Prambors Band Dalam Sekeping Cakram

Posted: Agustus 10, 2014 in Tinjau Album

Seolah terseret ke sebuah masa di akhir era 70-an.Setidaknya ada juga label Indonesia yang mencoba mene-rapkan kiprah yang dilakukan label seperti Rhino, yang tiada henti merilis dan me-remaster album-album back catalog. Prambors Band adalah band yang dibentuk Mochammad Noor Aroembinang, salah satu dedengkot Radio Prambors yang juga ikut membidani ajang kompetisi Lomba Cipta Lagu Remaja di tahun 1977. Terdiri atas gitaris Oding Nasution, drummer Yaya Moektio, bassis Sudibyo, kibordis Dondy SM serta Eben dan Sarah Hutauruk sebagai penyanyi. Ada sederet hits dari empat album Prambors Band yang dirangkum di sini, yaitu Jakarta Jakarta (1978), Sebentuk Keresahan (1979), 10 Pencipta Remaja (1979), serta Kemarau II (1986). Untuk album yang keempat, formasi Prambors Band berubah dengan masuknya bassis Suresh Ariesta, kibordis Kicky Marakarma dan vokalis Roedy Damhudy. Menariknya, di album ini, terutama yang diambil dari 10 Pencipta Remaja, terdapat hit seperti ”Sepercik Air” yang dipopulerkan almarhum Deddy Stanzah,”Kehidupan” oleh Louise Hutauruk dan ”Cinta Diri” oleh Utha Likumahuwa.
Pengaruh dari sukses album LCLR 1977 dan LCLR 1978 serta album solo Chrisye dan Keenan yang kebetulan dirilis pada tahun 1978 banyak mempengaruhi perangai musik Prambors Band. Mochammad Noor Arumbinang mendominasi penulisan lagu dan lrik Prambors Band. Pada album Jakarta Jakarta, tampak jelas mereka ingin lain dari segi pengungkap-an lirik. Mulai dari isu gender yang terungkap dalam ”Pria dan Wanita”, juga lagu ”Jakarta Jakarta” yang disajikan dalam tema hustle yang riang. Lagu ini menjadi tema film Jakarta Jakarta yang dibesut almarhum Ami Priyono dan dibintangi Ricca Rachim dan El Manik.

CD kompilasi lagu-lagu terbaik Prambors Band

CD kompilasi lagu-lagu terbaik Prambors Band

Aransemen musik patut diakui mencoba mendekati gaya simfonik rock yang ditorehkan Yockie Soerjoprajogo dalam LCLR 1978. Keyboard agak mendominasi sebagai pengganti bunyian orkestral diimbuh permainan gitar elektrik Oding Nasution yang progresif. Nyata benar dalam menghasilkan solo melodi, Oding banyak menyimak pattern yang pernah diperkenalkan Jan Akkerman dan Steve Hackett. Permainan drum yang dimainkan Yaya memang akurat tapi kadang suka berlebihan. Pengaruh warna kelompok musik progresif se-perti Kayak dan Ekseption terasa terutama pada penonjolan unsur keyboard di album kedua bertajuk Sebentuk Keresahan.

Di tahun yang sama, Prambors Band kembali tampil dalam album 10 Pencipta Lagu Remaja yang berisikan 10 lagu yang masuk semi finalis dalam LCLR 1978. Lagu-lagu ini dianggap gagal untuk masuk Dasa Tembang Tercantik, tapi oleh panitia, kesepuluh lagu di album ini memiliki kualitas yang tak kalah dengan 10 Finalis LCLR 1979. Insting panitia ternyata berbukti lagu se-perti ”Sepercik Air” karya Iman A. Brata, ”Kehidupan” karya Michael Panggabean, maupun ”Cinta Diri” karya Harry Dea dari Balagadona Vokal Group. Lalu ada juga sequel dari Kemarau yang diberi judul ”Kemarau II” dengan mengedepankan vokalis pop beratmosfer rock Roedy Damhudi. Apabila Anda ingin menelusuri sekeping warna musik yang menggelayut di akhir dasawarsa ‘70-an, maka album ini layaklah berada di genggaman Anda.

DENNY SAKRIE

(Review ini dimuat di majalah Rolling Stone Indonesia edisi Oktober 2009)

Tinggalkan komentar