Tentang Penulisan Lirik Lagu

Posted: Agustus 8, 2011 in Wawasan

Seperti halnya pola penulisan syair atau puisi, pola penulisan lirik lagu juga dikenal sebagai rhyme atau rima.

Apakah rima itu? Rima adalah pengulangan bunyi kata yang ujungnya sama. Misalnya kata “tuntut” dan “runtut” atau “lama” dan “gema”. Menurut catatan sejarah, penggunaan rima ini sudah berlangsung sejak abad ke 10 sebelum Masehi di China dengan nama Si Jhing yang berarti Buku Nyanyian.

Sedangkan dalam peradaban Yunani kuno, rima dikenal sebagai The Wasp yang disusun oleh Aristiphanes. Rima juga dikenal dalam semua jenis bahasa yang ada di jagad ini. Bahkan, kitab Injil dan Al Qur’an pun menggunakan pola rima.

Lalu seberapa pentingkah elemen rima dalam pola penulisan lirik dalam lagu-lagu yang bersentuhan dengan industri musik? Mengingat, tidak sedikit yang melecehkan eksistensi pola rima, akhirnya banyak yang beranggapan bahwa pola rima itu adalah bagian kesekian dalam proses penulisan lirik lagu.  Dibandingkan keparipurnaan sebuah pola rima, tematik atau pesan justru yang dianggap paling penting.

Tapi tunggu dulu, dalam industri musik yang maju pesat seperti Amerika Serikat, pola rima dalam lirik lagu tetap merupakan sesuatu yang vital dalam proses penulisan tema lirik lagu. Setidaknya, itulah yang diungkapkan oleh berbagai ahli bahasa di Amerika yang banyak menerbitkan buku-buku khusus perihal penulisan pola rima yang baik dan terarah. Salah satunya adalah buku karya Pat Pattison bertajuk “Songwriting, The Essential Guide To Rhyming A Step By Step to Better Rhyming and Lyrics” yang diterbitkan Berklee Press Boston pada tahun 1991.

Pat Pattison dibukunya menulis, lagu diciptakan bukan untuk dilhat tapi didengarkan. Karena orang pada galibnya

Buku tentang menulis lagu karya Pat Patison

mendengarkan alunan lagu, maka seyogyangnya dipelajari penulisan lirik untuk telinga yang melihat. Menurutnya persoalan pokok dalam penulisan rima adalah begitu banyaknya kendala untuk menghasilkan sebuah lirik yang rima secara natural dan konstektual, bukan yang mengada-ada. Pattinson, memberi contoh bahwa banyak penulis lagu yang agak frustrasi menghadapi problematika penulisan lirik yang rima sehingga kemudian memilih untuk tidak menghiraukan pentingnya pola rima tersebut. Pattinson dengan lugas mengatakan bahwa rima itu adalah keterkaitan anatara bunyi silabels, bukan kata kata: ”Rhyme is  connection between the sounds of syllables, not words”.

Di bagian utama bukunya itu, Pat Pattison menyebut ada beberapa rima.  Mulai dari Perfect Rhyme, Mosaic Rhyme, Masculine Rhyme dan Feminine Rhyme.

Contoh dari Masculine Rhyme adalah

Command

Land

Understand

Expand

Lalu Feminine Rhyme contohnya adalah

Commanding

Landing

Understanding

Expanding

Mari kita lihat contoh sebuah lagu pop yang rima seperti lagu “Lady Madonna” The Beatles yang ditulis oleh John Lennon dan Paul McCartney :

Lady Madonna , children at your feet
Wonder how you manage to make ends meet
Who finds the money when you pay the rent?
Did you think that money was heaven sent?

Tapi beberapa band sekarang seperti Radiohead malah tidak ambil perduli mengenai masalah rima dalam pola penulisan liriknya.

Simak petikan lagu Lotus Flower berikut ini :

 

I will sneak myself into your pocket
Invisible, do what you want, do what you want
I will sink and I will disappear
I will slip into the groove and cut me up and cut me up

Akhirnya memang menjadi pilihan, apakah seorang penulis lirik tetap takzim untuk menggunakan rhyming atau tidak ?

Tapi yang jelas di mancanegara buku kamus rima atau Rhyme Dictioanry banyak ditulis dan sebagian penulis lirik masih menganggapnya sebagai guidance yang tepat.

Lalu bagaimanakah kondisi penulis lirik di Indonesia  sendiri ?

Tinggalkan komentar