Arsip untuk Juni, 2011

Apa yang ada dalam benak kalian  saat mengeja nama Yngwie Johann Malmsteen ?.Bagi saya sendiri,ada tiga hal yang tercerabut dari sosok Yngwie ini. Pertama,dia adalah setan gitar berperawakan besar dengan tatapan mata yang arogan.Kedua lelaki yang cuap-cuapnya kerap  menyiratkan keangkuhan.Ketiga,matanya yang sering mengerling jika matanya tertumbuk pada sosok wanita eksotik.

Dan hari ini 30 Juni 2011,gitaris yang tak pernah lepas dengan gitar Fendernya itu genap berusia 48 tahun. Dia dilahirkan di Stockholm Swedia. Belum terlalu tua,tapi juga sudah tidak muda lagi.Nama Yngwie masih jadi perbincangan,walaupun sekarang mungkin orang tak begitu takjub lagi dengan sosok pahlwan gitar yang menderu-deru bagai mobil-mobil yang kejar-kejaran di film Fast and Furious.Setidaknya Yngwie masih dibahas di beberapa majalah musik seperti Spin,Burrn,Guitar Player,Mojo,Classic Rock ,Fuzz dan banyak lagi.

Nama Yngwie sendiri cukup menorah pesona dalam kancah music rock atau metal di Tanah Air.Di era akhir 80-an hingga masuk era 90-an,banyak gitaris rock Indonesia yang terpaku dan terkagum-kagum dengan gaya Yngwie yang mencuatkan gaya neo-classical.Lihatlah ajang tahunan Festival Rock Se Indonesia yang digelar Log Zhelebour dahulu banyak terselip gitaris-gitaris metal yang tak kuasa dipengaruhi gaya shredding Yngwie Malmsteen.

Di tahun 1990 Yngwie Malmsteen pernah menggelar konser di dua kota yang banyak menyimpan fans fanatic rock terutama Yngwie yaitu di Solo dan Surabaya.Yngwie yang datang atas gagasan maecenas Setiawan Djody  tampil di Stadion Manahan Solo dan Stadion Tambaksari.Sayangnya,Yngwie tak bisa menampilkan performa yang komplit di Surabaya karena hujan deras yang mengguyur Stadion Tambaksari.Saat itu Yngwie tengah melakukan tur promo album bertajuk “Eclipse”

Enam  tahun berselang Yngwie datang lagi ke Indonesia.Kali ini bukan untuk konser berskala akbar di stadion,tapi memberikan klinik gitar di Hard Rock Café Jakarta.Tak banyak yang mengetahui kedatangan Yngwie Malmsteen kali ini

Tahun 1996,saya beruntung bisa bertemu langsung  dengan Tuan Fender ini.Gitaris Swedia yang dianggap salah satu gitaris yang didakwa menyebar paham neo-classical.Yngwie saat itu dating bertandang ke studio  radio M97FM Classic Rock Station

Kesan awal bersua  memang Yngwie  Malmsteen berkesan dingin dan arogan.Tapi saya merasa kalo kita ajak dia ngobrolin musik dan musik…..masak sih dia cuek terus ?.Pasti gak mungkin ,ungkap  saya membatin dalam hati.

Dan dugaan saya memang benar pada akhirnya.Yngwie Malmsteen  yang awalnya jutek setengah mampus karena crew M97FM ingin foto bareng,akhirnya melunak.Itu pun setelah dibujuk-bujuk manajernya.

Well,Yngwie  sangat antusias ngobrolin musik mulai dari rock hingga klasik.Waktu itu saya memutar album “UK” (1977)  dari kelompok UK yang terdiri atas Bill Bruford (drums),Allan Holdsworth (gitar),John Wetton (bass,vokal) dan Eddie Jobson (keyboards,biola).”Heiiii………whatta music” teriak Yngwie Malmsteen seperti kesetanan.Hmmm…tampaknya tuan ini mulai menemukan “frekuensi” nya.

Tanpa ada pertanyaan dari saya ,tuan Yngwie yang terlihat gempal itu  nyerocos aja memuji kepiawaian gitaris Inggeris  Allan Holdsworth yang terkenal dengan gaya legato-nya itu.

“Saya ngefans sama Holdsworth.Begitu Allan cabut dari UK, band itu rasanya seperti kehilangan gigi”.tambah pemilik nama lengkap  Lars Johan Yngve Lannerbäck ini.

“Apakah anda suka dia,karena Allan juga penggesek biola” pancing saya.”That’s it” kata Malmsteen.”Konsep Legato Allan itu kan karena dia seorang violinist” imbuh Yngwie lagi.

Dan Yngwie Malmsteen yang pernah mampir di Alcatrazz juga adalah gitaris yang juga mengembangkan permainan gitarnya dari teknik vibrato yang biasa diterapkan para  pemain biola klasik.”Saya banyak menyerap dari gaya Paganini” urai tuan Yngwie.

Yngwie dalam memainkan gitarnya memiliki signature yang jelas yaitu penonjolan teknik arpeggio yang mumpuni. Sosoknya pun kerap disebut salah satu pelopor shred guitar di jagad ini.

Dalam album “Inspirations” yang dirilis tahun 1996,Yngwie Malmsteen membawakan sebuah track dari debut album kelompok UK yakni “In The Dead Of Night” yang ditulis oleh Eddie Jobson dan John Wetton.

Sebetulnya kalau ingin mengetahui gitaris gitaris yang menginspirasi Malmsteen,anda harus menyimak album ini.Karena di album ini selain,membawakan lagu dari UK,Yngwie pun membawakan “Manic Depression” (Jimi Hendrix),Gates of Babylon (Ritchie Blackmore’s Rainbow),”Picture Of Home” (Deep Purple),”Mistreated” (Deep Purple),”The Sails of Charon” (Scorpion,gitarisnya Uli John Roth),”Demon’s Eye” (Deep Purple),”Anthem” (Rush),”Child In Time” (Deep Purple),”Spanish Castle Magic” (Jimi Hendrix) dan “Carry On My Wayward Son” (Kansas).

Dan kalo kita lihat songlist-nya jelas terbukti bahwa Yngwie  Malmsteen harus diakui memang sangat tergila gila dengan Ritchie Blackmore.

“Waktu saya berumur sekitar 10 tahun,gitaris rock yang saya denger terus albumnya adalh Ritchie Blackmore.Gak ada yang lain cuma Blackmore.Saya memang menyukai Blackmore,tapi saya tak mau berada dibawah bayang bayang dia.And there was no one else. And then after that, I stopped listening to guitar players all together. ” tukasnya lagi sambil menyeruput secangkir cofee mix dan menampik tawaran memakan kue donat yang tersedia.

Tapi entah kenapa Yngwie terkadang suka mengingkari keterpengaruhannya dengan sejumlah guitar heroes yang hadir mendahului dia dalam khazanah musik rock.

Walaupun dalam album “Inspirations” Yngwie membawakan karya Jimi Hendrix maupun Uli Roth,dia tetap menyangkal sebagai pengagumnya.

“Bukankah anda pernah menyebut Hendrix sebagai salah satu pengaruh musik anda ? sergah saya.

“Tepatnya gini……I saw Hendrix on TV when I was 7 years old.And….

the day he died they showed a video of him lighting his guitar on fire, and that made me want to start playing guitar.” tukas tuan Malmsteen lagi.

Yang jelas cover album “Trial By Fire – Live In Leningrad” yang dirilis Polydor pada tahun 1989 terlihat tuan Yngwie meniru gaya Jimi Hendrix yang fenomenal : membakar gitar.

Sebaliknya dengan sumringah tuan Yngwie lebih mengelu-elukan supremasi para komposer klasik . ” When I was  kid I had my heroes that I listened their music , and…..you know  my biggest heroes are Johann Sebastian Bach, Vivaldi, and Nicolo Paganini”.

So,happy birthday Yngwie……..Jrenggggg

Denny Sakrie

Jangan sekali-kali menganggap remeh terhadap nama sebuah band. Ini serius. Karena ketika pecah konflik dalam tubuh band, maka lazimnya akan berakhir dengan perebutan siapakah yang tetap mempertahankan atau memakai nama band yang awalnya disepakati sebagai milik bersama.

Ada beberapa contoh yang patut disimak, misalnya band rock progresif Inggris Yes di tahun 1989 berseteru dengan beberapa personil dan mantan personil Yes yang juga menggunakan nama yang sama. Akhirnya salah satu pihak bersedia tidak memakai nama Yes, melainkan inisial dari nama belakang mereka masing-masing Anderson, Bruford Wakeman & amp; Howe setelah kasus perebutan hak penggunaan nama band itu berlanjut di meja pengadilan.

Lalu ada lagi kasus perebutan hak pemakaian nama Pink Floyd yang juga diteruskan ke pengadilan. Ini terjadi diparuh dasawarsa 80-an saat Roger Waters, yang telah keluar dari Pink Floyd menuntut ketiga rekannya Nick Mason, Rick Wright dan Dave Gilmour karena tetap menggunakan nama Pink Floyd. Roger Waters akhirnya kalah di pengadilan, dan nama Pink Floyd haknya dipegang oleh 3 personil Pink Floyd yang lain. Pink Floyd itu sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Syd Barrett, personil Pink Floyd yang telah mengundurkan diri di era 70-an.

Di Indonesia almarhum Deddy Stanzah dikenal sebagai pendiri dan pemberi nama The Rollies, ketika bersama teman-temannya membentuk kelompok musik di tahun 1967. Namun ketika Deddy Stanzah dipecat dari The Rollies karena kelakuannya yang melanggar disiplin di tahun 1973, Deddy tidak lagi memiliki kuasa atas kepemilikan nama The Rollies. Deddy akhirnya membentuk band lain dengan nama Superkid bersama Jelly Tobing dan Deddy Dorres. Seandainya ada semacam agreement pada awal pembentukan band, atau setidaknya nama the Rollies di daftarkan di Kantor Hak Cipta dan Paten oleh Deddy Stanzah, maka nama itu tetap dimiliki oleh Deddy Stanzah sebagai pencipta nama band.

Jelas sudah bahwa penggunaan nama band menjadi bagian yang tak bisa dianggap remeh lagi. Apalagi kejadian seperti diatas juga banyak ditemui dalam kancah dunia band di Indonesia.

Biasanya pada awal terbentuknya band, dimulai dengan kesepakatan menamakan band sebagai jati diri. Nah, disini sering kali terjadi hal-hal yang tak ndiinginkan ketika band tersebut mulai berbenturan dengan berbagai konflik yang pelik. Konflik dengan label rekaman, manajemen termasuk yang terbesar adalah konflik sesama anak band yang sangat krusial. Ujung-ujungnya adalah perebutan nama band sebagai jati diri atau identitas band. Hal ini kian meruncing jikalau band yang tengah bermasasalah telah memiliki nama besar yang disegani dan mumpuni. Konflik pun bisa berlangsung kian alot.

Sudah sepatutnyalah anak band lebih memahami bahasa hukum untuk menghadapi kasus kasus semacam ini. Mau tidak mau persoalan legalitas harus ditelaah lebih jauh lagi tentunya. Pemilihan atau penggunaan nama termasuk logo atau ikon untuk sebuah kelompok musik merupakan representasi dari band beserta konsep musik yang dipancangkan melalui sebuah kesepakatan. Nama itu kian memiliki makna dan harkat ketika musik dari kelompok musik itu mulai dikenali publik secara luas.

Dalam hal ini jalan keluar yang harus diambil saat pembentukan sebuah band adalah melakukan band Agreement atau Perjanjian Band yang merinci secara detil dan akurat perihal siapa yang berhak menggunakan atau memiliki nama band itu. Apakah atas nama perseorangan atau secara bersama? Dengan klausul-klausul seperti itulah apabila  terjadi konflik atau kemelut dalam tubuh band, setidaknya bisa diambil tindakan hukum yang jelas dan tepat.

Perjanjian secara hukum itu pada galibnya mengikuti kaidah hukum perjanjian seperti yang termaktub dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Jika perjanjian band secara hukum telah dibuat sejak awal band berdiri, paling tidak hal ini bisa menjadi medium untuk mengatasi berbagai kemungkinan konflik  yang bisa muncul dalam eksistensi sebuah band.

Bagi anak band yang patut dicamkan bahwa bermusik tak hanya sebatas bermain musik secara total,tapi juga harus tetap hirau pada azas azas hukum  yang berlaku.

Tak ada salahnya jika sejak dini sudah mulai mengakrabkan diri dengan piranti-piranti hukum yang kelak akan dipakai pada saat tengah berhadapan dengan permasalah hukum.

Dipastikan generasi muda sekarang mungkin banyak yang tak mengenal AKA.Mereka bisa jadi mengetahui AKA sebatas nama belaka.Nama yang sering disebut sebagai salah satu kelompok rock yang begitu menjamur jumlahnya di era 70-an dan kerap menyodorkan aksi panggung yang super gila-gilaan.Saat itu AKA yang berasal dari Surabaya jawa Timur itu  oleh majalah Aktuil Bandung ditahbiskan sebagai kelompok underground.Kerap disejajarkan dengan Black Sabbath.Mungkin karena aksi panggungnya yang teaterikal semisal mengusung peti mati plus ambulance rumah sakit yang meraungkan sirene di sekitar pentas pertunjukan.Bahkan sang terdepan AKA Utjok Harahap kerap mempertontonkan adegan penyiksaan seperti digantung sambil dicambuk dengan sebilah cemeti yang menggelegar.Termasuk atraksi vulgar maaf…bersanggama dengan organ Farfisa yang dimiringkan .Keplok applause pun membahana.

Semua kisah tentang AKA pada akhirnya bak sahibul hikayat.Hingga muncullah album kompilasi bertajuk “AKA Hard Beat” yang direissue oleh Jason “Mosh” Connoy orang Kanada pemilik label Strawberry Rain.Album ini dirilis dalam format compact disc dan vinyl.Berisikan 14 track karya AKA berbahasa Inggeris yang diambil dari album album AKA yang dirilis Indra Record antara 1971 dan 1977 seperti “Do What You Like”,”Reflections”,”Crazy Joe”,”Sky Rider”,”Cruel Sides Of Suez War” maupun “Mr.Bulldog”  serta satu track berbahasa Indonesia “AKA Untukmu” dari album

Soenatha Tandjung dan Utjok Harahap

” (1977)

Lagu lagu tadi memang bernafaskan rock.Jason Connoy memang memilih ke 14 track itu dari lagu-lagu AKA yang betul betul berkonotasi rock.Album album AKA yang dirilis Indra Record serta Remaco di era 70-an sebetulnya tidak murni rock,karena dengan alasan tuntutan pasar,AKA mamu berkompromi menulis lagu bercorak pop seperti “Badai Bulan Desember” yang sepintas mirip lagu Bee Gees “How Cajn You Mend A Broken Heart”.

Nah disetiap album album AKA itu selalu muncul lagu-lagu berkonotasi rock yang menggelegar sekitar 2 atau 4 lagu.Lagu lagu itulah yang kemudian diseleksi Jason di dalam album “AKA Hard Beat” ini seperti “Suez War” yang intronya sepintas mirip “Aqualung” nya Jethro Tull hingga “Shake Me” yang beratmosfer funk ala James Brown dan jangan lupa ada lagu “Do What You Like”  yang dulu kerap dibawakan di panggung dan kabarnya pernah diputar di radio Australia pada paruh era 70-an.

Menariknya bahwa saat itu Indonesian rock scene memang tengah dipengaruhi hard rock,prog rock dan funk soul.Jadi tak heran jika kiblat tata musik AKA juga mengacu ke sana.Simak saja petika gitar elektrik Soenatha Tanjung yang banyak dipengaruhi gaya Jimmy Page,Jimi Hendrix serta Richie Blackmore.Utjok Harahap sendiri banyak melakukan screaming yang merupakan perpaduan antara The Crazy World of Arthur Brown dan James Brown   .

Permainan bass Arthur Kaunang pun sangat inspiratif.Dia bagaikan bunglon yang bisa berubah perangai dari rock blues ke funk yang soulful.Saya menduga Arthur sangat terpengaruh dengan pola permainan bass Mel Schacher dari Grand Funk Rail Road. Dan pola drumming Syech Abidin sangat akurat dan luamyan berkarakter.

Lirik lagu yang ditulis AKA dalam bahasa Inggeris pun mengajukan ragam tema,mulai dari ikhwal perang di Teluk Suez  pada “Suez War” hingga tentang manajer mereka sendiri Jauhari dalam lagu “Crazy Joe”.

Dengan didukung studio rekaman berfasilitas 4 track AKA memang telah berbuat sesuatu untuk musik rock Indonesia saat itu.Kualitas rekaman yang kurang memadai itu juga yang menyulitkan Jason Connoy dkk untuk meremastered karya karya AKA yang mengambil source bukan dari reel masters tetapi dari vinyl yang diperoleh Connoy di antara tumpukan vinyl yang dijajakan pedagang di Jalan Surabaya sejak 12 tahun silam.

Jika dipanggung AKA lebih banyak tampil sebagai impersonator yang terlatih,maka dalam album rekaman mereka sangat terampil meracik komposisi plus arransemen.Silakan simak track track bergizi seperti Crazy Joe,Sky Rider,Reflections,Open Doors,Groovy,Mr Bull Dog  maupun Glenmore,sebuah judul yang diambil dari sebuah desa di Jawa Timur.

Agak disayangkan,album ini hanya mengambil track track AKA yang berkategori “HardBeat”,tapi toh tidak mengurangi impresi kita terhadap kekuatan band rock Indonesia masa silam. Setidaknya jejak artefak music rock Indonesia masih bias terlacak lewat album kompilasi yang justeru digagas oleh orang Kanada.

Tracklist

1.Do What You Like

2.Glenmore

3.Reflections

4.We’ve Got It Work It Out

5.Cruel Side

6.Groovy

7,Suez War

8.Mr Bulldog

9.Shake Me

10.Only One Man

11.Crazy Joe

12.Skip Awaya

13.Open Doors

14.Sky Rider

15.AKA Untukmu

Denny Sakrie

Brian Wilson dalam sesi rekaman Pet Sound 1966

Boss The Beach Boys Brian Wilson hari ini genap berusia 69 tahun.Masih segar bugar,beberapa waktu lalu merilis album “Smile”,album fenomenal yang tertunda-tunda rilisnya.Brian Wilson adalah peletak dasar gagasan bermusik The Beach Boys.Selain menjadi leader of the band,lelaki kelahiran 20 Juni 1942 dengan nama lengkap Brian Douglas Wilson,juga menangani penulisan lagu hingga penataan aransemen music sekaligus tata vocal,memetik bass dan memencet bilah keyboards.Brian juga banyak bertanggung jawab untuk harmonisasi vokal, termasuk penggunaan teknik falsetto yang mengagumkan itu.Brian Wilson juga bertindak sebagai produser album-album the Beach Boys.

Harmonisasi ala the Beach Boys yang dikembangkan Brian Wilson itu pada akhirnya menjadi semacam ikonik mu

Brian Wilson

sik pop di Amerika Serikat.Setidaknya itulah riset yang dilakukan Phil Collins,drummer dan vokalis band progresif Inggeris Genesis saat melakukan proyek rekaman Duke di tahun 1980.Selepas era Peter Gabriel,memang mulai memangkas tata music berbau progresif yang menghabiskan durasi panjang dan berlembar-lembar petilan lirik itu.Di saat membuat lagu “Misunderstanding:,Phil Collins dengan sadar menyusupkan gaya harmonisasi vokal ala The Beach Boys.Ternyata perkiraan Phil Collins memang terbukti kebenarannya.Album “Duke” dengan salah satu hitnya “Misunderstanding” mendapat tempat di kuping penikmat musik Amerika Serikat.”Misunderstanding” akhirnya masuk Top 20 Billboard Hot 100 Singles Charts.

Di tahun 1967,jauh sebelum muncul album Duke Genesis,The Beatles telah merilis album fenomenal “Sgt Pepper’s Lonely Heart’s Club Band” yang diakui Paul McCartney juga menyerap inspirasi dari album “Pet Sound” nya The Beach Boys yang dirilis tahun 1966.Tapi Brian Wilson sendiri mengakui bahwa album “Pet Sound” itu justeru terinspirasi dari album The Beatles bertajuk “Rubber Soul”.

“Pet Sounds” adalah puncak kepiawaian Brian Wilson dalam bermusik bersama The Beach Boys.Album ini kerap disebut sebagai salah satu cetak biru gerakan psychedelick rock yang merebak di paruh dasawarsa 60-an.Ekspansi bunyi yang diekslorasi secara gila-gilaan justeru tertumpah habis di album dahsyat ini.

Di album yang direkam di 3 studio di Los Angeles ini,yaitu Gold Star Studios,Sunset Sound dan Western Studios ini menjadi ajang Brian Wilson untuk menerapkan metode produksi rekaman yang dikembangkannya bertahun-tahun.Pet Sound alhasil menjadi semacam zenith pencapaian Wilson dan kawan kawan..Wilson pun menerapkan teknik rekaman yang ditemukan Phil Spector “Wall of Sounds”,sang mentor sekaligus rival Wilson.

Jadi tak heran jika Pet Sound menjadi album paling essensial dalam sejarah musik pop dunia.Begitu kompleksnya tugas dan fungsi Brian Wilson di album ini,menyebabkan banyak yang menyebut “Pet Sound”  sebetulnya adalah proyek album solo Brian Wilson yang digarap bersama The Beach Boys.

Karena keberhasilan album Pet Sound,pihak Capitol Records pun member lampu hijau bagi Brian Wilson untuk menggarap proyek selanjutnya yang kemudian diberi judul “Dumb Angel” tapi kemudian buru-buru diubah menjadi “Smile”  yang dideskirpsikan sebagai “a teenage symphony to God”.Namun proyek “Smile” ini akhirnya berantakan karena mencuatnya konflik dan problematika yang menggurat The Beach Boys dan Capitol Records.

Album “Smile” ini juga yang mengakhiri petualangan kreativitas Brian Wilson yang juga tersentuh problematika kejiwaan yang akut.Dia menjadi budak narkotika dan sejenisnya.Peran Brian Wilson dalam tubuh Beach Boys pun perlahan menciut dan mengecil.

Ditahun 1975,isteri Wilson dan keluarganya meminta bantuan dari seorang terapis controversial Eugene Landy untuk mengembalikan kondisi kejiawaan Brian Wilson yang telah hancur berkeping-keping.Di tahun 1976 Brian Wilson mulai tampil di pentas pertunjukan.

Di tahun 1982 terapis Eugene landy kembali diminta untuk menjaga kondisi kejiwaan Brian Wilson yang rawan rapuh itu.Wilson mulai diasingkan dari The Beach Boys bahkan diisolasikan dari keluarganya tercinta di Hawaii.Disinilah Brian Wilson menata ulang kondisi jiwa dan kehidupannya yang berantakan.Pemulihan kondisi Wilson mulai terlihat jelas ketika dia ikut tampil dalam acara penggalangan dana kemanusiaan untuk rakyat Ethiopia “Live Aid” pada bulan Juli 1985.Di tahun itu pula Brian Wilson mulai merekam album lagi bersama The Beach Boys.

Namun tak lama berselang Brian Wilson diberitakan mengidap schizoaffective disorder bipolar type yang menyebabkan Wilson sering mendengar suara-suara yang tak diinginkan di kepalanya.

Ditahun 1989 Brian Wilson diisukan stroke karena penggunaan obat-obatan yang terlalu banyak.Konon,Eugene Landy sejak tahun 1983 telah banyak memberikan Wilson obat-obatan antipsikotik.

Sejak itu Brian Wilson sudah tidak lagi aktif dengan The Beach Boys.Wilson mulai merilis album solo di tahun 1988 bertajuk “Brian Wilson”,namun album ini gagal total dalam penjualannya.

Setelah menikahi Melinda Ledbetter di tahun 1995,Brian Wilson kembali merilis dua album solo secara serempak yaitu “I Just Wasn’t Made For these Times” dan “Orange Crate Art”.

Brian Wilson ternyata masih bisa bertahan dalam konstelasi music.Terbukti pada tanggal 22 juni 2004,Brian Wilson kembali merilis album solo bertajuk “Getting’ Over My Head” yang didukung sejumlah pemusik mulai dari Paul McCartney,Elton John hingga Eric Clapton.

Di tahun 2009,Brian Wilson merekam beberapa karya klasik komposer George Gershwin diantaranya bmelengkapi dua karya George Gershwin yang tak terselesaikan karena meninggal dunia.Album yang kemudian diberi judul “Brian Wilson Re-Imagine Gershwin” akhirnya dirilis pada 17 Agustus 2010 lalu.Karena interpretasi Wilson terhadap karya Gershwin,menjadikan Brian memperoleh “UCLA George and Ira Gershwin Award” pada tanggal 20 Mei 2011 lalu di UCLA Spring Sing.

Sebuah perjalanan musik dan kehidupan yang sarat dinamika dari seorang Brian Wilson.Seorang pemusik tangguh yang tetap gigih dan kukuh mempertahankan jati dirinya sebagai,pemusik.

Happy Birthday Brian !.

Euis Darliah Euy !!!

Posted: Juni 19, 2011 in Sosok

Wanita bermata bola ini kerapkali  dijuluki Janis Joplin Indonesia sejak paruh dasawarsa 70-an.Mungkin karena suaranya yang melengking dan parau.Rock pisan dan blues  tentunya. Mulai berkiprah di paruh era 70-an.Saat itu Euis Darliah tergabung dalam band wanita Antique Clique.Band yang super heboh  ini sempat ikut dalam Festival Band Wanita pertama di Indonesia yang digagas majalah Top Jakarta. Antique Clique memang tidak menang,tapi Euis Darliah berhasil menuai sensasi luar biasa  dengan memantati dewan juri yang antara lain terdiri atas Remy Sylado,salah satu redaksi majalah Top Jakarta.
Di beberapa kejap peristiwa Euis yang bermata seperti kelereng itu kerap jua dijuluki ”rusa mungil”. Dan, ”Saya suka julukan itu,” komentar Euis Darliah. Dengan gaya anak rusa lasak, bahkan terkesan sedikit binal, Euis mengorbit dengan lagu Apanya Dong karya Titiek Pispa yang liriknya rada absurd itu. Dengan suara serak dan lepas, awal popularitasnya tercatat dekat akhir 1982 setelah sekian lama malang melintang dari panggung pertunjukan hingga klab malam yang bertebaran di metropolitan.

Euis cukup lama berjuang meniti karir musik. Bayangkanl, Euis sudah menyanyi sejak berusia 10 tahun. Anak kelima dari 12 bersaudara ini, kebetulan, kemanakan pesinden Sunda terkenal, Titim Fatimah. Boleh jadi bakat menyanyinya ”turun” dari bibinya itu
Suatu kali, pada usia 10 tahun, Euis menonton hajatan di rumah tetangganya, dengan bertelanjang kaki, dan menggendong seorang adiknya. Ketika pembawa acara, Baskara, menawari hadirin menyanyi, si Euis spontan berteriak, ”Saya, Oom!” Ia menyanyikan lagu Anna Mathovani, penyanyi pop masa itu. Sambutan penonton, konon, luar biasa.

Peristiwa ini membuat Euis ”gila” menyanyi. Di SMP, hanya pelajaran menyanyi yang disukainya. Kemudian, diam-diam, ia menyanyi di sebuah night club. Melalui wartawan Ronald Situmorang, suami penyanyi Herty Sitorus, ia dipertemukan dengan Abul Hayat, seorang penemu bakat dan juga pemilik night club Latin Quarter di Harmoni, Jakarta.Euis Darliah mungkin akan terus menyanyi di pusat hiburan, kalau suatu ketika tidak datang Titiek Hamzah ke klub malam Tropicana, dan menyaksikannya menyanyikan Cry Baby yang sohor dari tenggorokan Janis Joplin,ratu blues putih yang mati muda itu.
Titik Hamzah komposer dan pencabik bass Dara Puspita di tahun 1981 menaruh kesan mendalam pada musikalitas Euis Darliah.”Dia begitu erkspresif” batin Titik hamzah yang saat itu lagi getol-getolnya bikin lagu buat diadu di Festival Lagu Popular Indonesia (FLPI) .Titik pun merasa telah menemukan penyanyi pendamping Hetty Koes Endang untuk menyanyikan lagu karyanya yang menjadi pemuncak dalam FLPI “Siksa”.
Tapi justeru lewat lagu “Apanya Dong” karya Titiek Puspa,sosok Euis menjulang tinggi ke angkasa.

Euis Darliah si rusa mungil

You say it’s your birthday
It’s my birthday too, yeah
They say it’s your birthday
We’re gonna have a good time
I’m glad it’s your birthday
Happy birthday to you.

Lagu the Beatles dengan perangai rock and roll dari “The White Album” rasanya adalah lagu yang paling pantas kita putar kembali hari ini.Kenapa ? Karena hari ini 18 Juni 2012 Sir Paul McCartney,salah satu dari fab four The Beatles,genap berusia 70 tahun.

Dilahirkan tanggal 18 Juni 1942 di Liverpool Inggeris dengan nama lengkap James Paul McCartney

Masih segar,masih energik,masih berkarya,masih manggung dan masih dikenal dari berbagai lintas generasi.Di usia 69 tahun Paul McCartney memang nyaris tanpa ada perubahan yang berarti.Macca is a music.Itu pasti.Dan rasanya tak sesuai dengan yang dideskripsikannya pada tahun 1967 saat menulis lirik lagu When I’m 64 dari album “Sgt Pepper’s Lonely Hearts Club Band”,sebuah prediksi hari tua Macca di saat menginjak usia 64.Usia yang dipercaya banyak orang sebagai usia yang sudah jauh dari produktivitas maupun kreativitas.

Simak petikan lirik “When I’m 64” berikut ini :

When I get older losing my hair,
Many years from now,
Will you still be sending me a valentine
Birthday greetings bottle of wine?

If I’d been out till quarter to three
Would you lock the door,
Will you still need me, will you still feed me,
When I’m sixty-four?

Rasanya tak perlu lagi kita berpanjang lebar menguak takwil perihal kepiawaian musikal Paul McCartney yang antara lain telah menulis lagu klasik sepanjang zaman “Yesterday”.Kita semua sudah mahfum itu semua.

Pada saat Paul McCartney merayakan ulang tahunnya yang ke 64 di tahun 2006,hampir semua orang menuturkan komentar tentang eksistensi Macca yang bertahan pada usia ke 64,usia yang dipilih Paul McCartney dalam lagu bertajuk “When I’m 64” itu.Lagu itu ditulisnya saat berusia 15 tahun.Paul Valley dalam media “The Independent” menulis sederet komentar tentang Paul McCartney  yang tengah merayakan ulang tahun yang ke 64 :  “  Paul McCartney’s 64th birthday is not merely a personal event. It is a cultural milestone for a generation. Such is the nature of celebrity, McCartney is one of those people who has represented the hopes and aspirations of those born in the baby-boom era, which had its awakening in the Sixties.”

Dan saya setuju bahwa ulang tahun Sir Paul McCartney ini tak lagi sekedar selebrasi dari eksponen kelompok musik yang mengubah wacana musik pop dunia terutama pada dasawarsa 60-an yang sarat gonjang ganjing gerakan politik dan budaya.Melainkan sebuah tonggak budaya dari sebuah generasi.

Disaat dunia gonjang ganjing,muncullah gerakan musik pop sebagai bagian dari sebuah subkultur yang kerap dianggap sebagai terapi sosialistik.Ketika politik membuat seisi lingkungan kusut.maka musik yang meluruskannya.Lalu The Beatles tak lagi tampil sebagai kuartet pop bermodal rambut moptop dengan lagu-lagu semanis permen lollipop seperti awal pemunculannya di awal 60-an yang mengorbitkan histeria massal budaya pop,tapi juga pada akhirnya tertutama sejak tahun 1967 justeru menjadi medium kontemplatif namun juga beranasir gugat.

Dan seorang Paul McCartney,tanpa mengecilkan kontribusi ketiga Beatle yang lain,adalah arsitek arsitektur music The Beatles yang revolusioner itu.Terutama saat Macca dan Lennon bahu membahu membuat sebuah konstruksi dialektika budaya pop.

Seperti yang saya sitir diatas tadi bahwa Macca is a music.Itu tak terbantahkan.Lihat saja sederet data muncul saat anda ragu atas kontribusi Macca dan mencoba untuk mengooglingnya di piranti google.Maka keluarlah data seperti ,Paul McCartney bersama the Beatles telah tampil sebanyak 2523 pertunjukan diseluruh dunia,lalu bersama kelompok yang dibentuknya di era 70an Wings sebanyak 140 pertunjukan dan sebagai artis solo Macca telah merampungkan 325 konser.Dalam catatan yang lain disebutkan bahwa Paul McCartney di tahun 2009 silam saja diperkirakan memiliki asset kekayaan sekitar 750 juta poundsterling atau setara dengan 1,2 bilyun dollar Amerika.Macca juga memiliki saham di Aplle Corps serta membawahi 25.000 copyright pada MPL Communications,sebuah publishing music yang didirikannya.MPL Communications adalah perusahaan yang memayungi bisnis Paul McCartney.

Sebuah illustrasi masa depan seorang pemusik yang berakhir dengan happy ending.Kecerdasan Paul McCartney mensinergikan musik  dan bisnis jelas patut kita teladani dan kita ikuti.

Seperti halnya air muka Paul McCartney yang tetap seperti bayi,maka saya yakin bahwa berdekade-dekade kedepan musik The Beatles masih tetap terasa baru dan segar.
Happy Birthadya,Sir !

Denny Sakrie

 

Tahun ini album mendiang Marvin Gaye “What’s Going On”  genap berusia 4 dekade atau 40 tahun.Salah satu album terpenting khazanah musik pop dunia diabad ke 20.Lagu “What’s Going On” sendiri menurut saya merupakan versi kulit hitam dari “Imagine” nya John Lennon.Dua duanya adalah lagu yang ,saat itu,berhasil mencolek dunia dengan narasi liriknya yang menggugat naluri kemanusiaan kita.

Bukan hanya sekedar sebuah mahakarya dari Marvin Gaye,namun merupakan rekaman paling penting dan passionate yang tercerabut dari kubah music soul,yang meneteskan suara terbaik Marvin Gaye,seseorang yang pada akhirnya dengan bebas memuntahkan uneg-uneg yang mendekam dibenaknya.Permenungan yang ditampilkan Marvin Gaye dalam narasi lirik “What’s Going On” memang mengindikasikan dunia yang tengah sakit dan sekarat saat itu.Keterpurukan ekonomi,penganggguran tumbuh bak jamur,gonjang ganjing militer,termasuk diadalamnya isu brutalitas polisi hingga problematika lingkungan.Semuanya memang terentang dalam kurun waktu 1967 -1970,sebuah kurun yang disisi lain justeru memperlihatkan tingkat artistry yang tinggi dalam pencapaian dunia musik pop melalui pilihan melodi dan lirik yang menohok.Saat itu Marvin Gaye telah menyempalkan gagasan tak hanya ingin mengeduk keuntungan dalam industry music tetapi juga mengekspresikan sesuatu yang lebih mendalam dalam konstelasi music yang diraciknya.

Awalnya Berry Gordin si empunya Motown Record menolak untuk merekam “What’s Going On” yang dinilainya terlalu serius,bernada politik dan uncommercial.Gaye protes tidak mau merekam lagu-lagu lain di album tersebut.Namun toh ternyata argument Gaye berbuah bukti.What’s Going On menjadi album yang diperbingckan dimana-mana,diseantero jagad.Dan menjadi album soul terbaik sepanjang zaman.

Mari kita simak petikan lirik lagu “What’s Going On” :

(Brrr-rrrr)
‘Hey, hey, hey, Robert’
(‘Hey, what’s happenin?’)
(I saved a grand)
(Brother, what’s happenin?)
‘Boy, this is a groove recording, man’
(Hey, how ya doin?)
(Say, it’s right on)
‘I could dig it’
(‘Yeah, brother like a fine solid, right on)

(Say hey man, what’s your name?)
‘Sweet Davis’ playin’ one set
(Horn man)
(Woo!)
‘The spirit thing is everything’
(He could get down and play it in one take)

Mother, mother (hoo-ooo)
There’s too many of you crying
Brother, brother, brother (hoo-ooo)
There’s far too many of you dying
You know we’ve got to find a way
To bring some lovin’ here today
(God don’t feel your lovin’ today)
Yeah

Father, father (father, father)
We don’t need to escalate
You see, war is not the answer
For only love can conquer (conquer) hate
You know we’ve got to find a way
To bring some lovin’ here today
(God don’t need your picket line)
So-ooh (long)

Picket lines (sister) and picket signs (sister)
Don’t punish me (sister) with brutality (sister)
Talk to me (sister) so you can see (sister)
Oh, what’s going on (what’s going on)
What’s going (what’s going on)
Yeah, what’s going on (what’s going on)
Oh, what’s going on
(What’s going on?)

Ha (groove to you) huh-huh-huh (right on, baby)
(Smoke this!) (He’s sacked down on the floor)
Right on, baby
(Tell her she’s hearin’ it record)
I’m gonna yell wo-wo-jah, ja-ya-ya-ya-ya
(Yeah, it’s so good)
I’m gonna yell wo-wo-jah, ja-ya-ya-ya
(Go on the breaks so long) ha-ha-ha-ha

(Say hey, man what’s your name?)
(Smoke this!) (I heard you play the fool)
Right on, fool (ha-ha-ha-ha)
(Walk on) Right on (woo!)
The spirit thing is everything
Aye-ya-ya, ya-ya, ya-ya
(The fool told me I was playin’ for one take)
Ya-ya, ya-ya, ya-ya
(Marvin, do one take)
(Let’s do it again)

Bip-bip-bi-do, bip-bip-bi-do
(Bip-bip-bi-do)
(Grown men all a-yous)
Would you please hit bi-do
(What’s he goin’ around for?)
Ba-ba, ba-ba, da-do
(He’s hangin’)

Mother, Mother
Everybody thinks we’re wrong (we’re wrong)
Oh, but who are they to judge us
(Fool, see)
Simply ’cause our hair is long?
(You’ll see)
Oh, you know we’ve got to find a way
Bring some understandin’ here today
Oh, (ooh-ooh)
(God don’t hear no picket lines)

Picket lines (brother) and picket signs (brother)
Don’t punish me (brother) with brutality (brother)
Come on, talk to me (brother)
If you can see, what’s
What’s going on (what’s going on)
Yeah, what’s going on (what’s going on)
Tell me what’s goin’ on (what’s going on)
I’ll tell you you what’s going on (what’s going on)

Woo-woo-hoo-hoo-hoo
(Brrr-rrr, brr-rrr)
Right on, baby, right on
(Let’s hear the fat lady!)
(I hear’d it)
(Hey! slow down)
Aye-ya-ya-ya (aye-ya-ya)
Ya-ya, ya-ya (ya-ya-ya-ya)
(Cause I done said it again)

The world is groovin’, you know
(Woo!) (whoa!) (oh, it dictates) the entire world
Right on, baby (groove on, brother)
Screw wrong wit’ you
(What’s wrong wit’ you?)
Ay-ya-ya-ya (ay-ya-ya-ya)
(Ya-ya-ya-ya-ya-ya)

(Seen a young girl in someone’s house)
(You can’t see me-he-he-here, wee-ooo)
(Marvin!)
Bi-do-bi-do (say, please) bip-bip-bi-do
(Ha-ha-ha)
<inhaling sound>
(Fool in someone’s house)
(Would you please don’t tell Marvin)
Ba-da-da-da-da
(Same girl come to my place, don’t tell him)
‘Heard-about-that-da-da-damn you’

<inhale sound>
Woo-ooo!
Right on, baby (woo-woo!)
Fuck you, right?
(Hey, now you find out)
(Now, you take it home)

Ay-ya-ya, ya-ya, ya-ya, ya-ya-ya
Wednesday, he’s home
Let’s go on home and see him play the full time
(Marvin, he’s on!)
(Wee-eee-ooo)
(Woo! woo! woo! woo!)
Surprise comin’ out
(Get the football in)
(Back to the football)
(You won, you lost)
(We-eee-ooo)
You’ll see
Ay-ya-ya, ya-ya, ya-ya, ya-ya-ya)

(If you want get out of here)
Ay-ya-ya-ya (ay-ya-ya-ya)
Ay-ya-ya-ya (ay-ya-ya-ya)
FADES:
It’s cool
It’s cool.
Bip-bip-bi-do, bip-bip-bi-do
(Bip-bip-bi-do)
(What’s goin’ on, this is too long?)
Di-di-di-do
Ah, ha-ha-ha-ha-ha.

Marvin saat itu terinspirasi dengan pengalaman abangnya Farnkie Gaye yang baru pulang dari Perang Vietnama selama 3 tahun (1967-1970).Keadaan Amerika saat itu memang morat-marit dalam berbagai strata,penggunaan narkotika ,anak-anak terlantar hingga memuncaknya kerusahan massa dimana-mana yang pada akhirnya membuahkan depresi serta kemarahan.

Lagu-lagu lain seperti Mercy Mercy Me (The Ecology),” “Inner City Blues (Make Me Wanna Holler),” dan “Save the Children.” Memperlihatkan wawasan dan pola piker seorang Marvin Gaye yang cukup krusial.

Dilatari dengan balutan aransemen yang cenderung eklektik,perpaduan soul,funk dan sedikit rasa jazz.Kegeraman yang direpresentasikan Gaye dalam lirik-lirik lagunya menjadi tertata artsitik dalam pola musik yang sarat kedalaman makna.

Dalam memperingati 40 tahun album monumental ini,Motown merilis “What’s Going On” dalam kemasan yang menarik yaitu terdiri atas dua keping CD dan satu piringan hitam (vinyl).Cakram pertama adalah album original yang telah diremaster ulang termasuk didalamnya mono-single versions.Pada cakram yang kedua diimbuh tajuk The Detroit Instrumental Sessions and More,” yang terdiri atas 18 tracks yang kebanyakan memang belum pernah dirilis sebelumnya.

Tracks

Disc 1

 

Title Composer Time
1 Listen Now! What’s Going On Benson, Cleveland, Gaye 3:52
2 Listen Now! What’s Happening Brother Gaye, Nyx 2:43
3 Listen Now! Flyin’ High (In the FriendlySky) Gaye, Gaye, Stover 3:49
4 Listen Now! Save the Children Benson, Cleveland, Gaye 4:02
5 Listen Now! God Is Love Gaye, Gaye, Nyx, Stover 1:41
6 Listen Now! Mercy Mercy Me (The Ecology) Gaye 3:16
7 Listen Now! Right On DeRouen, Gaye 7:31
8 Listen Now! Wholy Holy Benson, Cleveland, Gaye 3:07
9 Listen Now! Inner City Blues (Make Me Wanna Holler) Gaye, Nyx 5:31
10 Listen Now! What’s Going On [Original Single Mix] Benson, Cleveland, Gaye 3:48
11 Listen Now! Head Title aka Distant Lover[Demo Version/Original Master] Gaye, Gordy, Greene 4:48
12 Listen Now! Symphony [Demo Version] Gaye, Robinson 2:52
13 Listen Now! I Love the Ground You Walk On Gaye 2:29
14 Listen Now! What’s Going On [Mono SingleVersion] Benson, Cleveland, Gaye 3:57
15 Listen Now! God Is Love [Mono Single Version] Gaye, Gaye, Nyx, Stover 2:51
16 Listen Now! Mercy Mercy Me (The Ecology)[Mono Single Version] Gaye 2:32
17 Listen Now! Sad Tomorrow [Mono Single Version] Gaye, Gordy, Wilkinson 2:25
18 Listen Now! Inner City Blues (Make Me Wanna Holler) [Mono Single Version] Gaye, Nyx 2:59
19 Listen Now! Wholy Holy [Mono Single Version] Benson, Cleveland, Gaye 3:08

Disc 2

 

Title Composer Time
1 Listen Now! Checkin’ Out (Double Clutch) Bohannon, Gaye, Henderson 4:54
2 Listen Now! Chained Wilson 2:56
3 Listen Now! Country Stud Bohannon, Gaye, Henderson, Parker 1:57
4 Listen Now! Help the People Bohannon, Gaye, Henderson, Parker 2:18
5 Listen Now! Running from Love [Version 1] Bohannon, Gaye, Henderson 3:09
6 Listen Now! Daybreak Bohannon, Gaye, Henderson, Parker 2:05
7 Listen Now! Doing My Thing Bohannon, Gaye, Henderson 2:06
8 Listen Now! “T” Stands for Time Bohannon, Gaye, Henderson 2:41
9 Listen Now! Jesus Is Our Love Song Bohannon, Gaye, Henderson 3:08
10 Listen Now! Funky Nation Bohannon, Gaye, Henderson, Ragin 3:03
11 Listen Now! Infinity Gaye 2:40
12 Listen Now! Mandota Bohannon, Gaye 3:24
13 Listen Now! Struttin’ the Blues Bohannon, Gaye, Henderson, Parker 3:49
14 Listen Now! Running from Love [Version 2] Bohannon, Gaye, Henderson 5:07
15 Listen Now! I’m Going Home (Move) Gaye, Stover 4:40
16 Listen Now! You’re the Man, Pts. 1-2 [Original Mono Single Version] Gaye, Stover 5:47
17 Listen Now! You’re the Man [Alternate Version 1] Gaye, Stover 7:23
18 Listen Now! You’re the Man [Alternate Version 2] Gaye, Stover 4:40

Disc 3

 

Title Composer Time
AMG Pick 1 What’s Going On Benson, Cleveland, Gaye
2 What’s Happening Brother Gaye, Nyx
3 Flyin’ High (In the FriendlySky) Gaye, Gaye, Stover
4 Save the Children Benson, Cleveland, Gaye
5 God Is Love Gaye, Gaye, Nyx, Stover
AMG Pick 6 Mercy Mercy Me (The Ecology) Gaye
7 Right On DeRouen, Gaye
8 Wholy Holy Benson, Cleveland, Gaye
9 Inner City Blues (Make Me Wanna Holler) Gaye, Nyx

Posisi album LLW di chart album iTunes

Indra Lesmana kembali membuat kejutan membahagiakan buat musik Indonesia.Bersama kelompok trionya yang baru LLW,terdiri atas Indra Lesmana (piano,keyboard),Barry Likumahuwa (bass) dan Sandy Winarta (drums) merilis mini album bertajuk “Love Life Wisdom” secara digital di iTunes pada 25 April lalu.Tanpa dinyana,publik dunia penggemar jazz merespon pemunculan trio ini dengan mendownload minialbum yang terdiri atas 6 komposisi jazz ini.Di minggu pertama album yang digarap sejak tahun lalu itu menduduki peringkat 42 sebagai new entry album dalam Most Download Album Chart di iTunes.Diminggu ke dua turun ke peringkat 50 lalu melejit ke peringkat 18 dari 100 album yang dipantau iTunes dalam perolehan download.

Ini merupakan prestasi dahsyat di era musik digital sekarang ini.Keterpurukan khazanah musik Indonesia dengan terkuburnya penjualan fisik,pada akhirnya memiliki peluang lain dalam sebuah distribusi alternatif  yang futuristik.Sekaligus membuktikan bahwa industri musik bisa menjauh dari pintu kiamat.Lewat akun twitternya tanggal 13 Mei lalu Indra Lesmana menoreh sebuah quote yang menggelitik dan provoke  : Istilah “Go-International” sudah kadaluarsa sejak adanya Internet”.

Apa yang dituturkan Indra Lesmana itu bukan isapan jempol belaka,karena sejak berkembangnya jejaring sosial,music Indonesia sudah bertamasya ke penjuru dunia.Walaupun masih ada saja artis Indonesia yang masih menempuh cara cara kolot seperti ikut menumpang bernyanyi di album penyanyi asing untuk meraih paspor go international itu sendiri.

Indra Lesmana sendiri sebetulnya telah melakukan proses go international sejak era 80-an.Antara lain menetap di Sydney Australia untuk mengenyam pendidikan jazz sekaligus merilis beberapa album jazz bersama pemusik jazz Australia.Sosok Indra Lesmana pun disoroti dalam majalah jazz Amerika berpengaruh Down Beat.Puncaknya,di tahun 1984 dua album Indra Lesmana yaitu “Nebula” dan “For Earth and Heaven” dirilis oleh label Zebra/MCA Records.Sederet pemusik kualifiaid dunia mengiringi penampilan Indra Lesmana di album itu seperti Charlie Haden,Vinnie Colaiuta,Michael Landau.Airto Moreira,Jimmy Haslip,Joel Peskin,Tootie Heath,Bobby Shew dan banyak lagi.

Trio yang merupakan gabungan inisial nama belakang ketiga pemusiknya ini Lesmana,Likumahuwa dan Winarta ini terbentuk pada tanggal 21 April 2010.”Saat itu saya punya gagasan untuk melakukan semacam jam session atau workshop berkala yang dilakukan di kantor saya di Bintaro.Ternyata animonya banyak.Mereka sangat antusias terutama dari kalangan pemusik muda.Beberapa pemusik senior pun hadir seperti Donny Suhendra maupun Oele Pattiselano dan Benny Mustafa.Om Benny itu kan drummer ayah saya dulu” cerita Indra Lesmana yang saya temui di Inline Studio 6 Mei lalu bersama Barry Likumahuwa dan Sandy Winarta.

Dari acara jam session yang rutin digelar setiap jumat malan itu,selalu hadir nama nama jazzer muda seperti Nikita Dompas,Sandy Winarta,Indra Dauna,Indra Aziz,Barry Likumahuwa,Donny Sunjoyo,Irsa Destiwi dan masih sedetet panjang lainnya.

“Disaat yang bersamaan,saya punya rencana untuk menghidupkan kembali kelompok Reborn,sebuah konsep jazz yang selalu updating dengan gaya musik terbaru  yang pernah saya bikin pada awal tahun 2000an dulu.Di tengah jalan,rencana membangun Reborn kembali saya alihkan menjadi trio LLW ini.Saya memilih Barry Likumahuwa dan Sandy Winarta karena mlihat kemampuan mereka bermain yang sangat intens.Barry misalnya,karakter funknya itu kuat tapi dia juga bisa main standart dengan bagus.Demikian juga Sandy yang all round” imbuh Indra lagi.

Selain tampil di ajang Java Jazz International Festival di Jakarta  5 Maret2011 ,trio LLW ini pun tampil bersama Scott Henderson Trio di acara “Jazz Up ,Re-Load” pada 19 Maret 2011 di Singapore.

Sebetulnya pada saat tampil di kedua event jazz itu,LLW telah merencanakan akan merilis debut album mereka bertajuk “Love Life Wisdom”.”Rilis album tertunda karena menjelang acara Java Jazz saya masuk rumah sakit karena terkena demam berdarah” tutur Indra Lesmana.

Untuk album yang dirilis secara fisik akan berisikan sebanyak 9 lagu yaitu “Love Life Wisdom”,”Strecht N Pause”,”Friday Call”,”Back Into Sumthin”,”Morning Spirit”,”Smooth Over The Rough” dan versi panjang dari “Love Life Wisdom”  serta “Blue In Green “ sebuah ballad dari album Miles Davis “Kind Of Blue” (1959) dan “Giant Steps” karya fenomenal John Coltrane dari album “Giant Steps” (1960).”Kedua lagu ini memang berasal dari dua album fenomenal jazz milik Miles Davis dan John Coltrane” papar Indra Lesmana.

“Sayangnya Blue In Green dan Giant Steps tidak bisa kami masukkan dalam iTunes karena tidak mendapat izin dari publishing musicnya.Tapi untuk versi album fisik,kedua lagu itu akan kami ikutkan” tambah Indra lagi.

Saat menyimak album Love Life Wisdom ini,saya merasakan sebuah gagasan untuk menggabungkan jazz dengan aura musik sekarang.Sebuah hibrida musik yang sesungguhnya pernah digagas Indra pada album Reborn di tahun 2000 yang membaurkan jazz dengan,funk hingga hiphop.Sekedar mengingatkan bahwa di tahun 1983 pianis jazz Herbie Hancock pernah berkolaborasi dengan seorang discjockey bernama D.S.T menghasilkan lagu “Rock It”.Bahkan maestro Miles Davis sebelum meninggal pada tahun 1991,sempat merekam album bernuansa hip hop bertajuk “Doo Bop” bersama produser Easy Mo Bee dan dirilis pada tahun 1992.

Album hibrida jazz semacam ini kemudian kian berkembang dengan munculnya trio seperti Medeski,Martin and Wood  yang menyusupkan serta membaurkan begitu banyak kecenderungan  musik seperti jazz funk,post bop ,hingga jambands dalam nampan yang bernama jazz.

Pada lagu “Strecth N Pause”,Indra memempelaikan piano jazz dengan aura hiphop yang menyegarkan dengan hadirnya DJ Cream lewat imbuhan scratch vinyl-nya,rapper Kyriz Boogiemen dan Indra Aziz  menghadirkan efek beatbox yang perkusif.

“Saya tertarik mengajak DJ Cream dan Kuriz Boogiemen saat tampil bersama dalam acara Urban Jazz Crossover.Saya melihat antusias penonton yang menyaksikan acara Urban Jazz Crossover.Inilah yang menggelitik saya untuk menulis lagu Strecht N Pause” ungkap Indra Lesmana.

Bahkan dalam tuturan rap yang dilakukan Kyriz Boogiemen isinya mengenai sejarah jazz di Indonesia.”Saya bilang ke Kyriz bahwa saya ingin mengangkat tema tentang sejarah jazz Indonesia.Lalu saya ceritakan semuanya,dan Kyriz kemudian menulis rappingnya dengan bagus” tukas Indra Lesmana.Ini sebagian celoteh Kyriz dalam lagu “Strecht N Pause” :

I stretch n pause….
To guide the lost….
This time, it’s LLW
Still wit Kyriz up in here to entertain you

Yes, brothas n sistas
Here they are, Indonesia’s finest..Starting with Didi Patirani,Jack Lesmana and the Indonesian All-Stars wit Bubi Chen, Yopi Chen, Maryono, Benny Mustafa,Nick Mamahit.Bill Saragih,Mus Mualim,Edi Karamoy And the Jazz Riders: Didi Tjia, Patisellano Brothers, Trisno,Benny Likumahuwa,Embong Rahardjo,Abdullah Suweileh,And to many other souls
Who has contributed their life, to Indonesia’s Jazz…..

Salah satu best cut album ini sudah pasti adalah “Love Life Wisdom” yang dibawakan dengan paripurna oleh vokalis Dira J Sugandi dengan interpretasi aura soul R&B yang mumpuni.

Barry  Likumahuwa mengimbuhkan pola bass yang cenderung lebih funk,sedang Indra Lesmana menghasilkan bunyi-bunyian kosmik lewat miniMoog yang dikendalikan oleh suara Indra melalui perangkat talkbox yang unik berdampingan dengan sound vintage piano elektrik Fender Rhodes Stage 73 yang legendaris itu.

Dalam waktu dekat.menurut Indra Lesmana,album debut LLW “Love Life Wisdom” ini akan segera dirilis dalam bentuk cd dan vinyl.”Saya memang menginginkan album ini juga hadir dalam bentuk vinyl.Apalagi belakangan ini bersamaan dengan derasnya kecenderungan orang mendownload lagu secara digital, kegilaan terhadap vinyl pun mulai terlihat.Saya mulai melihat anak muda yang mulai beli vinyl.dan beberapa toka musik mulai terlihat menjual vinyl juga “ imbuh Indra Lesmana lagi.

Denny Sakrie