolnya Rp.220.ooo. Buku seukuran saku itu berisikan berbagai foto-foto menarik tentang kegiatan sleeveface yang mengasyikkan karena mencuatkan kreativitas sang pelaku sleeveface dalam mencari dan menemukan cover album piringan hitam yang sesuai dengan yang mereka kehendaki.

Sleeveface album George Duke "Brazillioan Love Affair" (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface album George Duke “Brazillioan Love Affair” (Foto Denny Sakrie)

Buku Sleeveface itu disusun oleh Carl Morris dan John Rostron dan diterbitkan pertamakali pada November tahun 2008.Buku setebal 192 halaman ini berisikan sekitar 200 foto bergaya sleeveface yang unik,menarik dan inspiratif.Sleeveface ini merupakan selebrasi atas fisik cover piringan hitam yang tak lekang ditelan zaman.

Sleeveface dari cover piringan hitam solo Phil Collins (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface dari cover piringan hitam solo Phil Collins (Foto Denny Sakrie)

Di buku ini Carl Morris bertutur tentang ikhwal ditemukannya sleeveface ini ketika dia tengah bekerja sebagai seorang peramu musik atau disc jockey (DJ) di sebuah bar.Saat itu Morris iseng-iseng menempelkan cover piringan hitam ke wajahnya sendiri.Cover piringan hitam yang dipakai Carl Morris saat itu adalah album McCartney II dari Paul McCartney.Dan orang-orang yang berada disekitarnya menyambutnya dengan tawa dan senyum.Apa yang dilakukan Carl Morris memang unik.

Sleeveface dari album kompilasi Aneka 12 yang dirilis Remaco dengan wajah Bing Slamet (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface dari album kompilasi Aneka 12 yang dirilis Remaco dengan wajah Bing Slamet (Foto Denny Sakrie)

Tak lama kemudian Carl Morris menampilkan kreativitasnya di situs yang dibangunnya http://www.sleeveface.com. Ternyata situs ini mendapat perhatian banyak orang yang juga tergerak ingin menampilkan kreativitas yang sama. Saya sendiri akhirnya tergerak juga untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Carl Morris : Sleeveface.

Bob James (Foto Denny Sakrie)

Bob James (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface dari cover vinyl Morrissey (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface dari cover vinyl Morrissey (Foto Denny Sakrie)

Saya lalu memilih-milih koleksi vinyl saya dan mulailah eksperimen sleeveface ini saya lakukan dengan memakai cover piringan hitam David Bowie,Morrissey,George Duke,Phil Collins,Stanley Clarke,Frank Zappa,Gino Vannelli dan artis legendaris kebanggaan Indonesia siapa lagi kalau bukan almarhum Bing Slamet.

Sleeveface album solo bassist jazz Stanley Clarke Let Me Know You (Foto Denny Sakrie)

Sleeveface album solo bassist jazz Stanley Clarke Let Me Know You (Foto Denny Sakrie)

Betulkah majalah Diskorina yang terbit di Yogyakarta pertamakali pada tahun 1958 adalah majalah musik pertama di Indonesia ? Boleh jadi iya,walaupun pada saat itu pada sampul depan Diskorina tertera tagline madjalah umum bagi para remadja tapi isi sebagian besar Diskorina adalah berita tentang yang berkaitan dengan penyanyi,pemusik dan kelompok musik baik lokal maupun internasional.Selain itu DISKORINA juga dilengkapi dengan lirik-lirik lagu baik Indonesia maupun Barat serta chart lagu terpopuler dunia saat itu dalam rubrik Puntjak Tangga Lagu2, dan nama ini berubah menjadi Top Hits pada tahun 1967.

Pada bagian tengah majalah Diskorina yang berukuran seperti buku tulis ini selalu terselip semacam pin-up dengan foto-foto berwarna (diwarnai ?) dari para penyanyi,pemusik dan bintang film yang lagi tenar saat itu.

Ini adalah foto yang terletak dibagian tengah majalah.Terlihat foto Rachmat kartolo dan Alfian (Foto Denny Sakrie)

Ini adalah foto yang terletak dibagian tengah majalah.Terlihat foto Rachmat kartolo dan Alfian (Foto Denny Sakrie)

Saat itu berita atau informasi tentang pemusik luar negeri sangatlah minim, apalagi saat itu rezim Orde Lama sangat tidak menyukai musik Barat yang oleh Presiden Soekarno disebut sebagai musik ngak ngik ngok.Jika ingin mendengarkan perkembangan lagu-lagu Barat terbaru maka harus rajin rajin nguping siaran radio luar negeri seperti ABC Australia,Hilversum Belanda atau VOA Amerika.Jika para remadja yang berada atau the haves mereka mungkin bisa menyimak melalui piringan hitam yang dibawa oleh para orang tua mereka yang berdinas atau melancong ke mancanegara.

Madjalah Diskorina edisi 3 tahun 1966 yang diterbitkan di Yogyakarta (Foto Denny Sakrie)

Madjalah Diskorina edisi 3 tahun 1966 yang diterbitkan di Yogyakarta (Foto Denny Sakrie)

Maka jadilah Diskorina sebagai satu-satunya majalah musik yang digandrungi oleh para remaja Indonesia.Ingat Diskorina ini justru muncul dari Yogyakarta, bukan Jakarta atau Bandung yang bisa dianggap sebagai kota yang paling duluan menyerap tren lifestyle atau musik.Ini tentu merupakan hal yang menatik yang patut dicatat.Bahkan menurut sahabat saya Pandu Ganesa majalah Diskorina terbitnya belumlah stabil :”terbitnya asal ingat saja, bisa bulanan, bisa 3 bulanan ,pernah juga setahun hanya terbit sekali “. Tapi yang mengagumkan Diskorina tetap bertahan hingga akhir era 60an.

Jadi bisa anda bayangkan pada zaman itu anak muda harus menunggu terbit majalah Diskorina dalam rentang waktu yang cukup panjang.

Ini adalah foto foto kelompok musik papan atas pada tahun 1966 yaitu Orkes Pendawa dengan drummer Fuad Hassan dan Orkes Pantja Nada pimpinan Enteng Tanamal (Foto Denny Sakrie)

Ini adalah foto foto kelompok musik papan atas pada tahun 1966 yaitu Orkes Pendawa dengan drummer Fuad Hassan dan Orkes Pantja Nada pimpinan Enteng Tanamal (Foto Denny Sakrie)

Saya mencatat satu perkembangan yang cukup mengagumkan dimana sejak majalah Diskorina edisi tahun 1967 dalam boks redaksinya tercantum nama-nama koresponden Diskorina yang berada di luar negeri misalnya Bambang Nirbojo S (India), PT  Tjhai (Australia), Elizabeth Schornac (USA), R. Huitink dan  Baby v. Hill (Holland).Sementara untuk koresponden dalam negeri ada nama-nama seperti Liz Musirlan Msd,. B.A., Soerono Sunartio, Ernie & Denny, Johny Tan, Henry Tjoa, Magda Tjio, dan  Juultje Tan.Salah satu dari mereka yang bernama Denny adalah Denny Sabri yang kelak di tahun 1967 merintis mendirikan majalah musik di Bandung dengan nama Aktuil.

Adapun majalah Diskorina yang saya pampangkan disini adalah edisi no.3 tahun 1966 dengan memakai foto Titiek Puspa sebagai cover depan.Harganya tertera Rp 5.Menariknya disetiap eksemplar majalah Diskorina tercantum semacam nomer registrasi, misalnya pada edisi tahun 1966 tercantum tulisan Nomor Saudara 270436, sesuatu yang tak ditemukan lagi pada penerbitan majalah di zaman sekarang ini.

Majalah Diskorina sekarang pada akhirnya menjadi barang antik yang banyak diincar orang.Saya membeli Diskorina ini seharga Rp 25.000 di kios buku-buku bekas/antik di basement Blok M Square.