Tadi pagi saat Jakarta diterpa kemacetan dengan sengatan mentari yang merebak ,sayup-sayup suara lirih Chrisye menyeruak dari beberapa radio swasta.Mulai lagu dari era paruh 70an hingga awal 90an, bagaikan sebuah retropeksi perjalanan panjang musik Chrisye.Ternyata hari ini 16 September adalah hari kelahiran Chrisye, pemusik dan penyanyi populer Indonesia yang telah merengkuh hampir tiga dekade khazanah musik Indonesia.Jika masih hidup,lelaki bernama Christian Rahadi yang dilahirkan 16 September 1949, hari ini berusia 65 tahun.Dan saya yakin jika Chrisye masih hidup, dia masih tetap eksis dalam gugus musik Indonesia.
Kedigdayaannya dalam musik memang tak usah diperdebatkan lagi.Metamorfosa musikal yang ditapaki Chrisye menghadirkan dan mengimbuh pelbagai warna dalam karya-karyanya.Saya kira,elemen-elemen basis itulah yang membuat sosok Chrisye tetap bertahan meski tren telah silih berganti,generasi pun telah berganti estafet. Rasanya,memang jarang para pemusik yang mampu bertahan dalam perubahan iklim bermusik bak pancaroba di Indonesia.Fleksibilitas dan kompromi dalam mengayun langkah musiknya merupakan kunci jawaban kenapa Chrisye bisa bertahan selama itu.
Jika kita tilik, jejak karya Chrisye dalam dunia musik berwarna-warni bak bianglala.Saat bersama Gipsy membawakan era classic rock.Lalu memainkan musik eksperimen east meet west bersama Guruh Gipsy.Selanjutnya mulai berkiprah dalam musik pop dalam berbagai bingkai sesuai tren zaman.
Kehidupan Chrisye hanya diisi oleh musik dan musik. Saya yakin,passion Chrisye terhadap musik menjulang tinggi dibanding ketertarikan-ketertarikan lainnya dalam meniti kehidupan.
Chrisye mulai bermain musik saat tergabung dalam band sekolahan di PSKD Jakarta.Saat itu,menurut penuturan Chrisye semasa hidup,Chrisye memainkan lagu-lagu The Beatles hingga The Rolling Stones.Ketika kemudian Rahadi ayah Chrisye bersama keluarga pindah ke Jalan Pegangsaan BaratNo.12 A Menteng Jakarta, ketertarikan Chrisye terhadap musik kian menjadi-jadi.Pasalnya, dari tetangganya yaitu keluarga Saidi Hasjim Nasution selalu terdengar musik yang riuh bergema.Ternyata putra putra Saidi Hasjim Nasution mulai dari Zulham,Gauri,Keenan,Oding dan Debby Nasution gemar bermain band bersama sahabat-sahabatnya.Salah satu sahabat mereka bernama Pontjo Sutowo putra pejabat Pertamina Ibnu Sutowo ikut bergabung sebagai pemain organ.Anak-anak Menteng tetangga Chrisye itu lalu membentuk band Sabda Nada.Pontjo Sutowo menyediakan fasilitas perangkat band yang mewah dan lengkap.
Antara rumah keluarga Nasution dan keluarga Rahadi dipisah oleh sebuah bangunan pavilliun yang dihuni keluarga Darmaatmadja.Salah satu putera Darmaatmaja,termasuk remaja yang terkena virus musik keluarga Nasution juga .Namanya Barin Darmaatmadja.Pada akhir era 70-an,Barin bermain gitar dan bergabung dalam kelompok Swara Maharddhika Band yang dibentuk Guruh SoekarnoPutera.
Chrisye yang pemalu hanya mengintip dari beranda .Suatu hari Gauri Nasution mengajak Chrisye untuk nongkrong,ngobrol dan memetik gitar akustik.Keduanya lalu melakukan semacam jamming membawakan lagu-lagu instrumental band The Ventures dan The Shadows yang lagi ngetop-ngetopnya pada aruh 60an. ”Saya masih ingat,saya dan Chrisye begiu bersemangat memainkan lagu berjudul ”Apache” walaupun hanya menggunakan gitar akustik.Tapi kami merasa seperti pemusik beneran aja” tutur Gauri Nasution pada saya suatu ketika.
Formasi Sabda Nada kemudian mulai mengalami perubahan.Edi Odek sang pemain bass jatuh sakit dan digantikan oleh Chrisye,sahabat karib Gauri yang tinggal di sebelah kiri rumah keluarga Nasution.Tak lama kemudian Sabda Nada berganti nama menjadi Gipsy.Sejak saat itulah Chrisye mulai kerasukan musik.
Gairah bermain band memang tengah berpusar dengan derasnya.Tumbangnya rezim Orde Lama membuat semangat bermain band pun kian menjadi-jadi bagaikan percikan air yang tumpah ruah kemana-mana.Bermain band,bagi sebahagian besar anak muda termasuk Chrisye seolah sebuah euphoria yang tertunda selama bertahun-tahun.Gipsy mulai menyanyikan The Beatles hingga The Rolling Stones tapi dengan gaya sendiri.”Kata orang band kita punya karakter sendiri” ungkap Chrisye ketika saya wawancara di tahun 1996.
”Saya menyanyikan I Can’t Get NoSatisfaction-nya The Rolling Stones.Saya pun berusaha memalsu suara Mick Jagger” cerita Chrisye dulu.
Memasuki era Orde Baru Gipsy kian berani menyanyikan lagu-lagu Barat yang dulu diharamkan oleh rezim Orde Lama. Gipsy yang didukung oleh Gauri Nasution (gitar),Chrisye (bas),Keenan Nasution (drum),Onan Soesilo (organ),Tammy Daudsyah (saxophone,flute) mulai memainkan berbagai repertoar asing.Umumnya bercorak blues,soul dan rock seperti Wilson Pickett,TheEquals,John Mayall & The Heartbreakers,Sam and Dave,Jimi Hendrix & The Experience,Blond,Jethro Tull,Chicago Transit Authority,The Moody Blues hingga King Crimson.
Walupun masih sebatas band cover version atau membawa karya artis musik mancanegara,namun Gipsy punya kiat dan pendirian yang lain.”Mereka sengaja membawakan lagu lagu yang justeru tak dikenal orang.Bahkan lagu lagu yang dibawakan Gipsy biasanya diarransemen ulang.Jadi tidak sama dengan versi aslinya.Gipsy dalam hal ini menempatkan interpretasi sebagai bagian integral dari kreativitas.
Dalam hal ini Gipsy memang telah memperhitungkan yang namanya sisi kreativitas.Semuanya diolah lagi.Tak hanya dimainkan mentah-mentah.Kelak,filosofi bermusik seperti itulah yang menjadi modal utama Chrisye dalam meniti karir pada industri musik Indonesia.Chrisye adalah penyanyi yang selalu tepat dalam menafsirkan lagu dari siapa saja. Sudah banyak komposer yang menyodorkan berbagai perangai lagu untuk Chrisye, mulai dari Guruh Soekarno Putra, Eros Djarot, Oddie Agam, Rinto Harahap, Dian Pramana Poetra, Adjie Soetama, Younky Soewarno, Andi Mapajalos, Bebi Romeo, Ahmad Dhani, Pongky Jikustik,Naif,Tohpati ,Aryono Huboyo Djati,Bagoes AA dan sederet panjang lainnya. Ketika lagu-lagu ciptaan mereka dinyanyikan Chrisye, atmosfernya lalu berubah menjadi atmosfer Chrisye.
Itu pun terjadi ketika Chrisye dalam album Dekade (2002) membawakan lagu dangdut karya A. Rafiq berjudul Pengalaman Pertama hingga Kisah Kasih di Sekolah dari Obbie Messakh, semuanya meleleh menjadi karakter Chrisye.Suara Chrisye pada akhirnya menjadi sesuatu yang signatural.
Kemampuan menginterpretasikan karya adalah salah satu titik kekuatan Chrisye, di samping timbre vokal yang khas.. Konon, semasa bergabung di Gipsy antara 1969 dan 1973,Chrisye paling sering membawakan repertoar grup brass rock Chicago dan pemusik blues kulit putih John Mayall. Karakter vokalis Peter Cetera dan John Mayall yang mengandalkan napas panjang dalam mendaki lengkingan vokal yang tinggi tampaknya membentuk karakter vokal khas Chrisye yang dikenal banyak orang hingga akhir hayatnya.
Chrisye banyak meninggalkan jejak karya juga teladan bagi para penghibur dalam dunia musik.
Selamat ulang tahun Chrisye.Musikmu masih terus kita kenang.