Jogja Hiphop Foundation adalah fenomena dalam sejarah musik popular di Indonesia.Dengan menyerap budaya hiphop dari seberang dan kemudian disemaikan dalam baluran tradisional Jawa,upaya Kill The DJ dan kawan-kawan dari Yogyakarta ini akhirnya memiliki media berekspresi yang tepat dan kontekstual, bertolak dari semangat gugat yang kritis dan cerdas.Mereka membicarakan apa saja dalam sederet lagu yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan Jawa.Ada 20 lagu mereka yang saya simak dan saya catat, seperti berikut ini.
1.Jogja Istimewa
Lagu bernuansa gugat ini seolah menjadi lagu rakyat Jogjakarta.Lagu ini seperti sebuah penyemangat bagi pelbagai lapisan masyarakat terutama gerakan sadar akan hak-hak mereka sebagai warga Jogja.Menariknya,lagu Jogja Istimewa berkumandang dipelosok Jogja termasuk dalam sidang rakyat Yogyakarta menentang upaya Rancangan Undang Undang (RUU) Keistimewaan Yogyakarta oleh Pemerintah Pusat pada 13 Desember 2010.
Dengan membaurkan beat hip hop dan groove tradisional,lagu ini menggelegar laksana pasukan tambur yang ditabuh rakyat.Kill The DJ sebagai penulis lirik mentakwilkan bahwa 70 persen lirik Jogja Istimewa diambil dari quote tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno,Ki Hadjar Dewantoro serta Sultan Hamengkubowono IX.”Sisanya adalah tulisan saya berdasarkan teks-teks tradisional Jawa” urai Marzuki Mohamad.Ini cuplikannya :
“Tambur wis ditabuh suling wis muni
Holopis kuntul baris ayo dadi siji
Bareng para prajurit lan senopati
Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti”
Yang maknanya kurang lebih berarti :” Tambur telah ditabuh, seruling sudah berbunyi, Bersatu padu menjadi satu, Bersama prajurit dan senopati, Mulia atau mati rakyat dan raja adalah satu”
2.Jogja Ora Didol
Lagu ini bermaksud mengkritik perihal kesemrawutan yang terpampang di Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai terjarahnya ruang publik dengan menjamurnya hotel dan mall secara tak berimbang hingga teror sampah visual dalam bentuk iklan-iklan berskala besar yang menyeruak di ruang publik serta menggelegaknya premanisme dan kekerasan dengan kedok agama yang mengingkari keberagaman.
Lagu Jogja Ora Didol atau Jogja Tidak Dijual ini memang merupakan protes keras Jogja Hiphop Foundation atas pengrusakan nilai-nilai dan harkat budaya.Lirik lagunya yang bernada gugat ini memang mengingatkan saya terhadap upaya serupa yang dilakukan Guruh Gipsy di tahun 1977 terhadap westernisasi yang terjadi di Bali lewat lagu Djanger 1897 Saka. Simak lirik Jogja Ora Didol berikut ini :
Lan, lan, hotel, hotel bermunculan
Suk-suk pari ambruk karo pemukiman
Lahan hijau makin dihilangkan
Ruwet, macet, Jogja berhenti nyaman
Dan simak lirik Djanger 1897 Saka nya Guruh Gipsy :
Art shop megah berleret memagar sawah.
Cottage mewah berjajar dipantai indah.
Karya cipta nan elok indah
Ditantang alam modernisasi
Jogja Ora Didol dirilis berkaitan dengan satu dasawarsa berdirinya kelompok Jogja Hiphop Foundation.
3.Bersatu Padu Coblos No.2
Ini adalah sikap yang ditunjukkan Kill The DJ mengenai pemimpin pilihannya, yang telah lama menjadi dambaan rakyat.Dalam blog pribadinya,Juki panjang lebar mengangsur pendapat kenapa dia memiliki Jokowi sebagai Presiden NKRI :” “Di tengah demokrasi yang tersandera oleh partai-partai politik yang busuk ini, harapan dan cita-cita untuk lebih baik itu dititipkan kepada siapa? Jawabannya pertama adalah kepada diri kita sendiri, kepada peran kita dalam sebagai warga negara untuk membuatnya lebih baik. Tidak usah muluk-muluk, paling tidak beguna buat lingkungan sosial di sekitar kita. Jawaban kedua adalah, kepada orang-orang baik yang rela mengorbankan dirinya masuk ke dalam sistem politik yang busuk tersebut untuk membawa cahaya perubahan ke arah yang lebih baik.”.
Lagu ini pula yang membayangi kampanye pasangan Capres Cawapres No.2 Jokowi –JK :
Badannya kurus wajah kampungan
Namun hatinya tulus sinar harapan
Dengan kerja nyata kau jawab keraguan
Karena janji-janji sudah membosankan.
4.Jula Juli Lolipop
Kolaborasi antara Jogja Hiphop Foundation dengan penyair dan rohaniawan Sindhunata menurut saya merupakan salah satu elemen menarik dari kehadiran hiphop bernunasa Jawa ini.Ada celutukan,sindiran hingga kritikan yang tepat sasaran dalam guratan-guratan kata yang ditoreh Sindhunata.Semisal,lagu Jula Juli Lolipop, yang dari judulnya saja mungkin kita telah bisa menerka dengan seksama kemana alur atau tema liriknya. Lagu ini liriknya memang terasa menampar , dimana isinya menyindir kehidupan para perupa Yogya yang kini hidup bergelimang materi.Sarat kilau kemilau yang bikin silau . Jula-juli adalah tembang dari tradisi ludruk Jawa Timur. Tembang ini kini juga sangat dikenal luas di pelosok pedesaan Yogya.Simak liriknya yang satir :
Ngemut permen, permen Lolipop,
bunder tur gepheng, kepengin beken
, kepengin dadi ngetop, karyane laris, senine mati.
5.Gurindam 12 Raja Ali Haji
Memasukkan elemen musik Melayu dengan musik dan cengkok yang kas berpadu dengan perangai musik hip hop merupakan gagasan yang patut diacung jempol,apalagi menyerap Gurindam 12 karya pujangga asal Pulau Penyengat Riau, Raja Ali Haji .Gurindam 12 berisikan pasal dan dikategorikan sebagai Syi’r al-Irsyadi atau puisi didaktik, karena berisikan nasehat dan petunjuk menuju hidup yang diridhai oleh Sang Khalik.Penggalian budaya yang dilakukan Kill The DJ bersama Jogja Hiphop Foundation ini pada akhirnya menempatkan music hiphop pada tatanan budaya lokal. Cengkok vokal yang disenandungkan Soimah Pancawati memberikan nuansa beda pada lagu hiphop ini.
6.Negara Dalam Keadaan Bahaya
Gemerutuk kegeraman Juki tersirat jelas dalam lagu bertajuk Negara Dalam Keadaan Bahaya yang pertama kali dirilis pada tahun 2011, kemudian diremake lagi pada tahun 2014 .Menurut Juki,lagu yang bernuansa panas ini merupakan salah satu bentuk empatinya terhadap rakyat termasuk petani di daerah Rembang yang menolak atas didirikannya an pabrik semen, juga untuk para petani yang bermukim di Karawang yang berjuang menolak eksekusi lahan milik mere Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena penguasa dan mafia bekerjasama
Demokrasi digadaikan dan tersandra
Di mimbar mengumbar janji
Janji bohong dan bohong lagi
Rakyat sudah lelah memaklumi
Mau dibawa kemana negeri ini?
7. Cintamu Sepahit Topi Miring
Di era 70an lazim kita dengar istilah musikalisasi puisi, dimana puisi-puisi diberi sebuah busana baru yaitu :melodi lagu.Dan hal ini dilakukan lagi oleh Jogja Hiphop Foundation yang tampaknya kerap berupaya menggali kedigdayaan sastrawi dalam bentuk puisi yang kemudian dileburkan dalam kuali hiphop nan kemistris.Kill The DJ lalu member ruh baru pada deretan puisi karya Sindhunata : hip hop.
Memang enak jadi wedhus daripada manusia
bila mati, manusia dikubur di gundukan tanah
kepalanya dikencingi wedhus yang merumput
Nasib manusia hanyalah sengsara sampai akhirnya
mengapa kita mesti bersusah?
8.Pakai Otakmu
Tak pelak lagi Kill The DJ cukup akrab dengan karya karya sastrawi baik lokal maupun dunia.Inspirasi sastra yang menguak dari sebuah lakon monolog bertajuk Endgame karya Samuel Beckett .Monolog rekaan Beckett ini menghadirkan absurditas dalam 4 karakter berbeda yaitu Hamm,Clov,Nagg dan Neil .Karya absurd Samuel Beckett ini lalu ditumpahkan dalam cernaan lirik yang didominasi kehampaan nuansa gugat dan berpadu dengan tafsir hiphop.Ini lirik yang ditulis Juki yang agaknya tak semua orang akan cepat memahami :
Sepanjang hidupku penuh dengan pertanyaan pertanyaan yang sama
Dengan jawaban jawaban yang sama
Namun kita harus terus memainkannya
Orang menangis dan menangis
Menangis tidak untuk apa apa
Menangis hanya agar tak tertawa
Kemudian sedikit demi sedikit mulai berduka
Begitulah seseorang makin penuh dirinya
Ada kesamaan tematik antara Song of Sabdatama (2012) dengan Jogja Istimewa (2010) yang menyentuh relung hati rakyat Yogya terutama mengenai persaudaraan yang lekat serta memompa semangat warga memperjuangkan hak-haknya serta betapa pentingnya menjunjung tinggi saling menghormati dalam sebuah keragaman yang majemuk.
Judul lagu ini diambil dari Sabdatama (Sabda Utama) yang dikeluarkan oleh Sri Sultan Hamengkubhuwono X pada bulan Mei 2012 lalu, selaku raja Yogyakarta, untuk meneguhkan sikap terhadap kusutnya status keistimewaan Yogyakarta. Sabdatama kemudian juga dibaca oleh warga Yogyakarta sebagai simbol penolakan atas beberapa tindak kekerasan atas nama suku dan agama yang bermotif konspirasi politik yang terjadi di Yogyakarta beberapa bulan terakhir. Song of Sabdatama ditulis dalam tiga bahasa; Jawa, Indonesia dan Inggris.Song of Sabdatama dirilis dalam dua versi, yang kedua versi kolaborasi dengan rapper Inggris, Akala (The Hip Hop Shakespeare).Jika tak memahami problematika yang mencuat di Yogya, mungkin tak sedikit yang berprasangka tema lagu ini memaparkan kejumawaan dan chauvinism berlebihan.
We are from Jogja
The heart of Java
Our culture is weapon
Yeah, this Song of Sabdatama
10.Sembah Raga
Lagu ini dibuat dalam dua versi.Pertama versi Jogja Hiphop Foundation dan yang membuat saya terpikat adalah versi kedua bersama seniman serba bisa Slamet Gunodono.Dimulai dengan intro ambience bunyi synthesizers yang terdengar backward berimbuh denting piano dan gesekan string,lagu Sembah Raga yang menampilkan seniman serba bisa Slamet Gundono dan Yasuhiro terasa memiliki aura berbeda.Di lagu ini rapping hanya ditemani piano dan gesekan strings tanpa beat sama sekali. Sebuah kolaborasi yang memikat antara Kill The DJ dengan Slamet Gundono.Liriknya diangkat dari Sembah Raga” dari puisi karya Sindhunata.”Cintamu Sepahit Topi Miring” adalah sebuah sindiran tentang masa muda yang hanya dihabiskan dengan menyembah “berhala” yang bernama minuman keras.
Ragaku iki sukmaku, ragaku iki rasaku
Kowe kena ora nggugu ning aja maido aku
Sukma iku semar, rasa iku samar
Dadi wong sing sabar, aja waton sangar .
11.Busung Lapar Di Lumbung Padi
Ini sebuah lagu gugat yang paling lugas dari Jogja Hiphop Foundation yang memotret kondisi perilaku pemerintah di titik kritis.Sebuah paradox yang berkepanjangan dari era rezim Soeharto hingga sekarang ini,dimana korupsi bukan lagi aib tapi wajib.Siapapun akan terperangah menyimak lirik lagu ini :
Anak Bangsa Mati, Pemerintah Tak Peduli
Busung lapar di lumbung padi
Negri Subur Makmur, Hancur Karna Korupsi .
Kata Orang, Indonesia Negeri Subur Makmur
Tongkat Kayu dibatu Bisa Jadi Tanaman
Tapi Jika Para Pemimpin Kita Takabur
Merintislah Abang Jalan Menuju Kehancuran
Sebuah lagu yang memaparkan fakta berbeda dengan jingoisme lagu Kolam Susu nya Koes Plus atau Zamrud Khatulistiwa-nya Guruh Sukarno Putra di era 70an.
12.Gitu Saja Kok Repot ?
Gus Dur adalah salah satu tokoh nasional yang dikagumi Marzuki Mohamad.Ungkapan Gus Dur yang terkenal “Gitu Saja Kok Repot” lalu disematkan menjadi judul lagu yang bertutur tentang sikap dan perilaku Gus Dur yang pantas diteladani.Gus Dur yang berbicara ceplas ceplos tapi memiliki selaksa makna.Dan Juki pun membingkainya dengan lirik yang genial :
Hanya orang bijaksana
Yang berani berkata
Bahwa Tuhan tidak perlu dibela
Karena dia yang maha kuasa
Jihadmu lebih akbar dari bom bunuh diri
Karena kau adalah humanis sejati
Menyapa kawan, menyambagi lawan,
Silaturrahmi, tanpa pandang golongan.
13.Cecak Nguntal Boyo.
Apapun bisa dijadikan tema lagu.Dengan demikian Jogja Hiphop Foundation pastilah tak akan kekeringan ide untuk melahirkan lagu-lagu dengan tema-tema yang terus berkembang sesuai ritme kehidupan. Kill The DJ bertutur ,pada saat mendengar rekaman telepon antara Anggodo Widjojo dengan beberapa orang yang diputar dalam sidang Mahkamah Konstitusi, dia merasa saatnya untuk mengungkapkan kegelisahan yang mengkristal dalam benaknya.Itulah ikhwal munculnya gagasan lagu Cecak Nguntal Boyo, yang di nyanyikannya pada saat ikut berunjuk rasa di Jakarta mendukung KPK :
Ini cerita negeri bedebah
Pemimpinya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan susah
Hasil dari mengais sampah.
Di negeri para bedebah
Yang baik dan bersih bisa salah
Kebohongan itu lumrah
Rakyat kecil hanya bisa pasrah
Lagu Cecak Nguntal Boyo kemudian didaftarkan menjadi ring back tone (RBT). dan hasilnya disumbangkan untuk dana kampanye antikorupsi.
14.Asmaradhana 388 (Serat Centhini)
Keterkaitan Jogja Hiphop Foundation dengan narasi sastrawi memang fenomenal.Sebuah benturan dua kutub budaya yang terasa kontras namun toh memiliki nuansa yang senyawa.Menggodok karya sastra dalam kuali hiphop merupakan eksplorasi anak muda yang ingin menelusuri akar budayanya.Gagasan Kill The DJ memusikalissikan serat Jawa seperti Centhini tak lagi sekedar eksotisme belaka. Tatkala Among Raga bersanggama, agar Gusti Allah hadir dalam persetubuhan, maka dia pun menembang :
Allah iku siji
kang amengkoni
ora ana lawan
Sadurunge sauwise sepala segala gung
Purba wisesa siji
Anaoran siji
Durung lawan sampun sepala lawan segala
Yeku yayi sijining isbat lan napi .
15.Liga Indonesia.
Saya mencatat setidaknya ada 2 lagu tentang sepakbola yang pernah dirilis dalam pola penulisan lirik bergaya satir yaitu Sepakbola yang dinyanyikan Bimbo di tahun 1977 dan Kop dan Headen dari kelompok parodi P Project di tahun 1994.Dan kini, Kill The DJ bersama Jogja Hiphop Foundation juga memotret carut marut dunia persepakbolaan di Indonesia pada lagu Liga Indonesia.
Penonton berbondong – bondong
Menuju setadion menonton sepak bola
Liga Indonesia (Ayo)
Ayolah ayo kawan (Ayo) Menjaga Ketertiban (Ayo)
Jangan ribut dan tauran, majulah sepak bola indonesia (Ayo).
16.Jangan Ada Anarki Diantara Kita
Ini sebuah lagu politik yang memplesetkan tafsir pola lagu romansa.Kill The DJ memperlihatkan kemampuannya sebagai penulis lagu yang memiliki kepedulian terhadap perilaku politik yang kerap menjadikan rakyat traumatik
Indonesia belajar demokrasi
Menang kalah jangan ada anarki
Sabarlah sabar jangan memaksa diri
Jodoh pasti akan datang sendiri
Huru hara di pilkada itu biasa
Selama politik uang masih merajalela
Jangan ada anarki di antara kita
Cinta itu jujur tidak bisa dipaksa .
17.Jula Juli Jaman Edan.
Ini sebuah lagu gugat yang lugas tanpa tedeng aling aling.Sebuah tema yang rasanya sangat kontekstual dengan konstelasi politik sekarang.Dunia politik yang terkadang tak lagi memiliki bingkai logika.
tiwas mbelani (milih DPR)
jebul ngantukan (ro mbolosan)
politik umup (rakyate mumet)
rodok gremat gremet (rejekine mampet)
sepur gluthuk kecemplung kali
negorone ambruk elite lali.
18.Ngelmu Pring
Saya suka lagu ini karena tersusup sederet makna filosofis yang menggelitik.Mereka bertutur tentang hakikat bambu dalam kehidupan sehari-hari yang bisa kita jumpai :
Pring iku mung suket, ning omah asale seka pring, usuk seka pring,
cagak seka pring,
gedhek iku pring,
lincak uga pring,
kepang cetha pring, tampare ya mung pring.
Kalo, tampah, serok, asale seka pring.
Pikulan, tepas, tenggok, digawe nganggo pring.
Mangan enak mancing iwak, walesane ya pring.
Jangan bung aku gandrung, jebule bakal pring.
Dan, bambu memang ada dimana-mana serta bisa dijadikan apa saja .Lagu yang diangkat dari puisi karya Sindhunata ini akhirnya bisa menggapai pendengarnya dari berbagai segmen.
19.Ora Cucul Ora Ngebul
Lirak-lirik karepe ngejak turu kelonan
Koalisi politike mung perselingkuhan
Beras larang minyak mundhak ra karu-karuan
Politike nglambrang mung ribut ngurus gendakan
Sajak berbahasa Jawa karya Sindhunata ini menjadi kian ekspresif ketika dibawakan dalam gaya hiphop dengan musik yang menghentak raga.Sajak yang memiliki rima ini pada akhirnya memang menjadi bagian yang paling penting dalam hiphop Jawa ini.Semuanya menyatu dalam raga hiphop.Saya terkesiap saat pertamakali melihat penampilan Rotra menghiphopkan Ora Cucul Ora Ngebul dalam Poetry Battle 02 di Taman Ismail Marzuki pada November 2008.
20.Balada Orgen Tunggal
Kill The DJ memotret fenomena organ tunggal yang menjadi bagian dari masyarakat menengah ke bawah yang kerap tampil dalam perhelatan-perhelatan mulai pesta khitanan , pernikahan hingga Pilkada.
Ini hiburan rakyat jelata
Seperti mie instan selera bangsa
Orgen tunggal pun membahana
Dimana-mana, di kota dan di desa
Dari kawinan sampai pemilu
Semua bergoyang tanpa ragu
Bersama orgen tunggal ayo kita maju
Lagu yang menampilkan duet Kill The DJ dan Soimah Pancawati ini diambil dari album Kumpulan Lagu-Lagu Jelek Semiotika Pantura.