Rock tak lagi sesuatu yang gahar.Bukan lagi sesuatu yang sangar.Setidaknya itulah yang termaktub selama 3 hari perhelatan Java Rockin’ Land yang digagas Java Festival Production di Pantai Carnival sejak jumat 22 Juli 2011 hingga berakhir minggu 24 Juli 2011.Ini untuk yang ketiga kalinya sebuah festival rock digelar atas gagasan Peter F.Gontha,sosok yang sebelumnya telah sukses membidani ajang bergengsi Java Jazz Festival.
Di tahun ketiga penyelenggaraan JRL yang disponsori rokok Gudang Garam ini,terlihat bahwa event ini telah memperlihatkan sebuah bentuk yang jelas.Sebuah pencapaian yang boleh dianggap bagus.Karena dengan kurun waktu yang relatif singkat,konser rock selama 3 hari ini telah mengumpulkan massa yang terlihat addict.Diversivikasi genre dan subgenre mulai terlihat dengan munculnya beberapa grup rock yang menjadi representatif subgenre tertentu.Ini menarik,mengingat rock yang mulai berkecambah sejak era padamnya Perang Dunia ke 2 di Amerika Serikat dan Inggeris ini memiliki banyak percabangan genre dari pelbagai eksperimentasi hibrida musik.Maka sangat naif jika masih ada penonton yang dengan nyinyir menyindir :”Ah….band ini gak ngerock kok tampil di Java Rockin’ Land”.Karena jika ditarik secara roots dan historikal maka asal muasalnya ya tetap sama dari rintihan kidung blues yang dieksploitasikan kaum budak belian yang berimigrasi dari benua Afrika ke benua pengharapan Amerika Serikat.
Dari awal munculnya Java Rockin’ Land di tahun 2009,saya melihat bahwa ajang three days of rock ini sepertinya memang terinspirasi dengan ajang “Summer Sonic Festival”,sebuah ajang festival rock yang berlangsung di Jepang tepatnya di Osaka dan Chiba sejak tahun 2000 dengan memanggungkan sederet band-band rock dan modern rock atau yang kerap pula disebut alternatif.
Penonton yang datang ke Java Rockin’ Land pun memang tak sehitam dan seekstrm ibeberapa konser rock atau metal pada galibnya.Ada warna warni yang cerah disana.Gadis gadis berbusana kasual terlihat santai melenggang dari pentas ke pentas di areal Pantai Carnival Ancol .Dan tak semuanya adalah fanatikus rock.Arena JRL ini tak dapat disangkal menjadi ajang hang out.Tapi hal ini toh bukan semua fakta yang mesti diperdebatkan sah atau tidaknya sebuah perhelatan rock.Abaikanlah jika ada seoarang anak muda berdandan punk bertanya “Lho kok Sheila On 7 manggung di JRL ?”.
Namun toh beberapa kelompok rock “garis keras” seperti Burgerkill,juga tampil di Java Rockin’ Land.Termasuk tentunya band legendaris metal yang inspiratif seperti Helloween atau Loudness.
Line up band Indonesia sendiri termasuk membanggakan karena jika diurut secara seksama,maka event Java Rockinland kali ini terlihat seperti sebuah parade musik rock Indonesia secara historik.Lihat betapa bergairahnya God Bless manggung pada hari sabtu 23 Juli 2011 dengan repertoar yang jarang dibawakan di panggung rock seperti “Cermin” yang diambil dari album “Cermin” (1980).”Lagu itu terakhir kami bawakan tahun 1983″ ungkap gitaris God Bless Ian Antono.Ada juga band band yang generasinya berada dibawah God Bless seperti EdanE,Power Metal dan PowerSlaves.Juga band band yang selama ini hanya manggung diskena indie seperti Alien Sick,Tengkorak,Gunver,Fabel,Float,Seringai,Tor,Raksasa,Jasad,Ballerina,Parau,Konspirasi dan nasih sederet banyak lagi.
Mereka semuanya bersanding dengan band-band mancanegara seperti 30 Second To Mars,Frente,The Cranberries,Happy Monday,Loudness,Helloween,Neon Trees,Blood Red Shoes dan entah apa lagi.
Jelas penonton penyuka rock seperti menemukan oase berharga yang tak ternilai dengan parade rock yang disuguhkan grup-grup rock lintas generasi.Sebuah perhelatan rock yang rasanya tetap ditunggu-tunggu penikmatnya,disetiap tahun.Rock on………
(Foto : Nelwin/Akbar/Viva News/DS
)