Siapkah Menjadi Pemusik Kamar ?

Posted: April 15, 2011 in Uncategorized

Pergeseran zaman berakselarasi sedemikian cepat. Kita terpacu dan terpicu untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi, yang juga ikut menyusup dalam kredo bermusik. Kini, siapa saja bisa terjun dalam industri musik. Tak perlu lagi mengumpulkan modal besar atau mendekati investor untuk mewujudkan sebuah studio rekaman sebagamana lazimnya studio rekaman konvensional yang proses pembangunannya butuh biaya teramat besar.

Sekarang ini hanya mendekam di kamar pribadi kita bisa meracik musik secara utuh dan komplit. Bayangkan, dengan ukuran ruangan yang relative kecil kita bisa memaksimalkan segalanya. Perangkat musik pun tak lagi harus komplit. Tak perlu ada drum kit, set perkusi, keyboard yang berjejal-jejalan atau sekumpulan horn section. Pada galibnya, semuanya bias diredusir seminimalis mungkin, tapi kita justru bisa memperoleh output yang lebih maksimal . Jadi bisa dibayangkan betapa kita mampu melakukan sebuah efisiensi tapi tidak mengganggu kreativitas dan proses berkarya dalam industri musik.

Pertanyaannya siapkah kalian untuk menjadi pemusik rumahan atau bedroom musician ?

Kini semuanya bergantung pada diri kalian masing-masing. Pakem D.I.Y atau Do It Yourself yang menjadi filosofi para pemusik independen mau tak mau harus dicanangkan. Kita bisa melakukan segalanya dalam atmosfer multi-tasking. Mulai dari menulis lagu, menata arransemen, menjadi instrumentalis, sound engineer, hingga produser sekaligus. Filosofi kerja one man band ini mungkin dulu hanya menjadi bagian kerja dari pemusik pemusik legendaris yang melakukan kerja ala multi tasking dan multiinstrumentalis seperti Mike Oldfield, Stevie Wonder, Howard Jones, Prince, Kitaro hingga Fariz RM misalnya. Tapi kini kita pun bisa melakukan hal serupa. Jelas hal ini dimungkinkan dengan pesatnya perkembangan teknologi.

Lantas apa langkah pertama yang harus kita siapkan dan lakukan? Komputer. Ya sebuah komputer yang dilengkapi sound card tentunya. Benda inilah yang akan mengakomodir semua keinginan kita sebagai seorang bedroom musicians yang berkutat dalam sebuah home recording.

Peran sebagai penata suara pun mulai bergerak. Melalui tool-tool virtual dimulailah beberapa manipulasi audio-signal. Ini adalah langkah awal yang luar biasa menghemat budgeting produksi karena kita tak lagi membutuhakn berbagai hardware yang asli.

Ritual recording secara bersahaja ini pun bisa dimulai tanpa harus pula menghadirkan instrumen asli semisal drum, biola, harmonica, akordeon, perangkat perkusik, harpa, trumpet, saxophone dan banyak lagi lainnya. Aplikasi virtual pun memegang peranan penting disini. Untuk menghasilkan bunyi drum yang paripurna, tak perlu lagi kita menggunakan drum berkualitas tinggi yang tentu harganya selangit. Dengan aplikasi virtual soundnya mampu mendekati secara natural. Pun tanpa didukung mikrofon yang berpresisi tinggi.

Hal mutlak dan penting untuk sebuah proses kerja home recording adalah penyediaan fasilitas software yang dipergunakan untuk Digital Audio Workstation (DAW). Biasanya akan dipakai softaware yang lazim dipergunakan dalam beberapa home recording seperti Cubase, software keluaran Steinberg Jerman, yang juga mengeluarkan software sejenis yaitu Nuendo, yang juga kerap dipakai dalam proses penggarapan musik tapi dengan tujuan yang agak beda. Disamping Cubase juga tersedia  software lain seperti FLStudio (Fruity Loops Studio), software ini sangat sering digunakan oleh orang-orang yang memproduksi musik MIDI, lantaran  software ini pun termasuk sequencer. Yang lainnya yaitu Live, sebuah software produksi dari Ableton. Juga ada Adobe Audition yang dulu dikenal dengan nama Cool Edit. Menurut Andy Ayunir dan Indra Q (pemusik dan sound engineer yang paham seluk beluk recording), untuk keperluan mastering kita cukup menggunakan sebuah software produksi  Steinberg juga dengan nama  Steinberg WaveLab. Masih terdapat berbagai pilihan software-software lainnya yang tentunya disesuaikan dengan selera dan kebutuhan.

Ini adalah gambaran singkat dan sederhana tentang proses dan perilaku yang bakal ditemui dalam proses pembuatan musik  dalam sebuah home recording. Setidaknya ada gambaran yang factual dan nyata bagi para pembuat yang ingin menyelami industri musik secara rumahan.

Untuk ke tahap yang lebih advance, terutama jika kalian sudah berada dalam tahap professional dan masuk ke jalur komersial, maka pakem-pakem bersahaja yang saya paparkan diatas seyogyanya akan mengalami perubahan yang sangat signikan tentunya. Misalnya kalian diharuskan mempunyai Converter berupa soundcard audio Interface. Kegunaan Converter ini mencakup untuk menghasilkan optimalisasi suara dari sebuah aktivitas digital recording. Converter memiliki bit rate yang lebih tinggi dan untuk menyiasati munculnya delay atau latency yang kerap mengganggu proses rekaman.

Untuk menghasilkan sebuah hasil rekaman yang memadai memang tak sekedar simsalabim belaka. Kutak-kutik dalam proses eksperimentasi yang intens pun harus dilakukan. Tulisan ini memang belum sampai pada deskripsi yang lebih detil tapi sekedar ingin membuka wawasan kepada siapa saja yang memiliki passionate terhadap musik, bahwa menghasilkan sebuah produksi musik sekarang toh bisa dilakukan dengan kondisi minimalis.

So, siapkah kalian menjadi bedroom musicians? Pertanyaan ini semestinya dijawab dengan melakukan sesuatu. Ayo tunggu apalagi ? Make your own music seriously!

Komentar
  1. manggaraputra berkata:

    Inspirasi 🙂

  2. Wahyufuck berkata:

    Mantap kali Bosss . . . .

Tinggalkan komentar