Archive for the ‘Tinjau Lagu’ Category

Begadang, Dangdut Rock Pertama ?

Posted: November 29, 2014 in Tinjau Lagu

Antara tahun 1973 -1974, gitaris,komposer dan penyanyi dangdut Oma Irama terlihat sangat produktif menulis lagu-lagu dangdut yang kemudian direkam bersama kelompok musik yang dibentuknya Soneta Group.Saking giatnya menulis lagu,Oma Irama pun ditegur oleh mertuanya :”Kalau mencipta lagu jangan terlalu memforsir diri.Kalau begadang terus begitu ,nanti kamu sakit Oma”.

Cover album Begadang - Oma Irama dan Elvy Sukaesih bersama OM Soneta rilisan Yukawi

Cover album Begadang – Oma Irama dan Elvy Sukaesih bersama OM Soneta rilisan Yukawi

Sekeketika Oma pun tersentak.Teguran sang mertua malah menjadi ilham menulis lagu. Secepat kilat Oma Irama pun menulis lagu bertajuk “Begadang” :

Begadang jangan begadang

Kalau tiada artinya

Begadang boleh saja

Asal ada perlunya

Secepat kilat pula lagu “Begadang” mengusik pendengar musik negeri ini.Karena melalui lagu “Begadang” ini Oma ternyata menyemburatkan sebuah gaya musik dangdut yang terasa lebih modern.Ada pengaruh rock dalam arransemen musiknya.Jika anda jeli,di lagu ini tersusup riffing rock yang terasa pada permainan gitar Oma Irama.Ada pengaruh dari gitaris Ritchie Blackmore (Deep Purple) maupun gaya southern rock dari gitaris Dickey Betts (The Allman Brothers Band).Coba bandingkan antara lagu “Begadang” dengan “Jessica” nya The Allman Brothers Band.Oma tidak menjiplak,tapi secara sadar mengambil pengaruh dari ranah musik rock kedalam musik dangdut yang saat itu sering dilecehkan dengan kata kampungan.

Dengan lirik yang bernas serta makeover musik yang cenderung eklektik,musik dangdut Oma Irama menyeruak ke permukaan.Album “Soneta Group Vol.1” yang berisikan lagu “Begadang” ini bisa dianggap sebagai album dangdut pertama yang terjual sekitar 500.000 kaset.Di tahun 1978 Oma Irama kemudian mengangkat lagu dangdut fenomenal ini menjadi sebuah film layar lebar yang dibintanginya bersama aktris Yati Octavia.

Aku Ingin – Indra Lesmana

Posted: Oktober 23, 2014 in Tinjau Lagu

Berpulangnya sang ayah,Jack Lesmana pada 17 Juli 1988  – membuat Indra Lesmana seolah kehilangan tokoh panutan.Mungkin karena,selain hubungan ayah dan anak,hubungan secara musikal antara Indra Lesmana dan Jack Lesmana bisa melebihi segalanya.Suasana murung pun masih menyelimuti Indra Lesmana.Terlihat dari beberapa komposisi yang dimainkannya diantaranya ketika jari jemarinya mulai menyentu bilah tuts piano.”Saat itu perasaan hati saya masih agak mellow” cetus Indra Lesmana.

Indra_Lesmana_Aku_Ingin

Di tahun 1989,Indra Lesmana mulai membuat drum pattern pada  drum machine Yamaha RX 5.”Setelah pola drumnya jadi,baru saya memainkan piano merampungkan lagu yang kemudian diberi judul “Aku Ingin” ungkap Indra Lesmana.

Setelah menjadi sebuah komposisi yang utuh ,Indra Lesmana  kemudian merekam lagu ini dalam bentuk demo.”Melodi sudah jadi,tinggal lirik lagu yang belum ada” kata Indra. Seperti biasa Indra lalu meminta bantuan sang kakak Mira Lesmana untuk menyertakan lirik lagunya.”Saya dan Mira lalu berdiskusi dan sepakat menentukan tema lagu itu” imbuhnya lagi.

Setahun berselang,lagu “Aku Ingin” dirilis oleh Union Artis lewat album yang juga diberi judul sama.Lagu ini ternyata berhasil menuai sukses dan menjadi hits besar .Disini Indra Lesmana telah membuktikan kemampuan sebagai pemusik yang bernafas dalam dua kutub musik sekaligus, jazz dan pop.


Tentang Kelelawar Koes Plus

Posted: Oktober 23, 2014 in Tinjau Lagu

kelelawar sayapnya hitam
terbang rendah
ditengah malam
pagi-pagi mereka pulang
dibawa dahan bergantungan

hitam,hitam,hitam

Liriknya sangat sederhana.Mudah dihapal siapapun.Dari gerak gerik kelelawar sang binatang malam mengbemuka sebuah metafora terhadap nilai-nilai kebebasan  yang meluap bagaikan muntahan magma yang tak terhindarkan.Tonny Koeswoyo,leader Koes Plus menggeliat dan seolah terbang melayang,membumbung dengan ekspresi yang raw dan liar .

KoesPlus_DhegDhegPlas-490x367.                                                                                                                                                              

Musiknya berdentam keras.Fill in drum dari Murry menggebu-gebu ,menempel pada riff gitar yang dimainkan oleh Tonny Koeswoyo secara keras pula.Tak pelak lagi,mungkin inilah proto-rock atau garage music yang berkecambah di pelataran musik pop Indonesia di tahun 1969.Di saat pemerintah Orde Baru tengah giat-giatnya membangun mengejar ketinggalan yang tercecer.

Aroma British Invasion jelas tercium disini.Riff dan progresi akor “Jumping Jack Flash” nya The Rolling Stones terasa kuat pada lagu yang mengetengahkan lirik minimalis ini.Ketukan cowbell Murry  pada introduksi lagu mau tak mau mengasosiakan pendengar pada ketukan cowbell Charlie Watts pada “Honky Tonk Woman”.Ah…..lagi lagi The Rolling Stones menyediakan kuala inspirasi bagi band band akhir era 60-an yang siap lepas landas di era 70-an.

Teriakan hingga jeritan Tonny Koeswoyo membuktikan pula bahwa tak satu negara pun yang bisa terlepas dari lilitan epidemik British Invasion.Untungnya Koes Plus menampilkannya dengan dialek Indonesia.Tetap terasa jua jatidirinya.

Banyak lagu lagu karya almarhum Dodo Zakaria yang berhasil dibawakan dengan baik oleh Vina Panduwinata.Begitu kuatnya chemistry antara Dodo Zakaria dan Vina Panduwinata hingga lagu-lagu seperti “Didadaku Ada Kamu” hingga “Kumpul Bocah” akhirnya menjadi semacam lagu signature Vina Panduwinata.Artinya,ketika lagu lagu Vina Panduwinata yang ditulis oleh Dodo Zakaria,dibawakan oleh artis lain akan tidak seekspresif yang dibawakan Vina.Bahkan,ketika lagu seperti “Kumpul Bocah” dibawakan oleh artis lain,maka selalu akan dibayangi oleh penyanyi pendahulunya : Vina.

220px-Vina_-_cinta

“Saya memang sering memperhatikan cara Vina bernyanyi sampai ke tindak tanduknya bahkan dengan siapa dia bergaul.Ini memudahkan saya untuk memberikan lagu yang tepat buat vocal Vina.Saya juga tahu kelemahan Vina dalam bernyanyi.Jadi itulah yang kemudian saya sesuaikan dengan lagu-lagu komposisi saya.Tepatnya saya memang membuat lagu untuk sosok Vina” demikian ungkap Dodo Zakaria di tahun 2006.

Dekatnya Vina dengan anak-anak,membuat lagu “Kumpul Bocah” ini menjadi lebih bernyawa.Vina berhasil menyanyikan lagu ini dengan lentur ,luwes dan tidak mengada ada.Alhasil lagu “Kumpul Bocah” bias menyeruak ke pendengar dalam beragam usia.Bahkan lagu “Kumpul Bocah” ini seolah bersanding dengan lagu anak-anak klasik yang pernah ada.Dodo Zakaria seolah seangkatan dengan Ibu Sud atau AT Mahmud.

 Inginkah kau pergi kesana
Terbang bersama kupu-kupu…
Bermain pelangi

Jogja Hiphop Foundation adalah fenomena dalam sejarah musik popular di Indonesia.Dengan menyerap budaya hiphop dari seberang dan kemudian disemaikan dalam baluran tradisional Jawa,upaya Kill The DJ dan kawan-kawan dari Yogyakarta ini akhirnya memiliki media berekspresi yang tepat dan kontekstual, bertolak dari semangat gugat yang kritis dan cerdas.Mereka membicarakan apa saja dalam sederet lagu yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan Jawa.Ada 20 lagu mereka yang saya simak dan saya catat, seperti berikut ini.

Ki+jarot+jogja+hip+hop+foundation+cover
1.Jogja Istimewa
Lagu bernuansa gugat ini seolah menjadi lagu rakyat Jogjakarta.Lagu ini seperti sebuah penyemangat bagi pelbagai lapisan masyarakat terutama gerakan sadar akan hak-hak mereka sebagai warga Jogja.Menariknya,lagu Jogja Istimewa berkumandang dipelosok Jogja termasuk dalam sidang rakyat Yogyakarta menentang upaya Rancangan Undang Undang (RUU) Keistimewaan Yogyakarta oleh Pemerintah Pusat pada 13 Desember 2010.
Dengan membaurkan beat hip hop dan groove tradisional,lagu ini menggelegar laksana pasukan tambur yang ditabuh rakyat.Kill The DJ sebagai penulis lirik mentakwilkan bahwa 70 persen lirik Jogja Istimewa diambil dari quote tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno,Ki Hadjar Dewantoro serta Sultan Hamengkubowono IX.”Sisanya adalah tulisan saya berdasarkan teks-teks tradisional Jawa” urai Marzuki Mohamad.Ini cuplikannya :
“Tambur wis ditabuh suling wis muni
Holopis kuntul baris ayo dadi siji
Bareng para prajurit lan senopati
Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti”
Yang maknanya kurang lebih berarti :” Tambur telah ditabuh, seruling sudah berbunyi, Bersatu padu menjadi satu, Bersama prajurit dan senopati, Mulia atau mati rakyat dan raja adalah satu”

JOD
2.Jogja Ora Didol
Lagu ini bermaksud mengkritik perihal kesemrawutan yang terpampang di Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai terjarahnya ruang publik dengan menjamurnya hotel dan mall secara tak berimbang hingga teror sampah visual dalam bentuk iklan-iklan berskala besar yang menyeruak di ruang publik serta menggelegaknya premanisme dan kekerasan dengan kedok agama yang mengingkari keberagaman.
Lagu Jogja Ora Didol atau Jogja Tidak Dijual ini memang merupakan protes keras Jogja Hiphop Foundation atas pengrusakan nilai-nilai dan harkat budaya.Lirik lagunya yang bernada gugat ini memang mengingatkan saya terhadap upaya serupa yang dilakukan Guruh Gipsy di tahun 1977 terhadap westernisasi yang terjadi di Bali lewat lagu Djanger 1897 Saka. Simak lirik Jogja Ora Didol berikut ini :
Lan, lan, hotel, hotel bermunculan
Suk-suk pari ambruk karo pemukiman
Lahan hijau makin dihilangkan
Ruwet, macet, Jogja berhenti nyaman

Dan simak lirik Djanger 1897 Saka nya Guruh Gipsy :

Art shop megah berleret memagar sawah.
Cottage mewah berjajar dipantai indah.
Karya cipta nan elok indah
Ditantang alam modernisasi
Jogja Ora Didol dirilis berkaitan dengan satu dasawarsa berdirinya kelompok Jogja Hiphop Foundation.
3.Bersatu Padu Coblos No.2
Ini adalah sikap yang ditunjukkan Kill The DJ mengenai pemimpin pilihannya, yang telah lama menjadi dambaan rakyat.Dalam blog pribadinya,Juki panjang lebar mengangsur pendapat kenapa dia memiliki Jokowi sebagai Presiden NKRI :” “Di tengah demokrasi yang tersandera oleh partai-partai politik yang busuk ini, harapan dan cita-cita untuk lebih baik itu dititipkan kepada siapa? Jawabannya pertama adalah kepada diri kita sendiri, kepada peran kita dalam sebagai warga negara untuk membuatnya lebih baik. Tidak usah muluk-muluk, paling tidak beguna buat lingkungan sosial di sekitar kita. Jawaban kedua adalah, kepada orang-orang baik yang rela mengorbankan dirinya masuk ke dalam sistem politik yang busuk tersebut untuk membawa cahaya perubahan ke arah yang lebih baik.”.
Lagu ini pula yang membayangi kampanye pasangan Capres Cawapres No.2 Jokowi –JK :
Badannya kurus wajah kampungan
Namun hatinya tulus sinar harapan
Dengan kerja nyata kau jawab keraguan
Karena janji-janji sudah membosankan.

cd-cover5
4.Jula Juli Lolipop
Kolaborasi antara Jogja Hiphop Foundation dengan penyair dan rohaniawan Sindhunata menurut saya merupakan salah satu elemen menarik dari kehadiran hiphop bernunasa Jawa ini.Ada celutukan,sindiran hingga kritikan yang tepat sasaran dalam guratan-guratan kata yang ditoreh Sindhunata.Semisal,lagu Jula Juli Lolipop, yang dari judulnya saja mungkin kita telah bisa menerka dengan seksama kemana alur atau tema liriknya. Lagu ini liriknya memang terasa menampar , dimana isinya menyindir kehidupan para perupa Yogya yang kini hidup bergelimang materi.Sarat kilau kemilau yang bikin silau . Jula-juli adalah tembang dari tradisi ludruk Jawa Timur. Tembang ini kini juga sangat dikenal luas di pelosok pedesaan Yogya.Simak liriknya yang satir :
Ngemut permen, permen Lolipop,
bunder tur gepheng, kepengin beken
, kepengin dadi ngetop, karyane laris, senine mati.

gurindam12
5.Gurindam 12 Raja Ali Haji
Memasukkan elemen musik Melayu dengan musik dan cengkok yang kas berpadu dengan perangai musik hip hop merupakan gagasan yang patut diacung jempol,apalagi menyerap Gurindam 12 karya pujangga asal Pulau Penyengat Riau, Raja Ali Haji .Gurindam 12 berisikan pasal dan dikategorikan sebagai Syi’r al-Irsyadi atau puisi didaktik, karena berisikan nasehat dan petunjuk menuju hidup yang diridhai oleh Sang Khalik.Penggalian budaya yang dilakukan Kill The DJ bersama Jogja Hiphop Foundation ini pada akhirnya menempatkan music hiphop pada tatanan budaya lokal. Cengkok vokal yang disenandungkan Soimah Pancawati memberikan nuansa beda pada lagu hiphop ini.
6.Negara Dalam Keadaan Bahaya
Gemerutuk kegeraman Juki tersirat jelas dalam lagu bertajuk Negara Dalam Keadaan Bahaya yang pertama kali dirilis pada tahun 2011, kemudian diremake lagi pada tahun 2014 .Menurut Juki,lagu yang bernuansa panas ini merupakan salah satu bentuk empatinya terhadap rakyat termasuk petani di daerah Rembang yang menolak atas didirikannya an pabrik semen, juga untuk para petani yang bermukim di Karawang yang berjuang menolak eksekusi lahan milik mere Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena penguasa dan mafia bekerjasama
Demokrasi digadaikan dan tersandra
Di mimbar mengumbar janji
Janji bohong dan bohong lagi
Rakyat sudah lelah memaklumi
Mau dibawa kemana negeri ini?
7. Cintamu Sepahit Topi Miring
Di era 70an lazim kita dengar istilah musikalisasi puisi, dimana puisi-puisi diberi sebuah busana baru yaitu :melodi lagu.Dan hal ini dilakukan lagi oleh Jogja Hiphop Foundation yang tampaknya kerap berupaya menggali kedigdayaan sastrawi dalam bentuk puisi yang kemudian dileburkan dalam kuali hiphop nan kemistris.Kill The DJ lalu member ruh baru pada deretan puisi karya Sindhunata : hip hop.
Memang enak jadi wedhus daripada manusia
bila mati, manusia dikubur di gundukan tanah
kepalanya dikencingi wedhus yang merumput
Nasib manusia hanyalah sengsara sampai akhirnya
mengapa kita mesti bersusah?
8.Pakai Otakmu
Tak pelak lagi Kill The DJ cukup akrab dengan karya karya sastrawi baik lokal maupun dunia.Inspirasi sastra yang menguak dari sebuah lakon monolog bertajuk Endgame karya Samuel Beckett .Monolog rekaan Beckett ini menghadirkan absurditas dalam 4 karakter berbeda yaitu Hamm,Clov,Nagg dan Neil .Karya absurd Samuel Beckett ini lalu ditumpahkan dalam cernaan lirik yang didominasi kehampaan nuansa gugat dan berpadu dengan tafsir hiphop.Ini lirik yang ditulis Juki yang agaknya tak semua orang akan cepat memahami :
Sepanjang hidupku penuh dengan pertanyaan pertanyaan yang sama
Dengan jawaban jawaban yang sama
Namun kita harus terus memainkannya
Orang menangis dan menangis
Menangis tidak untuk apa apa
Menangis hanya agar tak tertawa
Kemudian sedikit demi sedikit mulai berduka
Begitulah seseorang makin penuh dirinya
avatar-song-of-sabdtama_360
Ada kesamaan tematik antara Song of Sabdatama (2012) dengan Jogja Istimewa (2010) yang menyentuh relung hati rakyat Yogya terutama mengenai persaudaraan yang lekat serta memompa semangat warga memperjuangkan hak-haknya serta betapa pentingnya menjunjung tinggi saling menghormati dalam sebuah keragaman yang majemuk.
Judul lagu ini diambil dari Sabdatama (Sabda Utama) yang dikeluarkan oleh Sri Sultan Hamengkubhuwono X pada bulan Mei 2012 lalu, selaku raja Yogyakarta, untuk meneguhkan sikap terhadap kusutnya status keistimewaan Yogyakarta. Sabdatama kemudian juga dibaca oleh warga Yogyakarta sebagai simbol penolakan atas beberapa tindak kekerasan atas nama suku dan agama yang bermotif konspirasi politik yang terjadi di Yogyakarta beberapa bulan terakhir. Song of Sabdatama ditulis dalam tiga bahasa; Jawa, Indonesia dan Inggris.Song of Sabdatama dirilis dalam dua versi, yang kedua versi kolaborasi dengan rapper Inggris, Akala (The Hip Hop Shakespeare).Jika tak memahami problematika yang mencuat di Yogya, mungkin tak sedikit yang berprasangka tema lagu ini memaparkan kejumawaan dan chauvinism berlebihan.
We are from Jogja
The heart of Java
Our culture is weapon
Yeah, this Song of Sabdatama
10.Sembah Raga
Lagu ini dibuat dalam dua versi.Pertama versi Jogja Hiphop Foundation dan yang membuat saya terpikat adalah versi kedua bersama seniman serba bisa Slamet Gunodono.Dimulai dengan intro ambience bunyi synthesizers yang terdengar backward berimbuh denting piano dan gesekan string,lagu Sembah Raga yang menampilkan seniman serba bisa Slamet Gundono dan Yasuhiro terasa memiliki aura berbeda.Di lagu ini rapping hanya ditemani piano dan gesekan strings tanpa beat sama sekali. Sebuah kolaborasi yang memikat antara Kill The DJ dengan Slamet Gundono.Liriknya diangkat dari Sembah Raga” dari puisi karya Sindhunata.”Cintamu Sepahit Topi Miring” adalah sebuah sindiran tentang masa muda yang hanya dihabiskan dengan menyembah “berhala” yang bernama minuman keras.
Ragaku iki sukmaku, ragaku iki rasaku
Kowe kena ora nggugu ning aja maido aku
Sukma iku semar, rasa iku samar
Dadi wong sing sabar, aja waton sangar .
11.Busung Lapar Di Lumbung Padi
Ini sebuah lagu gugat yang paling lugas dari Jogja Hiphop Foundation yang memotret kondisi perilaku pemerintah di titik kritis.Sebuah paradox yang berkepanjangan dari era rezim Soeharto hingga sekarang ini,dimana korupsi bukan lagi aib tapi wajib.Siapapun akan terperangah menyimak lirik lagu ini :
Anak Bangsa Mati, Pemerintah Tak Peduli
Busung lapar di lumbung padi
Negri Subur Makmur, Hancur Karna Korupsi .
Kata Orang, Indonesia Negeri Subur Makmur
Tongkat Kayu dibatu Bisa Jadi Tanaman
Tapi Jika Para Pemimpin Kita Takabur
Merintislah Abang Jalan Menuju Kehancuran
Sebuah lagu yang memaparkan fakta berbeda dengan jingoisme lagu Kolam Susu nya Koes Plus atau Zamrud Khatulistiwa-nya Guruh Sukarno Putra di era 70an.

12.Gitu Saja Kok Repot ?
Gus Dur adalah salah satu tokoh nasional yang dikagumi Marzuki Mohamad.Ungkapan Gus Dur yang terkenal “Gitu Saja Kok Repot” lalu disematkan menjadi judul lagu yang bertutur tentang sikap dan perilaku Gus Dur yang pantas diteladani.Gus Dur yang berbicara ceplas ceplos tapi memiliki selaksa makna.Dan Juki pun membingkainya dengan lirik yang genial :
Hanya orang bijaksana
Yang berani berkata
Bahwa Tuhan tidak perlu dibela
Karena dia yang maha kuasa
Jihadmu lebih akbar dari bom bunuh diri
Karena kau adalah humanis sejati
Menyapa kawan, menyambagi lawan,
Silaturrahmi, tanpa pandang golongan.

cicak-nguntal-boyo
13.Cecak Nguntal Boyo.
Apapun bisa dijadikan tema lagu.Dengan demikian Jogja Hiphop Foundation pastilah tak akan kekeringan ide untuk melahirkan lagu-lagu dengan tema-tema yang terus berkembang sesuai ritme kehidupan. Kill The DJ bertutur ,pada saat mendengar rekaman telepon antara Anggodo Widjojo dengan beberapa orang yang diputar dalam sidang Mahkamah Konstitusi, dia merasa saatnya untuk mengungkapkan kegelisahan yang mengkristal dalam benaknya.Itulah ikhwal munculnya gagasan lagu Cecak Nguntal Boyo, yang di nyanyikannya pada saat ikut berunjuk rasa di Jakarta mendukung KPK :
Ini cerita negeri bedebah
Pemimpinya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan susah
Hasil dari mengais sampah.
Di negeri para bedebah
Yang baik dan bersih bisa salah
Kebohongan itu lumrah
Rakyat kecil hanya bisa pasrah
Lagu Cecak Nguntal Boyo kemudian didaftarkan menjadi ring back tone (RBT). dan hasilnya disumbangkan untuk dana kampanye antikorupsi.
14.Asmaradhana 388 (Serat Centhini)
Keterkaitan Jogja Hiphop Foundation dengan narasi sastrawi memang fenomenal.Sebuah benturan dua kutub budaya yang terasa kontras namun toh memiliki nuansa yang senyawa.Menggodok karya sastra dalam kuali hiphop merupakan eksplorasi anak muda yang ingin menelusuri akar budayanya.Gagasan Kill The DJ memusikalissikan serat Jawa seperti Centhini tak lagi sekedar eksotisme belaka. Tatkala Among Raga bersanggama, agar Gusti Allah hadir dalam persetubuhan, maka dia pun menembang :
Allah iku siji
kang amengkoni
ora ana lawan
Sadurunge sauwise sepala segala gung
Purba wisesa siji
Anaoran siji
Durung lawan sampun sepala lawan segala
Yeku yayi sijining isbat lan napi .
15.Liga Indonesia.
Saya mencatat setidaknya ada 2 lagu tentang sepakbola yang pernah dirilis dalam pola penulisan lirik bergaya satir yaitu Sepakbola yang dinyanyikan Bimbo di tahun 1977 dan Kop dan Headen dari kelompok parodi P Project di tahun 1994.Dan kini, Kill The DJ bersama Jogja Hiphop Foundation juga memotret carut marut dunia persepakbolaan di Indonesia pada lagu Liga Indonesia.
Penonton berbondong – bondong
Menuju setadion menonton sepak bola
Liga Indonesia (Ayo)
Ayolah ayo kawan (Ayo) Menjaga Ketertiban (Ayo)
Jangan ribut dan tauran, majulah sepak bola indonesia (Ayo).
16.Jangan Ada Anarki Diantara Kita
Ini sebuah lagu politik yang memplesetkan tafsir pola lagu romansa.Kill The DJ memperlihatkan kemampuannya sebagai penulis lagu yang memiliki kepedulian terhadap perilaku politik yang kerap menjadikan rakyat traumatik
Indonesia belajar demokrasi
Menang kalah jangan ada anarki
Sabarlah sabar jangan memaksa diri
Jodoh pasti akan datang sendiri
Huru hara di pilkada itu biasa
Selama politik uang masih merajalela
Jangan ada anarki di antara kita
Cinta itu jujur tidak bisa dipaksa .
17.Jula Juli Jaman Edan.
Ini sebuah lagu gugat yang lugas tanpa tedeng aling aling.Sebuah tema yang rasanya sangat kontekstual dengan konstelasi politik sekarang.Dunia politik yang terkadang tak lagi memiliki bingkai logika.
tiwas mbelani (milih DPR)
jebul ngantukan (ro mbolosan)
politik umup (rakyate mumet)
rodok gremat gremet (rejekine mampet)
sepur gluthuk kecemplung kali
negorone ambruk elite lali.
18.Ngelmu Pring
Saya suka lagu ini karena tersusup sederet makna filosofis yang menggelitik.Mereka bertutur tentang hakikat bambu dalam kehidupan sehari-hari yang bisa kita jumpai :
Pring iku mung suket, ning omah asale seka pring, usuk seka pring,
cagak seka pring,
gedhek iku pring,
lincak uga pring,
kepang cetha pring, tampare ya mung pring.
Kalo, tampah, serok, asale seka pring.
Pikulan, tepas, tenggok, digawe nganggo pring.
Mangan enak mancing iwak, walesane ya pring.
Jangan bung aku gandrung, jebule bakal pring.
Dan, bambu memang ada dimana-mana serta bisa dijadikan apa saja .Lagu yang diangkat dari puisi karya Sindhunata ini akhirnya bisa menggapai pendengarnya dari berbagai segmen.
19.Ora Cucul Ora Ngebul
Lirak-lirik karepe ngejak turu kelonan
Koalisi politike mung perselingkuhan
Beras larang minyak mundhak ra karu-karuan
Politike nglambrang mung ribut ngurus gendakan
Sajak berbahasa Jawa karya Sindhunata ini menjadi kian ekspresif ketika dibawakan dalam gaya hiphop dengan musik yang menghentak raga.Sajak yang memiliki rima ini pada akhirnya memang menjadi bagian yang paling penting dalam hiphop Jawa ini.Semuanya menyatu dalam raga hiphop.Saya terkesiap saat pertamakali melihat penampilan Rotra menghiphopkan Ora Cucul Ora Ngebul dalam Poetry Battle 02 di Taman Ismail Marzuki pada November 2008.

cover-semiotika-pantura
20.Balada Orgen Tunggal
Kill The DJ memotret fenomena organ tunggal yang menjadi bagian dari masyarakat menengah ke bawah yang kerap tampil dalam perhelatan-perhelatan mulai pesta khitanan , pernikahan hingga Pilkada.
Ini hiburan rakyat jelata
Seperti mie instan selera bangsa
Orgen tunggal pun membahana
Dimana-mana, di kota dan di desa
Dari kawinan sampai pemilu
Semua bergoyang tanpa ragu
Bersama orgen tunggal ayo kita maju
Lagu yang menampilkan duet Kill The DJ dan Soimah Pancawati ini diambil dari album Kumpulan Lagu-Lagu Jelek Semiotika Pantura.

Tentang Lilin Lilin Kecil

Posted: Mei 24, 2014 in Kisah, Tinjau Lagu

Jika gitar akustik berada dalam pelukan James F Sundah maka kunci D adalah kunci kesukaannya,terutama jika tengah menala nada dalam mencipta seuntai lagu.Melalui keampuhan kunci D ini jugalah James F Sundah bersenandung menulis lagu ciptaannya yang kelak dikenal khalayak luas sebagai Lilin Lilin Kecil. Saat itu James ditemani adik kandungnya Linda yang membantu James dalam mewujudkan lirik Lilin Lilin Kecil.”Linda memang ahlinya urusan puisi puisian.Dia banyak andil memberi gagasan tema” jelas alumnus Arsitektur Universitas Tarumanegara ini.

“Ketika menulis lagu ini saya berhasil menemukan harmoni yang unik yaitu ketika terjadi perpindahan dari kunci D ke kunci F” papar James mengenang.

Bersama James F Sundah (Foto Denny Sakrie)

Bersama James F Sundah (Foto Denny Sakrie)

Lagu “Lilin Lilin Kecil” yang dipopulerkan Chrisye ini memang dipersiapkan James untuk mengikuti ajang Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 yang digagas Radio Prambors Rasisonia Jakarta.Dan ternyata “Lilin Lilin Kecil” berhasil masuk 10 besar atas penilaian Dewan Juri yang diketuai Keenan Nasution dan meraih Juara Harapan II.Tapi diluar dugaan ketika ke 10 lagu hasil LCLR 1977 itu dikasetkan oleh pihak Prambors,ternyata lagu “Lilin Lilin Kecil” lah yang memperoleh respon bagus dari khalayak pendengar.Sekali lagi oleh Prambors,lagu “Lilin Lilin Kecil” didapuk sebagai Tembang Tersayang LCLR 1977.Secara simbiose mutualisme,”Lilin Lilin Kecil” juga merupakan kereta bagi Chrisye menapak jenjang ketenaran saat itu.Chrisye adalah Lilin Lilin Kecil,begitu pula sebaliknya.

Album Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1977 dirilis ulang dalam medium CD

Album Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1977 dirilis ulang dalam medium CD

Saking ngetopnya lagu yang digurat James F Sundah ini,ditahun 1977-1978 lagu “Lilin Lilin Kecil” telah dibawakan pula oleh Geronimo II, dan Arie Koesmiran, serta secara instrumental oleh Alex Faraknimella hingga Yockie Surjoprajogo.”Hingga tahun 2009 ini lagu Lilin Lilin Kecil telah dibawakan sekitar 50 versi termasuk diantaranya dibawakan oleh Blue Diamonds,grup asal Belanda maupun Victor Wood dari Filipina” ungkap James F Sundah disela-sela kesibukannya menemani anak tercinta belajar main piano.

Lalu apa makna dibalik lirik “Lilin Lilin Kecil” ? “Liriknya sebetulnya bertutur tentang keprihatinan saya melihat temen temen saya yang jatuh dalam ujian .Tapi disisi lain muncul kontradiksi betapa generasi yang lebih tuat malahan memperoleh karir yang menanjak “.

Melati Dari Jayagiri bisa disebut sebagai lagu signatural dari Bimbo yang telah meleghenda.Lagu “Melati dari Jayagiri” karya Iwan Abdurrachman berada pada urutan ke 2 muka A piringan hitam “Trio Bimbo 1971” yang dirilis oleh Fontana Singapore pada tahun 1971.Sebuah lagu bernuansa sejuk dan menyeret imajinasi pendengar ke alam lingkungan yang ramah dan bersahabat.

Melati dari Jayagiri

Kuterawang keindahan kenangan

Hari hari lalu dimataku

Tatapan yang lembut penuh kasih

Lagu ini tampaknya menjadi landmark lagu-lagu bercorak folk ballad yang dikumandangkan Sam,Acil dan Jaka.Atmosfer melodi Sunda yang lirih jelas tertangkap dalam notasi lagu ini.Tak heran jika menyimak lagu ini secara utuh akan menyembul lanskap lereng Gunung Tangkuban Perahu serta rimbunnya hutan pinus yang menyelimuti kawasan Jayagiri. Namun ada yang sedikit mengganjal jika menelaah lirik lagu ini.Kenapa ? karena disekitar Jayagiri justeru tak tumbuh bunga melati.

Piringan Hitam Trio Bimbo 1971 yang dirilis Fontana Record Singapore berisikan lagu Melati Dari Jayagiri.

Piringan Hitam Trio Bimbo 1971 yang dirilis Fontana Record Singapore berisikan lagu Melati Dari Jayagiri.

”Melati di lagu ini hanya simbol saja.Melambangkan kebanggaan,keagungan dan keharuman” urai Iwan Abdurrachman,yang sehari-harinya memang dekat dengan suasana alam.

Bagi Iwan Abdurrachman lagu “Melati dari Jayagiri” bukanlah sebuah lagu cinta seperti yang banyak ditafsirkan secara harafiah. Iwan Abdurrachman yang kerap dipanggil Abah Iwan ini menyebut lagu itu justeru memendam filosofi spiritual, melukiskan tentang kehidupan alam dan cercahan harapan menanti esok hari di tengah gelapnya malam. Sebuah makna yang dalam.

Terinspirasi dengan gerakan sosial yang dilakukan artis musik Amerika Serikat untuk musibah kelaparan di Ethiopia lewat USA For Africa dengan lagu “We Are TheWorld” (1985),sederet artis pemusik dan penyanyi Indonesia pun melakukan hal serupa dengan nama “Suara Persaudaraan”.Penggagas utamanya dating dari komposer James F Sundah yang kemudian menghubungi banyak artis untuk bahu membahu dalam mengerjakan proyek musik kemanusiaan itu.

Suara Persaudaraan

Suara Persaudaraan

Proyek Suara Persaudaraan ini diikuti sekitar 100 orang pendukung diantaranya Vina Panduwinata,Dian Pramana Poetra,Deddy Dhukun,Addie MS,Ikang Fawzi,Atiek CB,Pahama,Grace Simon,Harvey Malaihollo,Wow,Mus Mujiono dan sederet panjang lainnya.

“Ternyata gagasan Suara Persaudaraan ini mendapat respon positif dari kawan kawan pemusik dan penyanyi kita” kenang James F Sundah. Hasil penjualan kaset “Suara Persaudaraan” ini memang tidak untuk disumbangkan ke Ethiopia ,melainkan untuk berbagai bantuan sosial .

Lagu “Anak Anak Terang” motifnya memang mengikuti pola “WeAre The World” yang ditulis oleh Michael Jackson dan Lionel Richie.”Setiap artis memperoleh kesempatan menyanyikan lagu per satu kalimat lalu membentuk sebuah paduan suara” tambah James F Sundah.

Kaset Suara Persaudaraan

Kaset Suara Persaudaraan

Menariknya lagu “Anak Anak Terang” ini justeru diciptakan secara keroyokan yang antara lain melibatkan banyak nama mulai dari James F Sundah,Adjie Soetama,BJ Rianto,Addie MS,Imaniar Noor said,Lydia Noorsaid,Utha Likumahuwa dan Chris Manusama.

Di tahun 1987 Fariz RM melanglang buana ke Eropa.”Saat itu saya tengah mengikuti semacam summer course di bidang broadcast televisi.Saya mengambil pemahamam directing” kisah Fariz RM yang kemudian menginjakkan kaki di Barcelona,ibukota wilayah otonom Catalonia Spanyol.Di kota yang eksotik inilah Fariz menumpahkan inspirasi dalam bentuk lagu bertajuk “Barcelona” yang merajut tema romansa.

Quiere darme su direccion senorita
kuingin kau ajak serta malam ini
Como se pronuncia, oh juwita
ingin kunyatakan cinta sepenuh rasa

“Barcelona” bisa dianggap puncak kedua yang diraih Fariz dalam industri musik pop pada dasawarsa 80-an setelah puncak yang pertama lewat lagu “Sakura” di tahun 1980.Kedua lagu karya Fariz RM itu,entah disengaja atau tidak bertutur tentang kisah asmara lintas bangsa, Sakura dengan wanita Jepang dan Barcelona dengan wanita Spanyol.

Album Fariz RM Living In The Western World dengan hits Barcelona

Album Fariz RM Living In The Western World dengan hits Barcelona

Untuk lebih mengukuhkan atmosfer Spanyol,Fariz RM pun menyusupkan anasir musik flamenco.

”Saya meminta Eet Sjahranie mengisi permainan gitar flamenco pada bagian interludenya.Dan Eet berhasil menampilkan permainan yang maksimal ” jelas Fariz RM.Padahal,gitar akustik yang dimainkan Eet Sjahrani di lagu itu justeru bukan gitar akustik berpresisi tinggi.Melainkan sebuah gitar tua yang kebetulan terpajang di studio rekaman.

“Ketika mau take di studio,Eet datang membawa Stratocaster.lalu saya bilang ke dia saya butuh suara gitar akustik bukan elektrik” tutur Fariz RM.

Menurut,Fariz RM,Eet sempat ngomel karena bagian solo gitarnya bermain di kunci G yang ternyata menyulitkan Eet melakukan fingering ala Flamenco.”Tapi saya yakin dia mampu.Dan tanpa menggunakan capo Eet berhasil memainkan flamenco dengan brilian” puji Fariz RM.

Denny Sakrie

(Dikutip dari “150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa” Rolling Stone Desember 2009

Menyimak Musim Bunga Franky & Jane

Posted: Desember 20, 2013 in Tinjau Lagu

Franky Sahilatua memang cerdas.Dia mengadopsi gaya country dan folk dalam atmosfer Indonesia.Bersama dengan adik kandungnya Jane Sahilatua,Franky membentuk harmoni vokal yang padu dan serasi.Keduanya,seperti lazimnya para penyanyi country,mengedepankan suara yang cenderung nasal tapi dalam cengkok yang terasa kuat kesan Indonesianya.

Musim Bunga - Franky & Jane 1978

Musim Bunga – Franky & Jane 1978

Seperti halnya penyanyi folk,duo Franky & Jane banyak bertutur tentang alam dan lingkungan serta kritik sosial.Interaksi sosial yang dilakukan Franky sebagai komposer memang banyak memihak ke nuansa yang marginal misalnya kehidupan kaum marginal yang papah atau keeksotisan suasana perkampungan yang indah dan belum tersentuh alam modern yang sarat rekayasa.

Franklin Hubert Sahilatua yang banyak dipengaruhi John Denver maupun Simon Garfunkel ini memang lancer menghadirkan narasi yang diangkat dari keseharian.Dan dengan ungkapan yang apa adanya.Kalimatnya sederhana tapi memiliki makna yang dalam.

Ini kelebihan utama Franky & Jane yang antara lain tertumpah pada tema lagu “Musim Bunga”,sebuah tema bertabir oase ditengah hiruk pikuk polusi kehidupan kota yang metropolis.Lagu “Musim Bunga” dikuakkan oleh bunyi recorder sopran dibarengi ritme castanet yang seolah mewakili aura sebuah perkampungan yang damai dan sejahtera.