School Of Rock : Perguruan Cikini

Posted: November 22, 2013 in Kisah, Sejarah

Ada dua hal yang membuat saya seketika jadi teringat dengan Sekolah Yayasan Perguruan Cikini atau lebih dikenal dengan sebutan Percik yang terletak di Jalan Cikini Raya,Menteng Jakarta Pusat.Pertama, saat saya lagi menyelesaikan buku bertajuk “Jejak Musik Anak Pegangsaan”, yang isinya menuturkan tentang perjalanan musik anak band yang nongkrong di Jalan Pegangsaan Barat Menteng Jakarta. Kedua, saat beberapa pecan lalu saya lagi menyelesaikan buklet tentang Slank dalam rangka peringatan 30 tahun Slank berkarir “Slank Nggak Ada Matinya” . Pada saat menulis dua naskah tersebut,saya menemukan benang merah yang sama yaitu baik Gang Pegangsaan maupun Gang Potlot,keduanya merupakan rumah mampir bagi anak-anak band di eranya.Jika Gang Pegangsaan yang terletak di Jalan Pegangsaan Barat 12 A adalah rumah keluarga Nasution yang menjadi rumah mampir anak-anak band era paruh 60an hingga paruh 80an.Maka Gang Potlot terletak di Jalan Potlot III No.14 Duren Tiga Jakarta Selatan adalah rumah keluarga Sidharta,orang tua Bimbim yang menjadi rumah mampir anak-anak band era 80an hingga sekarang ini.

Sebagian besar personil Gipsy bersekolah di Perguruan Cikini

Sebagian besar personil Gipsy bersekolah di Perguruan Cikini

Nah, dari penggarapan dua tulisan yang saya sebut diatas ternyata menyertakan sebuah sekolah yang pada zamannya sering disebut sekolah anak pejabat, karena ternyata murid-muridnya banyak berasal dari orang tua yang berada dalam jabatan tertentu dalam pemerintahan.Jika membolak balik lembaran sejarah,Yayasan Perguruan Cikini ini telah berdiri sejak tanggal 1 Agustus 1942 dengan nama Sekolah Rakyat Pertikelir Mayumi yang awalnya adalah sebuah tempat kursus bahasa Indonesia yang digagas oleh Pandu Suradiningrat. Pamor Yayasan Perguruan Cikini kian harum ketika ternyata  putra-putri Presiden Soekarno seperti Guntur Sukarno Putra,Megawati Sukarno Putri dan si bungsu Guruh Sukarno Putra bersekolah disitu. Termasuk pula anak-anak beberapa menteri RI saat itu juga bersekolah disitu.Singkatnya ,Sekolah Yayasan Perguruan Cikini yang terdiri atas Sekolah Rakyat yang kemudian berubah jadi Sekolah Dasar,SMP dan SMA itu menjadi semacam sekolah favorit.

 

Menariknya lagi, ternyata di Yayasan Perguruan Cikini ini secara tak sengaja menjadi tempat persemaian pemusik Indonesia.Saya sebut secara tidak sengaja, karena sekolah ini toh bukan sekolah musik, tetapi justuru di sekolah-sekolah yang berada dibawah naungan Yayasan Perguruan Cikini banyak menghasilkan pemusik-pemusik mumpuni dari era ke era.

Pada paruh dasawarsa  60an hingga akhir  dasawarsa 70an, Yayasan Perguruan Cikini dikenal sebagai salah satu sekolah favorit, ini disebabkan karena mulai dari anak-anak  Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto dan para pejabat tinggi maupun menteri serta pengusaha terkenal semua bersekolah di Yayasan Perguruan Cikini.
Tapi yang patut dicatat adalah bahwa di Sekolah Yayasan Percik ini semuanya bergaul tanpa membedakan status sosial,karena  bukan hanya anak-anak pejabat atau kalangan atas saja yang bersekolah disitu , misalnya ada juga anak penjual kembang di pasar Cikini yg kesohor bersekolah disana,Juga anak dari  penjaga sepeda yg kini menjadi dosen di Malaysia.

Achmad Albar murid SD Perguruan Cikini (Foto Koleksi Achmad Albar)

Achmad Albar murid SD Perguruan Cikini (Foto Koleksi Achmad Albar)


Perguruan Cikini juga merupakan tempat berkumpulnya para pemusik sohor mulai dari penyanyi rock turunan Arab Achmad Albar hingga  Nasution Bersaudara yang terdiri atas Zulham Nasution,Gauri Nasution,Keenan Nasution,Oding Nasution dan Debby Nasution.Di rumah keluarga Nasution,murid-murid Percik ini lalu berkumpul bermain musik.Pontjo Sutowo putra Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo lalu membeli seperangkat alat band mewah dan sengaja ditaruh di Jalan Pegangsaan Barat.Kejadian itu berlangsung pada paruh era 60an.Dengan alat-alat band yang disediakan Pontjo Sutowo, lalu terbentuklah Sabda Nada yang kemudian berubah nama menjadi Gipsy di tahun 1967.Nasrul Harahap atau yang kerap dipanggil Atut lalu diangkat menjadi vokalis Gipsy sepulangnya dari Belanda pada akhir era 60an.Atut yang ayahnya adalah Menteri Keuangan pada cabinet pemerintahan Soekarno ini sejak kelas 1 SD hingga kelas 3 SMP satu kelas dengan Rada Krisnan Nasution yang lebih dikenal dengan panggilan Keenan Nasution. 

Putra tertua pasangan Soekarno dan Fatmawati juga membentuk band.Guntur awalnya tergabung dalam band Aneka Nada bersama Samsudin Hardjakusumah yang kemudian membentuk Trio Bimbo di tahun 1967.Di awal era 60an Aneka Nada merilis album debut di Lokananta Solo.

Guntur yang memainkan drum serta gitar itu lalu diajak  gitaris dan penulis lagu soshor Jessy Wenas membentuk Kwartet Bintang dan menghasilkan rekaman di Remaco.

Guruh Soekarno Putera ,adik kandung Guntur malah membentuk band dengan nama The Flower Poetman bersama sahabat dekatnya seperti Wibowo Soemadji dan Tjalik R.British Invasion banyak mempengaruhi Guruh dan kawan-kawan dalam bermain band.Di tahun 1975 Guruh Sukarno Putra lalu mengajak sahabat-sahabatnya di Perguruan Cikini yang saat itu aktif ngeband dengan nama Gipsy untuk membuat proyek musik eksperimen dengan nama Guruh Gipsy.

Pemusik lain yang ada di Percik saat itu adalah Harry Sabar dan Doddy Sukasah, mereka berdua adalah adik kelas dari Keenan Nasution dan Atut Harahap serta Guruh Sukarno Putra.Lalu ada dua bersaudara Adi Ichsan dan Firman Ichsan yang membentuk band The Beagle dan kemudian juga membentuk The Lords bersama Tammy Daudsyah.Tammy akhirnya ikut bergabung dengan Gipsy sebagai peniup flute dan saxophone.Firman Ichsan sendiri lalu meninggalkan perangkat drum dan lebih tertarik mendalami dunia fotografi.

Di era 70an murid-murid Percik kian banyak yang memperlihatkan bakat musik,satu diantaranya adalah Prasetyo, putra dari Pak Kasur tokoh anak-anak serta penulis lagu anak-anak.Adapun murid-murid era 70an ini ternyata lebih tertarik menghasilkan karya musik opera.Mungkin karena saat itu lagi booming dengan karya-karya opera rock seperti Tommy dari The Who,Jesus Christ Superstars karya Andrew Lloyd Weber dan Tim Rice atau karya musikal Hair yang ditulis James Rado,Gerome ragni dan Galt McDermot atau karya-karya opera rock Harry Roesli seperti Sangkuriang dan Ken Arok.Murid-murid Percik ini lalu membentuk Operette Cikini yang kemudian menginterpretasikan karya-karya pewayangan menjadi operette seperti Ramayana hingga Mahabarata.

Salah satu murid SMA Percik yang ikut dilibatkan dalam penggarapan musik Operette Cikini ini adalah Eet Syahranie, putra seoarang Gubernur di Kalimantan yang menuntut ilmu di Perguruan Cikini.”Saat itu saya sudah tergabung dalam band sekolah namanya Cikini Rock Band” cerita Eet Syahranie yang sekarang dikenal sebagai gitaris EdanE.Eet Syahranie disegani di Percik karena berhasil terpilih sebagai gitaris terbaik dalam ajang Festival Band Antar SLTA Se Jakarta.
“Saat itu Cikini Rock Band mungkin satu-satunya band yang main rock,sementara hampir semua band tendensinya memainkan music jazz.Musik jazz saat itu memang lagi booming” ungkap Eet Syahranie yang kemudian direkrut menjadi gitaris Operette Cikini dengan memainkan karya Mahabarata.”Seingat saya Operette Cikini itu tampil playback,jadi kita rekaman dulu di Tala & Co Studio yang ada di Jalan Kesehatan.jadi kalo bisa dibilang, Operette Cikini adalah saat saya pertamakali merekam permainan gitar saya di studio rekaman” imbuhnya lagi.

Di era 80an ada Cikini Stones Complex yang kemudian berubah menjadi Slank

Di era 80an ada Cikini Stones Complex yang kemudian berubah menjadi Slank

Memasuki dekade 80an, musik rock tetap bergaung di Yayasan Perguruan Cikini  .Sekitar Desember 1983 terbentuklah band rock dengan kiblat musik The Rolling Stones yaitu Cikini Stones Complex yang disingkat CSC.Mereka adalah murid-murid SMA Percik yang terdiri atas  Bimo “Bimbim” Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bas), Uti (vokal) dan  Welly (vokal).Saat itu Cikini Stones Complex kerap kali main diberbagai pertunjukan dengan membawakan sejumlah repertoar lagu milik The Rolling Stones.Mereka tampil mulai dari Taman Ismail Marzuki (TIM) hingga di Balai Sidang Senayan Jakarta.Inilah band yang menjadi cikal bakal munculnya Slank, band yang kini memiliki komunitas terbesar di negara ini.

Di era 90an Yayasan Perguruan Cikini masih menghasilkan sederet pemusik-pemusik yang memiliki kiprah dan karya dalam khazanah musik Indonesia, mulai dari Sore, hingga Superglad.

Empat dari personil Sore semuanya sekolah di Perguruan Cikini jakarta Pusat

Empat dari personil Sore semuanya sekolah di Perguruan Cikini jakarta Pusat

Seperti halnya pertemanan antara Keenan Nasution dan Guruh Sukarno Putra di era 60an saat mengenyam pendidikan di Percik, maka di era 90an setidaknya hal itu juga terjadi pada keempat personil band Sore yaitu Ade Paloh,Ramondo Gascaro,Awan Garnida serta Echa. “Saat itu kami berempat menjadi sahabat karena suka musik.Oh iya kami adalah angkatan 1995 di Percik “ tutur Ade Paloh lagi.

Menurut Ade Paloh,murid murid Percik dianggap kuat pada sisi musik karena program musiknya didukung oleh para alumnus Yayasan Percik itu sendiri..”Yang saya ingat adalah prakarsa dari guru  musik kami saat itu Pak Hari Purwanto.Pak Hari ini juga yang mengajar musik ketika kami masih duduk dibangku SD “ ungkap Ade Paloh.Pak Hari Purwanto ini selain berperan sebagai guru musik, dia juga yang bertindak sebagai leader dalam Cikini Ensembles.
“ Pak Hari itulah yang membuat aransemen orchestra sekaligus memimpin orkestrasi pada album debut Sore di tahun 2005 Centralismo” papar Ade Paloh.

Meskipun bukan sekolah musik.tapi tanpa kesengajaan ternyata Yayasan Perguruan Cikini bisa menjaga benang merah peta musik yang terbentang begitu panjang dari era awal 60an hingga era saat sekarang ini.   

 

 

Tinggalkan komentar