Arsip untuk April, 2013

Beberapa waktu lalu terbetik kabar dari basement Blok M Square,tempat dimana bercokol beberapa kios yang menjajakan kaset,cd dan vinyl second bahwa seorang kolektor fanatik God Bless telah memberi sebuah piringan hitam pressing Singapore dari God Bless bertajuk “Semut Hitam” (1987).Konon sang kolektor rela merogoh kocek senilai Rp 4 juta untuk sebuah vinyl God Bless dalam bentuk promo album.Wah,luar biasa.

Saya tertarik untuk menelusuri asal usul bagaimana sampai album Semut Hitam God Bless bisa dirilis di Singapore atau Malaysia ?.Seingat saya,saat album Semut Hitam dirilis pada tahun 1988 oleh Logiss Record milik promotor rock Indonesia Log Zhelebour, sama sekali tak disertai dengan pencetakan piringan hitam yang biasanya dibagikan secara gratis ke radio-radio swasta yang tersebar di seluruh Indonesia.

Lalu saya mencoba menghubungi Log Zhelebour,sang pemilik master rekaman Semut Hitam dari God Bless itu.Awalnya saya memasang foto tentang piringan hitam Semut Hitam itu di twitter yang sengaja saya mention ke akun twitter milik Log Zhelebour.Secepat kilat,Log yang menggunakan akun @LogZhelebour merespon dengan twitnya : Produk Bajakan.

Keesokan harinya saya bertemu dengan Log Zhelebour di Rolling Stone Cafe yang berada di kawasan Ampera Raya.Dengan panjang lebar Log Zhelebour yang meletup-letup saat berbicara itu bertutur tentang album Semut Hitam yang dirilis oleh Life Record.

“Itu jelas produk bajakan,karena secara resmi Life Record tidak pernah meminta izin untuk merilis ulang album God Bless itu” ungkap Log Zhelebour geram.

“Lalu dari mana mereka bisa memperoleh materi rekaman Semut Hitam itu ? ” sergah saya.

“Gini,dulu memang ada rekan saya sesama orang label yang saat itu berdomisili di Singapore memohon izin untuk merilis ulang album Semut Hitam di Singapore dan Malaysia.Tapi tak pernah ada kabar bahwa album itu jadi dijual ke siapa .Lalu saya pikir,ah mungkin dia tidak berhasil menjual izin album God Bless itu ke label di Singapore.Sejak itu saya memang tidak pernah kontak dia lagi” tutur Log Zhelebour secara mendetil.

Dengan demikian, ternyata telah terjadi praktek pembajakan atas produk rekaman Indonesia.

“Saya baru tahu kalo Semut Hitam akhirnya diambil oleh Life Record” imbuh Log Zhelebouyr lagi.

Chairil Anwar

Chairil Anwar

64 tahun silam, tepatnya pada tanggal 28 April 1949 Chairil Anwar salah satu penyair besar Indonesia menghembuskan nafas terakhir.Kita kehilangan salah satu seniman yang memiliki komitmen kuat dalam dunia seni terutama seni sastra.Tapi bagi saya sendiri sosok Chairil Anwar adalah sosok seorang rock star yang mbalelo,lugas,tegas,tak mau diatur serta keras dalam pendirian.Potret diri seorang Chairil Anwar yang tengah menatap ke depan dengan mencangklong sebatang rokok tersirat bagai seorang ksatria rock yang membeberkan isi hati lewat barisan kata-kata puisinya yang menghujam dan berdentam keras.

Jangan salah kan saya jika sekitar 20 tahun lalu saya terusik untuk sekedar membanding-bandingkan sepak terjang Chairil Anwar dengan sosok Jim Morrison seniman rock Amerika yang sekujur tuburnya berlumurkan puisi.Morrison tak sekedar penyanyi rock yang berteriak dan bergerak dinamis di panggung tapi dia membubuhkan lirik-lirik lagu yang berkadar puisi.Saya menyadari bahwa banyak kalangan yang murka jika Jim Morrison yang meninggal saat berusia 27 tahun itu masuk dalam kasta penyair.Tapi biarlah,toh banyak anak muda yang menikmati genangan lirik Morrison yang memang bermotif sajak-sajak itu.

Dan secara kebetulan Chairil Anwar yang saya anggap sdebagai potret seorang rocker ini pun meninggal dunia dalam usia 27 tahun.Bagi saya Chairil Anwar bolehlah dideretkan sebagai bagian dari Club 27, sebuah keisengan yang meleretkan banyak tokoh tokoh sohor music rock yang usianya berhenti saat menginjak usia yang ke 27.Meninggal dalam usia 27 dalam gugus musik rock memang sebuah kebetulan belaka.Tapi toh ada juga yang mengimani dan mengamini bahwa yang rocker yang wafat di usia 27 itu adalah sebuah pemberontakan terhadap kodrat bahwa sesungguhnya mati muda bukanlah sebuah kenistaan,karena mati muda ada;lah sikap menolak tua.Karena premis tua itu adalah sebuah kemapanan yang kerap bermuara ke mazhab kompromi,menguapnya idealism dan menurunnya dinamika.Pendapat pendapat semacam itu toh sah sah aja.

Anak muda era millennium memang mungkin kurang akrab dengan tekstur seni Chairil Anwar walaupun nama Chairil Anwar toh ada dalam mata pelajaran seni dan budaya di sekolah .Chairil Anwar apa boleh buat kalah popular dengan para penulis chicklit atau jutawan muda yang meraih sukses dari eksplorasi blog menjadi buku best seller hingga ke tayangan layar kaca maupun layar lebar.Tapi untunglah film romansa anak muda bertajuk Ada Apa Dengan Cinta yang disutradarai Rudi Soedjarwo pada awal era 2000an menyelipkan tokoh anak muda bernama Rangga yang diperankan actor Nicolas Saputra yang dalam kelebat adegannya diperlihatkan terkagum kagum dengan kepenyairan Chairil Anwar.Memang agak aneh,seorang anak muda yang dikesankan hidup dalam situasi urban justeru kembali menggenggam dan membolak balik halaman buku karya Chairil Anwar. Namun ternyata hal ini toh bisa kita pahami bahwa dalam periode semacam ini (baca: masa remaja)   secara psikologi mereka ingin terlihat berbeda dengan rekan-rekan sebayanya.Eksklusivitas dalam sudut pandang mereka adalah sesuatu yang keren dan sexy.Jadi tak heran jika di usia ini yang namanya hipster bak jamur di musim hujan.Tapi itu adalah sebuah proses pencarian jatidiri yang wajar.

Beberapa tahun silam saya pun sempat kaget dengan anak-anak muda yang banyak mengenakan kacamata ala Buddy Holly,mengapresiasi the Beatles hingga The Beach Boys,mendiskusikan garage music,powerpop hingga sunshine pop termasuk memuja-muja beberapa pemusik yang masuk dalam Club 27 seperti Brian Jones,Jimi Hendrix,Janis Joplin termasuk anggota yang masih baru yaitu Amy Winehouse.

Saya melihat mulai banyak blog-blog yang bertutur tentang Club 27, mulai dari yang sekedar copy paste terhadap berbagai artikel yang bertebaran di internet maupun yang mereka telaah berdasar asumsi mereka sendiri.Saat itu beberapa dari mereka banyak yang mengajukan pertanyaan ke saya :”Ada gak sih pemusik Indonesia yang meninggal dunia di usia 27 tahun ?”. Wow, ini pertanyaan bagus yang memicu saya untuk mengotak atik data base perihal catatan sejarah musik (pop) Indonesia. Penelusuran saya tak membuahkan hasil.Saya sempat menduga Fuad Hassan drummer pertama grup rock God Bless yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 1974 meninggal di usia 27 tahun.Ternyata tidak,Fuad justeru meninggal dalam usia 32 tahun.Fuad Hasan lahir 24 Agustus 1942 dan berpulang 9 Agustus 1974.

Hingga akhirnya saya menemukan kisah kehidupan penyair Chairil Anwar yang ternyata berpulang kerahmatullah dalam usia 27 tahun.

Dari rujukan karya-karya Chairil Anwar yang saya telaah, jelas terlihat bahwa Chairil Anwar adalah sosok pemberontak sebagaimana yang kerap menjadi simbolisasi para rocker.Chairil Anwar yang begitu popular dengan karyanya yang bertajuk “Aku” akhirnya dijuluki sebagai Si Binatang Jalang

Aku adalah binatang jalang

Dari kumpulan yang terbuang .

Kredo mazhab rock and roll jelas tercium dari penggalan sajaknya diatas ini.Tema tema yang digurat Chairil Anwar memang sangat dekat dengan tema-tema yang kerap diangkat para seniman rock seperti premis pemberontakan, kematian, individualisme, hingga yang berjubah  eksistensialisme.Bahkan banyak meninggalkan multi tafsir bernuansa misteri.Bukankah ini tema-tema yang digemari para ksatria musik rock ?.Paus sastra Indonesia HB Jassin pun menyematkan julukan pelopor puisi modern Indonesia pada sosok Chairil Anwar.

Di usia 20 tahun sosok Chairil Anwar mulai merebak.Dia mulai dikenal orang ketika tulisannya di muat di majalah Nisan pada tahun 1942.Nyaris seluruh karya puisinya merujuk pada premis kematian.

Pada  saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka , ternyata  banyak karya Chairil Anwar yang ditolak karena dianggap terlalu menyiratkan  individualistis.

Walaupun karya-karyanya mencuatkan ketegaran dan vitalitas tapi tubuh Chairil Anwar rapuh.Banyak penyakit bersarang ditubuhnya termasuk TBC.Akhirnya Chairil Anwar menyerah.Dia menghembuskan nafas terakhir di Jakarta pada tanggal 28 April, sekitar 3 bulan sebelum ulang tahunnya yang ke 27.

A.Teeuw,seorang kritikus sastra asal Belanda  dalam buku “Sastra Baru Indonesia” (1980) menyitir bahwa : “Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus“.

Chairil  Anwar memang telah memprediksi kematiannya :

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku